Hariri Masih Pemimpin Sunni Lebanon

Mantan Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri. (Foto: dok. Samaa TV)

Mantan Perdana Menteri mengatakan, ia merencanakan jalur politik baru dari dalam partainya setelah kesepakatan 2016 dengan Presiden Michel Aoun yang membawanya ke kekuasaan menjadi “sejarah”.

“Saya di sini, saya tidak akan ke mana-mana. Saya tinggal di negara saya, di rumah saya, di antara keluarga saya dan dalam pekerjaan politik,” kata Hariri pada hari Jumat, 14 Februari 2020, dalam pidato publik pertamanya sejak mengundurkan diri pada 29 Oktober di tengah meluasnya protes terhadap elit berkuasa yang disalahkan atas korupsi dan membawa negara ke krisis keuangan akut.

Berbicara di hadapan ribuan pendukungnya di luar kediamannya di Ibu Kota, politisi Sunni Beirut itu mengatakan, dia telah menerima kritik dari dalam partainya selama beberapa bulan terakhir dan mengakui “kekurangan”-nya. Namun ia mengatakan, “keputusan sekarang adalah untuk melakukan perubahan.”

“Gerakan Masa Depan akan tetap ada,” katanya, merujuk kepada partainya.

Komentarnya disampaikan selama acara publik untuk menandai peringatan 15 tahun pembunuhan ayahnya, mantan Perdana Menteri Rafik Hariri.

Rafik Hariri terbunuh bersama 21 orang lainnya ketika sebuah bom besar meledak saat konvoinya melewati pusat ibu kota Lebanon, Beirut, pada 14 Februari 2005.

Jaksa penuntut di Pengadilan Khusus untuk Lebanon d Den Haag, Belanda, yang menyelidiki pembunuhan Hariri mengatakan bahwa pemerintah Suriah adalah jantung dari komplotan pembunuh itu, yang dilakukan oleh anggota kelompok Hizbullah Lebanon. Namun, Damaskus dan Hizbullah telah membantah terlibat. Putusan dalam kasus ini dijadwalkan tahun ini.

Baca Juga:  Wamen Kominfo: Remaja dan Manula Rentan Kena Hoaks

 

Untuk membela Haririsme

Anggota gerakan protes yang tanpa pemimpin, serta lawan politik Hariri, telah menuding kebijakan ayah Hariri yang disebut “politik Haririsme” dan berasal dari tahun 1992, sebagai sumber kesengsaraan ekonomi besar-besaran Lebanon hari ini.

Negara ini dibebani oleh beban utang terbesar ketiga di dunia sebagai persentase dari produk domestik bruto dan menghadapi krisis keuangan terburuk dalam sejarahnya, yang mungkin akan segera mendorongnya kepada kegagalan dalam pembayaran utang.

Sebagian besar acara Jumat itu bertujuan menanggapi klaim ini. Sebuah video yang ditayangkan di awal peringatan itu, menyalahkan situasi mengerikan Lebanon saat ini pada “serangkaian penghalang” yang dilakukan oleh partai-partai Lebanon yang bersekutu dengan Suriah selama bertahun-tahun.

Hariri mengatakan bahwa pihak-pihak yang terus menyalahkan “Haririsme” hari ini hanya untuk menutupi kegagalan mereka sendiri dalam pemerintahan.

Dia mengatakan, halangan yang dialami ayahnya di tangan sekutu-sekutu Suriah berlanjut di bawah kesepakatannya sendiri dengan Aoun, yang akhirnya mengarah kepada pemberontakan yang saat ini disaksikan Lebanon.

Hariri juga mengecam Gerban Bassil, menantu Aoun dan pemimpin Gerakan Patriotik Merdeka (FPM). Ia menggambarkannya sebagai “presiden bayangan” yang berusaha untuk “menghilangkan” pihak lain dan merusak hubungan Lebanon dengan negara-negara Arab bersama dengan Hizbullah.

