Haniyah: Darah “Al-Furqan” Cetak Kemenangan Selanjutnya

Gaza, MINA – Kepala Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Ismail , mengatakan, “Darah yang tertumpah dalam “Pertempuran Al-Furqan” menciptakan dan meletakkan dasar bagi kemenangan berikutnya dalam pertempuran konfrontasi dengan musuh, yang terakhir adalah Pertempuran “Pedang al-Quds” (Saif al-Quds).”

Hal tersebut ditegaskan Haniyah selama berkomunikasi dengan sejumlah keluarga para syuhada dari “Pertempuran Al-Furqan”, Ahad (26/12/2021), dalam peringatan ulang tahun ketiga belas perang yang meletus pada 2008 lalu itu. Dia mengatakan, “Pada hari yang menyakitkan ini, Gaza menjadi sasaran serangan brutal, di mana ratusan warga gugur, dalam serangan pengecut yang dilakukan penjajah Zionis ke markas besar Polisi Palestina dan Keamanan Nasional di Jalur Gaza.”

Haniyah berkomunikasi dengan istri martir Mayor Jenderal Tawfiq Jabr, kepala polisi Palestina, yang gugur di tempat kerjanya dan saat bertugas. Haniyah mengatakan, “Dia gugur akibat serangan tersebut saat dia sedang melakukan pekerjaannya dan bertanggung jawab atas rakyatnya,” menurut pernyataan Hamas, seperti dikutip dari Palinfo, Selasa (28/12).

Haniyah berbicara kepada keluarga syahid Ismail al-Jabari “Abu Hamza”, komandan Layanan Keamanan dan Perlindungan. Haniyah mengatakan, “Kami mendoakan dia dan juga para syuhada, dan mendukung ketabahan keluarga mereka, dan semoga Allah memberkati mereka dengan rahmat-Nya, dan menjadikan darah mereka di jalan pembebasan dan hak kembali pengungsi Palestina, insya Allah.”

Tanggal 27 Desember 2021, bertepatan dengan ulang tahun ketiga belas dari agresi Israel di Jalur Gaza. Agresi tersebut oleh pendudukan Israel disebut dengan operasi “Cast Lead”. Sementara perlawanan Palestina menyebutnya sebagai perang “Al-Furqan”.

Percikan pertempuran meletus setelah penjajah Zionis menarget markas dinas keamanan Palestina di Jalur Gaza, pada sore hari 27 Desember 2008, di mana puluhan anggota keamanan gugur. Brigade Al-Qassam meluncurkan pertempuran Al-Furqan dalam menghadapi pembantaian Zionis dengan nama operasi “Cast Lead” tersebut.

Pada saat itu, penjajah Zionis menetapkan sejumlah tujuan, yang paling menonjol di antaranya adalah menggulingkan rezim Hamas, menghancurkan kekuatan rudal gerakan, dan memulangkan tentara Zionis yang disandera di Jalur Gaza. Akan tetapi penjajah Zionis tidak dalam merealisasikan satupun dari tujuan operasi yang dilancarkan hingga perang berakhir.

Selama pertempuran yang berlangsung 23 hari, sebanyak 49 tentara Zionis tewas dan 400 lainnya terluka, selain kerusakan sejumlah besar rumah Zionis. Sementara itu setidaknya 1.417 warga Palestina (termasuk 926 warga sipil, 412 anak-anak dan 111 wanita) gugur akibat serangan Zionis di seluruh Jalur Gaza.(T/RS3/P2)

Mi’raj News Agency (MINA)