Oleh: Ali Farkhan Tsani, Wartawan Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Berbagai konflik yang terjadi di negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan bukan hanya di negara yang bersangkutan. Akan tetapi juga melebar ke regional kawasan setempat, hingga ke nagara-negara lain yang jauh dari medn konflik. Terkini, peperangan di Yaman, bukannya berkesudahan, justru semakin melebar.
Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) mengingatkan, Indonesia tidak mau konflik-konflik tersebut merambat sampai ke tanah air, katanya di rumah dinas Wakil Presiden Jl Diponegoro Selasa lalu (14/4).
Menurut JK, kekhawatiran tersebut melihat konflik yang terjadi di negara-negara Islam, hanya akan memberikan kerugian yang berkepanjangan. Wapres mencontohkan, perang Iran–Iraq pernah terjadi selama 10 tahun, dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memulihkannya.
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
“Kita juga melihat terus terjadinya korban sipil dalam berbagai konflik dan krisis yang berkecamuk di kawasan tersebut,” katanya.
Menurut Kalla yang juga Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), konflik fisik terjadi di negara orang, namun konflik pemikiran dapat saja merambah hingga ke negeri-negeri lainnya, tak terkecuali ke Indonesia.
Wapres JK juga meminta perbedaan paham seperti berlangsung di negara-negara tersebut, jangan sampai megganggu kerukunan umat beragama. Untuk itu, Wapres berharap umat Islam di Indonesia dapat membentengi diri dengan tidak mudah terpancing dengan politik adu domba yang dapat memecah persatuan bangsa.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, K.H. Muhyidin Junaidi juga menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai untuk menyelesaikan masalah dengan berdialog secara damai.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-21] Tentang Istiqamah
Ia menambahkan, ulama Indonesia juga menghimbau kepada pihak-pihak yang bertikai di wilayah konflik, khususnya di Yaman, untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan secara damai dengan mengedepankan musyawarah dan dialog, katanya.
“Peperangan tersebut, menurutnya, justru menyebabkan berbagai dampak negatif baik moril maupun materiil,” ujarnya.
Terhadap umat Muslim di Indonesia, MUI mengharapkan agar tidak terprovokasi kelompok tertentu yang ingin mengeksploitasi pergolakan di Timur Tengah, yang dapat menciptakan konflik horizontal akibat isu-isu sektarianisme.
Harapan Dunia Islam
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Pada Pertemuan Wapres Jusuf Kalla dengan 30 duta besar dari negara-negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam) di Jakarta Rabu (15/4), Wapres menyerukan tentang pentingnya kesatuan umat Islam dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada saat ini.
“Perlunya upaya untuk terus mengumandangkan Islam sebagai agama yang damai dan toleran, agama yang rahmatan lil ‘alamin,” ujar JK.
Wapres menggarisbawahi bahwa Indonesia mendorong semua pihak yang bertikai menahan diri serta berupaya menyelesaikan masalah secara damai dengan mengedepankan diplomasi dan dialog.
“Indonesia meyakini bahwa persatuan Islam akan dapat berkontribusi bagi perdamaian dan kesejahteraan dunia,” ucapnya.
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
Pemikiran JK mendapat sambutan positif para Duta Besar dan Kepala Perwakilan negara OKI, dan akan mendukung Indonesia untuk memimpin upaya pencarian solusi damai tersebut.
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengagendakan suatu sesi khusus menjelang pelaksanaan KAA 2015 yang akan dihadiri para Kepala Negara dan Pemerintahan untuk membahas tentang situasi terkini dunia Islam, serta upaya menuju tercapainya solusi damai.
“Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip Dasa Sila Bandung yang dilahirkan pada KAA tahun 1955, ini masih sangat relevan dalam menghadapi berbagai tantangan global saat ini,” ujar Menlu Retno.
Ketua MUI Pusat Bidang Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri, K.H. Muhyidin Junaidi juga meyakini, saatnya Indonesia yang masyarakatnya mayoritas Muslim terbesar di atas permukaan bumi ini menjadi juru damai.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
“Ini dapat menjadi momentum terbaik bagi kita. Karena kita memang sudah memiliki modal dasar dan kita sudah berhasil untuk mendamaikan beberapa pihak yang bertikai di negara ini maupun di luar negeri ,” tandasnya.
Skenario Global
Ulama dari Jama’ah Muslimin (Hizbullah), K.H. Abul Hidayat Saerodjie menyatakan, sebenarnya dalam konflik di Timur Tengah selama ini, termasuk di Yaman, tidak lepas dari skenario global yang diprogramkan musuh-musuh Islam.
“Baik Arab Saudi maupun Yaman sendiri, mereka adalah korban dari skenario global yang saat ini dilancarkan oleh para musuh Islam, Zionis dan sekutunya. Tujuannya adalah untuk melemahkan kekuatan umat dengan jalan adu domba antara sesama Muslim,” katanya.
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Lebih lanjut Abul Hidayat menyatakan, para musuh Islam sudah lama mempelajari kelemahan umat Islam. Mereka mengetahui jika Muslimin tidak bisa ditaklukkan dengan kekuatan mereka sendiri, tapi Muslimin akan menjadi lemah, bahkan hancur jika diadu domba.
“Sebagai contoh, di Afghanistan, Amerika Serikat menghancurkan negara itu dengan adu domba antar rakyatnya. Irak, Libya, Suriah, dan kini Yaman, semua metodenya sama, yaitu diadu domba antara sesama umat Islam dengan isu-isu yang mereka kobarkan,” paparnya.
“Di Yaman, isu yang diangkat sama dengan di Suriah, sedang di Libya dan Irak, isu yang dihembuskan adalah ketidakadilan dan kediktatoran dari pemimpinnya,” ungkapnya lagi.
Menghadapi skenario global tersebut, tidak ada cara lain kecuali umat Muslim seluruh dunia juga menyusun strategi global, yaitu mewujudkan persatuan dan kesatuan umat Islam secara terpimpin.
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Persatuan dan kesatuan umat Islam (Ali Imran: 103), berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah, secara terpimpin mengikuti metode yang telah digariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, atau yang Nabi sebut dengan Khilafah ‘Alaa Minhaajin Nubuwwah.
Metode, cara dan jalan (manhaj) yang pernah ditempuh oleh kepemimpinan Khulafaur Rasyidin inilah solusi kejayaan umat Islam, sebagaimana kejayaan umat Islam terdahulu.
Di sinilah, Muslim Indonesia tidak hanya merupakan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia. Namun lebih dari itu, jiwa-jiwa ketimuran yang notabene melekat dengan ajaran Islam, seperti adanya sifat gemar menolong (ta’awun), rasa kepedulian (ukhuwah), sopan santun (akhlak), lebih mengedepankan dialog, toleransi dan saling menghormati (tasamuh), serta nilai-nilai poisitif lainnya.
Semuanya itu menjadi modal besar dunia Islam pada umumnya, dan Timur Tengah pada khususnya, untuk banyak belajar dari umat Muslim Indonesia.
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Para ulama dan tokoh-tokoh Muslim Indonesia, yang mewarisi nilai-nilai dakwah Walisongo, dalam dakwah damai serta penuh rahmat, mempunyai potensi memberikan kontribusi positif bagi terwujudnya perdamaian dunia, wabil khusus di Timur Tengah saat ini. Insya Allah. (T/P4/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)