Oleh: Rina Asrina*
Tanggal ini, tujuh tahun lalu, pesawat tempur Israel menembakkan rudal yang dibantu dengan laser ke sebuah bangunan yang ditempati pengungsi di Qana, Libanon, menewaskan lebih dari 60 orang tak berdosa, kebanyakan dari korban adalah anak-anak, dan 15 dari mereka cacat.
Disiarkan secara live di TV Arab, serangan yang terjadi dini hari ketika para pengungsi sedang tidur itu meninggalkan luka di hati masyarakat Muslim. Mayat-mayat ditarik dari reruntuhan. Kebanyakan mereka masih bayi, anak-anak. Seorang pria kehilangan semua anak dan sepupunya, sambil menangis ia mengangkat anak kecil dari reruntuhan itu. Seorang pekerja Palang Merah berusaha keras untuk tidak pingsan.
Suaranya telah memudar sambil meneteskan air mata memindahkan anak-anak yang tak bernyawa itu ke lapangan terbuka. Dia mengatakan ada bau yang kuat dari zat kimia dari bom. (foto-foto lengkap: http://lebanize.blogspot.com/2006/07/2006-massacre-in-qana-lebanon.html)
Baca Juga: Pasukan Israel Maju Lebih Jauh ke Suriah Selatan
Serangan ini bukan yang pertama kali, sehingga disebut sebagai pembantaian Qana kedua, karena pada 18 April 1996 Israel juga menyerang daerah yang dihuni masyarakat sipil dan pengungsi ini, tanpa ada militant ataupun apa yang Israel duga sebagai “teroris”.
Pada 2006, di bangunan yang menjadi saksi para malaikat syurga ini pergi terdapat 57 orang telah bersembunyi selama beberapa hari, 40 diantara mereka adalah anak-anak (termasuk 10 anak cacat), yang semuanya berusia antara 7 bulan dan 10 tahun, sedang sisanya adalah perempuan dan orang tua.
Laporan menyebutkan delapan orang selamat. Sedang puluhan sisanya meninggal di bawah reruntuhan yang parah. Truk keamanan yang bersiap membantu tidak mampu sampai ke desa Qana, karena sebagian besar jalan dan jembatan telah hancur sebelumnya oleh serangan Israel.
Dalam serangan itu Israel yang menggunakan pesawat temput F-16 buatan Amerika menembakan bom yang dipandu laser MK-84 (Laser Guided Bombs/LGB) dengan BSU-37 / B (Unit Stabilisasi Bom) diproduksi oleh Perusahaan Amerika Serikat Raytheon untuk Angkatan Laut dan Angkatan Udara AS.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
Bom MK-84 LGB itu berbobot 907 kg memiliki hulu ledak tinggi yang dibuat menyesuaikan senjata konvensional, sehingga meninggalkan bangunan yang dihuni warga Libanon tak berdosa itu hancur tanpa tersisa.
Hanya sehari sebelumnya, pada 29 Juli 2006, Israel menolak permintaan PBB untuk gencatan senjata tiga hari di Lebanon agar memungkinkan warga sipil menerima bantuan kemanusiaan dan meninggalkan zona perang.
Lima hari sebelumnya, 25 Juli 2006, pesawat tempur Israel dengan sengaja membom kantor perwakilan PBB di Desa Khiam, Lebanon Selatan, yang menewaskan empat pengamat PBB. Para korban adalah warga negara Austria, Kanada, Cina dan Finlandia. Setelah serangan, PBB gagal ‘mengutuk’ pembunuhan Israel itu karena tekanan dari AS.
Tujuh hari sebelumnya, 23 Juli 2006, tentara Israel menargetkan dua ambulans Palang Merah Libanon di Desa Qana. Lima dari relawan dan tiga pasien terluka dalam serangan itu. Sekali lagi, PBB tidak bisa ‘mengutuk’ aksi ini karena tekanan AS yang selalu berada di belakang Israel begitu besar, sehingga PBB hanya bisa menyatakan keterkejutannya dengan serangan ini.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
Warga Libanon dikejar Israel dari rumah ke rumah dan ditembaki oleh pesawat tempur F-16 dan Apache milik AS. Hidup mereka was-was dalam keprihatinan dan pembunuhan yang bisa terjadi setiap saat seperti penindasan yang kini tengah dialami warga Suriah.
