Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hancurnya Ukhuwah Akibat Meninggalkan Jama’ah

Bahron Ansori Editor : Rudi Hendrik - Sabtu, 19 April 2025 - 21:45 WIB

Sabtu, 19 April 2025 - 21:45 WIB

33 Views

Ilustrasi

UKHUWAH Islamiyah adalah jalinan persaudaraan atas dasar iman dan Islam. Ia bukan hanya hubungan emosional, tapi ikatan spiritual yang diperintahkan langsung oleh Allah Ta’ala. Ukhuwah menjadikan sesama Muslim sebagai saudara, sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Hujurat: 10, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara….” Ini bukan ajakan biasa, tetapi perintah qathi yang bersifat pasti dan mengikat.

Jama’ah dalam konteks Islam adalah kumpulan kaum Muslimin yang bersatu dalam akidah, syariat, dan kepemimpinan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menekankan pentingnya kebersamaan dalam jama’ah melalui sabda beliau, “Barangsiapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari jama’ah, kemudian mati, maka matinya dalam keadaan jahiliyah.” (HR. Muslim). Hadits ini qath’i ats-tsubut dan menunjukkan bahaya serius dari sikap meninggalkan jama’ah.

Meninggalkan jama’ah adalah benih dari kehancuran ukhuwah. Ketika seseorang memisahkan diri, maka tali persaudaraan akan terputus. Ia tak lagi merasakan kebersamaan, nasihat, atau semangat kolektif dalam kebaikan. Padahal ukhuwah tidak bisa hidup tanpa interaksi dalam jama’ah. Seorang diri, ukhuwah itu akan rapuh dan mudah hancur.

Allah Ta’ala memerintahkan umat Islam agar selalu bersatu dan tidak bercerai-berai. Dalam QS. Ali Imran: 103 disebutkan, “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai.” Ini adalah dalil qathi yang jelas. Perintah ini tak memberi ruang bagi pembenaran perpecahan atau keengganan untuk berjama’ah.

Baca Juga: Amerika, Pahlawan Palsu, Pelindung Penjajah Nyata

Bahaya meninggalkan jama’ah bukan hanya terhadap pelakunya, tapi juga terhadap komunitas Muslim itu sendiri. Renggangnya satu bagian dari tubuh umat bisa menyebabkan kelemahan menyeluruh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai dan mengasihi seperti satu tubuh, jika satu anggota sakit maka seluruh tubuh turut merasakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ketika seseorang menjauh, rasa sakit itu meluas.

Syaitan sangat mudah menjerumuskan mereka yang terpisah dari jama’ah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Syaitan itu bersama orang yang sendirian, dan dia lebih jauh dari dua orang yang bersama.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud). Tanpa jama’ah, seseorang akan kehilangan tameng spiritual yang melindunginya dari bisikan jahat dan fitnah dunia.

Jama’ah adalah tempat pembinaan ruhiyah, tarbiyah ilmiyah, dan penguatan ukhuwah. Ketika seseorang meninggalkannya, ia memutuskan dirinya dari mata rantai pembinaan. Ia pun akan mudah jatuh dalam kesesatan pemikiran, penyimpangan manhaj, dan kelemahan iman. Maka hancurnya ukhuwah adalah keniscayaan ketika jama’ah ditinggalkan.

Dalam sejarah Islam, kita belajar bahwa kekuatan umat selalu lahir dari persatuan dalam jama’ah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mendirikan jama’ah Islam pertama di Madinah yang menyatukan Muhajirin dan Anshar. Persatuan itu membawa kemenangan. Namun ketika umat Islam tercerai, seperti dalam keruntuhan Khilafah, maka umat menjadi lemah dan terjajah.

Baca Juga: Piagam Jaminan Keamanan Umar bin Khattab untuk Martabat Manusia

Ayat-ayat dan hadits qathi menunjukkan bahwa perpecahan bukanlah karakter Muslim sejati. QS. Ar-Rum: 31-32 mengingatkan, “Dan janganlah kamu termasuk orang-orang musyrik, (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi golongan-golongan.” Perpecahan dan menjauh dari jama’ah adalah sifat musyrikin, bukan mukminin.

Ukhuwah hanya akan tumbuh dalam suasana yang terorganisir. Dalam jama’ah, ada pemimpin, ada sistem, dan ada sinergi dalam beramal. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Wajib atas kamu untuk berjama’ah, dan jauhilah perpecahan.” (HR. Tirmidzi). Hadits ini bersifat umum dan kuat, menunjukkan pentingnya menjaga jama’ah demi kelangsungan ukhuwah.

Ketika ukhuwah hancur karena individu-individu memilih berjalan sendiri, maka lahirlah sifat saling curiga, dengki, bahkan permusuhan. Padahal Islam melarang semua bentuk permusuhan antar sesama Muslim. QS. Al-Hujurat: 11-12 secara eksplisit melarang mencela, merendahkan, dan mencari-cari kesalahan sesama Muslim. Hal-hal itu mudah terjadi jika tak ada jama’ah yang mengikat.

Kehidupan berjama’ah juga mengajarkan adab ukhuwah: saling memberi salam, menjenguk yang sakit, memberi nasihat, menolong yang kesulitan, dan seterusnya. Ketika jama’ah ditinggalkan, praktik-praktik ukhuwah ini tidak akan berjalan. Yang tersisa hanya egoisme dan individualisme yang berujung pada kehancuran hubungan sosial Islam.

Baca Juga: Haji, Jalan Lebar Transformasi Menuju Indonesia Emas 2045

Kehancuran ukhuwah bukan hanya kerugian dunia, tapi juga akhirat. Dalam QS. Az-Zukhruf: 67 disebutkan, “Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) akan saling bermusuhan, kecuali orang-orang yang bertakwa.” Mereka yang menjauh dari jama’ah, lalu mengikuti hawa nafsu, bisa kehilangan keutamaan persaudaraan abadi di akhirat.

Ukhuwah yang sejati mengharuskan kita untuk bersama dalam kebenaran dan ketaatan. QS. At-Taubah: 71 menyebutkan bahwa “Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar…”. Ayat ini menyiratkan bahwa ukhuwah hanya hidup dalam lingkungan yang jama’i dan saling menguatkan.

Dengan demikian, meninggalkan jama’ah bukan sekadar kesalahan teknis, melainkan kesalahan prinsipil yang mengarah pada kehancuran ukhuwah, lemahnya iman, dan perpecahan umat. Maka wajib atas setiap Muslim untuk menjaga diri agar tetap dalam lingkaran jama’ah yang lurus, agar ukhuwah tetap tumbuh, iman tetap kuat, dan umat tetap berjaya di bawah naungan ridha Allah Ta’ala. Wallahu a’lam.[]

Mir’aj News Agency (MINA)

Baca Juga: Kemiskinan Menjamur di Negeri yang Konon Kaya

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Kolom
Tausiyah
Tausiyah