Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Di hari raya Idul Fitri, Rooh Ullah (52) bersama satu juta pengungsi Afghanistan lainnya harus berada dalam pelarian di tanah Pakistan. Mereka yang seharusnya menyiapkan keluarganya untuk menyambut hari raya usai akhir Ramadhan pekan ini, terpaksa melarikan diri dari kejaran polisi Pakistan.
Kekhawatiran pria ini adalah, ia mungkin akan menjadi satu dari ribuan pengungsi Afghanistan yang akan dideportasi, karena munculnya ketegangan baru antara pemerintah di Islamabad dan Kabul.
Pengungsi Afghanistan telah disalahkan atas pembantaian pada 2014 yang membunuh lebih dari 140 orang di sekolah di Peshawar.
Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa
“Saya telah tinggal di sini selama beberapa dekade. Anak-anak saya lahir, dibesarkan dan menikah di sini. Mereka hanya tahu sedikit tentang Afghanistan kecuali perang, tapi kami dipaksa untuk meninggalkan negara ini,” kata pria kekar, berjenggot itu kepada Anadolu Agency.
Ullah merasa sedih, karena mungkin hari raya itu akan menjadi Id terakhir baginya di tanah Pakistan.
“Saya tidak tahu berapa lama saya akan dapat menghindari hal ini (kejaran polisi Pakistan),” katanya.
Selama beberapa bulan Ullah kabur dan bersembunyi di sebuah toko kecil di kota barat laut Peshawar, tetapi sebagian anggota keluarganya berhasil ditangkap. Terpaksa ia pergi mencari keluarganya yang lain dan menyembunyikannya di kota pelabuhan selatan Karachi, kota terpadat di Pakistan.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Ullah berasal dari provinsi Kunduz, utara Afghanistan, tetapi ia telah berpura-pura berasal dari etnis Pashtun yang ditemukan di perbatasan Afghanistan-Pakistan. Kemudian ia pergi untuk tinggal bersama seorang teman keluarga. Sementara anak-anaknya pergi untuk tinggal di provinsi Punjab timur laut untuk menghindari deportasi .
“Saya ingin membeli pakaian dan hadiah untuk cucu-cucu saya menjelang lebaran, tapi bagaimana saya bisa memikirkan semua itu dalam keadaan seperti ini? Saya merasa polisi bisa datang kapan saja dan membuang saya, karena saya seorang pengungsi dan tidak memiliki hak hukum atau hak manusia,” katanya.
Ada sekitar tiga juta pengungsi Afghanistan yang tinggal di Pakistan, menjadi populasi pengungsi terbesar setelah pengungsi Suriah di Turki. Hanya ada sekitar setengah dari jumlah itu yang terdaftar keberadaannya.
Pemerintah Pakistan pekan lalu mengatakan akan memungkinkan para pengungsi yang terdaftar untuk tinggal sampai akhir tahun, tetapi faktanya “waktunya telah tiba bagi mereka untuk kembali ke tanah air mereka dengan hormat”.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Menurut Komisi Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), lebih dari 3,8 juta pengungsi telah dipulangkan ke Afghanistan sejak tahun 2002, tetapi banyak yang kembali lagi ke Pakistan karena kekerasan yang sedang berlangsung, pengangguran dan kurangnya fasilitas pendidikan dan medis.
Bahkan, pengungsi Afghanistan yang berstatus hukum di Pakistan telah mengeluh bahwa mereka dilecehkan dengan dipaksa meninggalkan Pakistan tanpa diberi kompensasi untuk properti dan kepemilikan mereka, sementara mereka tidak merasa seperti telah kembali ke rumah ketika tiba di Afghanistan.
Menteri Dalam Negeri Pakistan Chaudry Nisar Ali Khan membantah tentang klaim pelecehan dan penyitaan properti.
Dia mengatakan kepada wartawan di Islamabad pekan lalu bahwa pengungsi Afghanistan tidak seharusnya mendirikan bisnis di luar kamp-kamp pengungsi.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
“Setengah dari keluarga saya telah diusir dari rumahnya dan dideportasi ke Afghanistan, di mana mereka memiliki status yang sama, sebagai pengungsi,” kata Naseeb Jan yang menjalankan bisnis buah kecil di Peshawar.
Keluarga Naseeb Jan tinggal di sebuah kamp pengungsi di Kabul karena mereka dipaksa untuk meninggalkan semuanya di sini kecuali beberapa barang saja.
“Tidak ada banyak di pikiran saya tentang Idul Fitri. Saya pasti akan pergi salat Idul Fitri, insya Allah, tapi tidak lebih dari itu. Tidak ada belanja lebaran,” katanya.
Dia mengatakan bahwa sejak tindakan keras polisi, keluarganya memilih membatasi diri karena kartu identitas mereka, yang dikeluarkan oleh pemerintah Pakistan, mamfaatnya sangat sedikit untuk melindungi mereka.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
“Polisi sedang merazia angkutan umum (di Peshawar) secara teratur dan jika mereka menemukan pengungsi, mereka akan membawanya ke kantor polisi dan kemudian ke perbatasan Torkhum untuk mendeportasi mereka kembali ke Afghanistan,” kata Naseeb. (T/P001/P2)
Sumber: Anadolu Agency
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?