Baca Juga:  MER-C Desak Israel Segera Hentikan Serangan ke Rafah

Menurutnya, keberhasilan Lebanon bergantung pada hubungan baik dengan negara-negara Arab,

“Uang tunai Iran dapat memecahkan masalah-masalah partai, bukan negara,” katanya.

Ke depan, Hariri mengatakan, dia akan terus menjalin hubungan dengan sekutu sejarah, dengan pihak yang hubungannya telah tegang dalam beberapa tahun terakhir, disebabkan oleh kesepakatannya dengan Aoun.

Raja Salman bin Abdulaziz bertemu Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri di Riyadh. (Foto: The Daily Star/Dalati Nohra HO)

“FPM penghalang reformasi”

Hariri menarik perbandingan antara transaksinya dan kemampuan ayahnya dalam mengumpulkan dukungan internasional untuk Lebanon melalui konferensi donor. Hariri menunjuk kepada konferensi CEDRE 2018. Masyarakat internasional menjanjikan 11 miliar dolar AS dalam bentuk pinjaman lunak ke Lebanon, tergantung pada reformasi.

Namun, alih-alih mendukung reformasi itu, Hariri mengatakan, FPM pimpinan Bassil dan sekutu-sekutunya pertama-tama menghambat pembentukan pemerintahan setelah pemilihan umum Lebanon tahun 2018, kemudian memblokir pekerjaan pemerintah setelah dibentuk, membuat komitmen konferensi itu tidak terealisasi.

Dia juga membidik FPM atas sektor listrik negara yang jompo, yang mengalami defisit tahunan. Selama bertahun-tahun sektor listrik menyumbang sekitar setengah dari utang publik sebesar 87 miliar dolar.

Baca Juga:  MINA Talks Malam Ini: Serangan Israel ke Rafah, Puncak Kejahatan Kemanusiaan

 

Masih pemimpin Sunni

Menyusul pengunduran dirinya yang membuatnya terus dalam kapasitas sementara, Hariri berusaha untuk kembali sebagai perdana menteri, tetapi akhirnya digantikan oleh Perdana Menteri Hassan Diab, yang kabinetnya baru-baru ini mendapatkan kepercayaan Parlemen.

“Meskipun mengalami kemunduran baru-baru ini, ia tetap menjadi tokoh kunci dalam panggung politik Lebanon,” kata Maha Yahya, Direktur Carnegie Middle East Center, kepada Al Jazeera.

Yahya mengatakan, Hariri mungkin telah kehilangan pertempurannya, tetapi masih jauh dari selesai. Di saat yang sama ia juga berusaha “menegaskan kembali gravitas politiknya vis-a-vis baik kepada aktor internal maupun eksternal”.

Dalam acara di pusat Beirut tersebut hadir kepala blok parlemen dari dua sekutu utamanya, Partai Sosialis Progresif dan Kekuatan Lebanon.

Duta Besar Saudi untuk Lebanon Walid Al-Bukhari juga hadir.

“Dalam dua bulan terakhir kami mendengar dan melihat bahwa, ‘Oh, Gerakan Masa Depan sudah pergi dan Saad pergi dan tidak akan kembali, dan Saudi tidak menginginkannya dan Amerika tidak menginginkannya’,” kata Hariri. “Biarkan mereka mendengar kebenaran bahwa Gerakan Masa Depan … akan tetap di sini.”

Sebelumnya, saat dia berjalan melalui kerumunan, berfoto selfie bersama pendukung dan menyapa pejabat sebelum pidatonya, Hariri diikuti oleh Grand Mufti Lebanon Abdel-Latif Derian yang kemudian duduk di sampingnya.

Pesannya jelas: “Hariri tetap menjadi pemimpin Sunni Lebanon.” (AT/RI-1/P1)

 

Sumber: tulisan Timour Azhari di Al Jazeera

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Wartawan: Rudi Hendrik

Editor: Ismet Rauf

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.