Libanon mengambil bagian dalam konflik bersenjata melawan Israel untuk menghentikan pencaplokan tanah Palestina oleh Israel, sebagaimana klaim mereka mendirikan Negara antara 1947-1949. Perlawanan dan bantuan Libanon terus berlanjut terlebih setelag pengusiran besar-besara warga Palestina oleh Israel dari Negaranya sendiri yang dikenal dengan Hari Nakba, di mana sekitar 100.000 warga Palestina melarikan diri ke Libanon.
Operasi Israel di Libanon dari tahun ke tahun
Berbagai serangan Israel yang ditargetkan tidak hanya ke pejuang saja, namun juga ke warga sipil tak berdosa seperti halnya di Palestina, dari beberapa sumber media, serangan Israel dalam beberapa operasi mereka berhasil di dokumentasikan sebagai berikut:
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Israel pun terus melancarkan serangan ke Libanon sampai sekarang, dimulai dari operasi Hiram pada 21-31 October 1948, Empat brigade Israel memasuki Lebanon, bergerak sampai ke Sungai Litani dan membunuh sedikitnya 90 orang di Desa Hula. Beberapa dipaksa untuk tetap tinggal di gedung-gedung yang akan dihancurkan, menurut laporan majalah Time.
14 March 1978, pada operasi yang disebut Litani, 10.000 tentara Israel dan 200 tank menyerang Libanon selatan, menewaskan ratusan warga sipil. Akibatnya, 250.000 warga Libanon mengungsi, kebanyakan dari mereka pindah ke pinggiran selatan Beirut, yang kini dikenal sebagai “sabuk kesengsaraan” (di mana di sana juga terdapat kamp-kamp pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila).
Pada 31 Juni 1981 dalam operasi yang dikenal dengan Peace for Galilee di bawah pemerintahan Menachem Begin, Ariel Sharon bergabung dengan kabinet Israel sebagai menteri pertahanan. Tujuan utamanya adalah invasi besar-besaran ke Libanon: “Ketenangan di Tepi Barat harus menghancurkan PLO di Libanon.”
Pada operasi Akuntabilitas atau dikenal perang tujuh hari pada 25 Juli 1993, Israel membunuh 120 warga sipil Libanon dan melukai 500 lainnya, di mana 300.000 orang mengungsi dari selatan Libanon karena Israel menghancurkan lebih dari 17.500 rumah mereka dan memutuskan aliran listrik serta pasokan air yang masuk ke desa-desa. Masjid, gereja, pemakaman dan sekolah pun ikut terkena imbas serangan.
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah
5 Agustus 1994, dalam operasi paska Akuntabilitas, Angkatan Udara Israel menghancurkan sebuah bangunan dua lantai di desa Dayr al Zahrani di Libanon selatan, menewaskan delapan orang dan melukai 17.
11-27 April 1996, dalam operasi Grape of Wrath, Israel melakukan 600 serangan udara dan melepaskan 25.000 tembakan ke wilayah Lebanon, menyebabkan 154 warga sipil meninggal dan 351 lainnya luka-luka. Warga yang berusaha melarikan diri ke Beirut selatan pun tak ayal jadi korban serangan Israel yang dilakukan secara ketat, dari 11-17 April 1996 Israel melakukan pemblokiran jalan, penangkapan, pembunuhan bagi warga yang ditemui di berbagai area pelarian diri seperti di Beirut, Lembah Bekka, Desa Tyre, Sidon, Majdal Doun, Nabatiyeh (di mana Israel membunuh satu keluarga di sini termasuk Ibu, enam anaknya, dan satu bayi baru lahir), serta di Wadi Gilo, dan desa sekitarnya.
5 Desember 1997, operasi paska Grape of Wrath, Bahan peledak Israel membunuh banyak warga sipil di Silm Majdal, Libbaya, Kfar Melki, Al Qulaylah dan area sekitarnya. 31 Mei 1998, Pasukan Israel menembakkan roket ke Arab Salim. Tidak hanya itu, November 1998 sampai awal Januari 1999 Israel melakukan serangan udara di daerah Shaqra, Zibqin, Brashit, Yatar, Rishknaniyah, Talet Huqban, At Tiri, Zibqin dan Sungai Litani.
20 June 1999, Operasi Akuntabilitas di area Yatar dan Qabrikha, Israel melakukan serangan ke area-area sekitarnya, di mana ketika Israel membunuh puluhan warga sipil di Libayya, Beirut, Sidon, dan sebagainya.(T/P03/R2).
Baca Juga: Jejak Masjid Umayyah di Damaskus Tempat al-Julani Sampaikan Pidato Kemenangan
*Wartawan Kantor Berita Islam Mi’raj News Agency (MINA)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Pemerintahan Transisi Suriah Dipercayakan kepada Mohamed Al-Bashir