Mohammed al-Ashi, warga Gaza, tidak mampu membeli domba untuk Idul Adha tahun ini. Pria berusia 59 tahun yang memiliki delapan anak ini mengungkapkan keprihatinannya dengan melambungnya harga hewan ternak di daerah wilayah pesisir pantai tersebut.
Dengan populasi lebih dari 2,3 juta, banyak di antaranya sudah hidup dalam kemiskinan, kenaikan harga membuat Mohammed dan saudara-saudaranya tidak mungkin membeli domba dan sapi untuk qurban di hari raya tersebut.
“Kami hampir tidak mampu memenuhi kebutuhan, apalagi membeli daging untuk diqurbankan,” keluh Mohammed kepada The Arab New.
Di masa lalu, harga seekor domba tidak lebih dari $200 hingga $300, tetapi sekarang harganya meroket hingga lebih dari $600. Demikian pula, biaya seekor sapi untuk qurban selama Idul Fitri telah mencapai sekitar $2.000.
Baca Juga: Anakku Harap Roket Datang Membawanya ke Bulan, tapi Roket Justru Mencabiknya
“Kemungkinan mayoritas masyarakat tidak mampu membeli ternak untuk merayakan Idul Adha,” jelas Mohammed.
Di sisi lain, pedagang mengkhawatirkan lemahnya daya beli penduduk dan tingginya harga yang akan membuat pedagang mengalami kerugian finansial yang besar.
Sami Shuhaiber, seorang pemilik peternakan di Gaza, mengeluh tentang rendahnya permintaan pelanggan tahun ini.
Harga ternak telah naik tahun ini dibandingkan tahun lalu, karena kenaikan harga pangan secara global,” kata Sami, sambil menekankan bahwa pedagang menanggung beban agar tidak memberatkan konsumen.
Baca Juga: Tim Medis MER-C Banyak Tangani Korban Genosida di RS Al-Shifa Gaza
Biaya pembelian daging untuk Idul Adha tahun ini bervariasi antara $500 hingga $900. Namun demikian, berdasarkan apa yang dikatakan Sami, tingkat pembelian qurban saat ini jauh lebih rendah dibandingkan tahun lalu.
Sami menjelaskan, mayoritas pelanggan yang mampu membeli ternak tahun ini ditanyakan apakah mau mencicil atau membeli daging alternatif yang lebih murah.
Sementara itu, Taher Abu Hamad, Direktur Departemen Produksi Hewan di Kementerian Pertanian Palestina di Gaza menegaskan bahwa Palestina mengalami kenaikan harga ternak akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Orang-orang Palestina di daerah kantong pantai menyalahkan blokade Israel dan konsekuensinya atas penderitaan “tanpa akhir,” tidak hanya selama hari raya, tetapi sepanjang tahun.
Baca Juga: Laba Perusahaan Senjata Israel Melonjak di Masa Perang Gaza dan Lebanon
Pada tahun 2007, Israel memberlakukan blokade “ilegal” di Gaza dengan dalih meredam kekuatan kelompok Islam Hamas yang menguasai wilayah tersebut. Sejak itu Israel telah meluncurkan lima kali perang skala besar melawan Gaza dan melakukan banyak serangan militer terhadap faksi bersenjata Palestina.
Akibatnya, blokade memperburuk situasi ekonomi di Jalur tersebut, di mana banyak penduduknya hidup dalam kemiskinan yang parah. Tingkat kemiskinan di antara penduduk Jalur Gaza telah meningkat menjadi 53 persen dengan kemiskinan ekstrim mencapai 33,8 persen, menurut statistik terbaru yang dikeluarkan oleh Biro Pusat Statistik Palestina.
Kemerosotan yang belum pernah terjadi sebelumnya telah membayangi pasar lokal di daerah tersebut, yang tampak kosong.
Pedagang menyuarakan keprihatinan tentang aktivitas pembelian yang lesu, dengan alasan potensi kerugian jika pelanggan tidak mengunjungi pasar.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
“Terlepas dari jaminan yang diberikan oleh pejabat kami di Gaza dan Tepi Barat, kami belum melihat adanya perbaikan,” kata Samah Sarsour, warga Dir al-Balah berusia 29 tahun di Gaza tengah. (AT/RI-1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat