Washington, MINA – Harga minyak mencatat rekor lonjakan pada Senin (16/9) setelah serangan drone kelompok Houthi Yaman terhadap dua fasilitas minyak Saudi, memangkas setengah produksi di produsen utama dunia itu.
Kondisi itu memicu ketakutan geopolitik baru ketika Presiden AS Donald Trump menyalahkan Iran dan meningkatkan kemungkinan serangan militer terhadap negara itu.
Brent futures melonjak 12 dolar AS dalam beberapa menit pertama bisnis – terbesar dalam dolar sejak diluncurkan pada tahun 1988 dan mewakili lompatan hampir 20 persen – sementara WTI melonjak lebih dari 8 dolar AS atau 15 persen, demikian Nahar Net melaporkan.
Serangan oleh pemberontak Houthi di Yaman yang bertetangga dengan Saudi, menghantam dua pabrik milik perusahaan minyak raksasa Aramco yang dikelola negara dan secara efektif menutup enam persen dari pasokan minyak global.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Trump mengatakan pada Ahad (15/9) bahwa AS siap menanggapi serangan itu.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan, AS akan bekerja sama dengan mitra dan sekutunya untuk memastikan bahwa pasar energi tetap dipasok dengan baik dan Iran bertanggung jawab atas agresi itu.
Namun, Pemerintah Iran membantah tuduhan itu.
Ketegangan lanjutan kedua negara menghidupkan kembali kekhawatiran akan konflik di Timur Tengah setelah serangkaian serangan terhadap tanker minyak awal tahun ini yang juga dipersalahkan pada Iran. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon