Tunis, MINA – Protes di Tunisia berlanjut untuk hari keempat berturut-turut ketika negara itu bergulat dengan kekurangan pangan dan bahan bakar akut, di tengah sistem otoriter yang berkembang di bawah pemerintahan Presiden Kais Saied.
Di Tunis, puluhan warga turun ke jalan pada Senin malam (17/10) untuk memprotes kekerasan polisi, yang diduga menyebabkan kematian seorang pemuda Tunisia bernama Malek Salimi.
Malek Salimi (24) meninggal pekan lalu karena luka-lukanya setelah dikejar polisi bulan lalu, The New Arab melaporkan.
Kementerian Dalam Negeri Tunisia membantah tuduhan pelecehan dan mengklaim bahwa Salimi dihentikan bersama dua temannya sebagai bagian dari prosedur rutin, tetapi dia melarikan diri dan jatuh dari tembok tinggi.
Baca Juga: Afsel Jadi Negara Afrika Pertama Pimpin G20
Di Tadamon, lingkungan miskin di ibu kota, para pengunjuk rasa membakar ban karet dan memblokir jalan sambil meneriakkan slogan-slogan anti-polisi.
Garda Nasional menembakkan gas air mata dan peluru suara untuk membubarkan massa.
Laporan mengatakan kebrutalan polisi telah memicu lebih banyak kemarahan dan kemungkinan akan mendorong protes lebih lanjut.
Selama berpekan-pekan, toko dan supermarket Tunisia mengalami kekurangan barang yang parah, mulai dari susu hingga air minum kemasan.
Baca Juga: Rwanda Kirim 19 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Beberapa supermarket telah membatasi pelanggan untuk membeli hanya sejumlah persediaan tertentu untuk meringankan situasi yang memburuk.
Sementara itu, para ahli mengatakan, pasokan gas negara tidak akan bertahan lebih dari sepekan.
Menurut Bank Dunia, utang publik Tunisia pada 2020 adalah 70 persen di atas PDB, dan tingkat utang saat ini bisa jauh lebih tinggi. (T/RI-1/P1)
Baca Juga: Korban Tewas Ledakan Truk Tangki di Nigeria Tambah Jadi 181 Jiwa
Mi’raj News Agency (MINA)