Jakarta, MINA – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) hari ini, Senin (26/11), mengukuhkan Dr. Harry Widianto sebagai Profesor Riset Bidang Kebudayaan.
Pada acara tersebut, Harry Widianto, menyampaikan orasi berjudul “Migrasi dan Proses Hunian Manusia di Kepulauan Nusantara pada Kala Plestoses – Holosen”.
Dengan pengukuhan tersebut menambah jumlah Profesor Riset Bidang Pendidikan dan Kebudayaan menjadi delapan orang.
“Orasi yang baru saja disampaikan oleh Profesor Riset kedelapan dari 756 jumlah keseluruhan peneliti Kemendikbud tersebut menunjukkan bahwa proses akulturasi yang terjadi telah melalui tahapan yang teramat panjang dan tidak terbentuk secara tiba-tiba. Hal tersebut merupakan modal berharga bagi bangsa Indonesia untuk memperkuat persatuan, kesatuan dan perasaan saling memiliki di antara bangsa Indonesia,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendikbud, Totok Suprayitno.
Baca Juga: BNPB: Banjir Bandang Melanda Tapanuli Sumut, Dua Orang Meninggal
Ia menambahkan, bahwa dengan ragam penemuan dan geliat penelitian arkeologi di berbagai daerah di Indonesia, dapat menstimulus perkembangan penelitian arkeologi di Indonesia. Dengan semangat tersebut dapat menghasilkan lebih luas lagi dalam menjawab tantangan dunia arkeologi di masa mendatang, khususnya pada bidang Arkeologi Prasejarah.
Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya, Harry Widianto, menyampaikan bahwa ragam historis yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia saat ini, terjadi karena akumulasi proses migrasi yang menyebabkan percampuran genetik sebagai cikal bakal manusia yang ada di Indonesia.
Migrasi dan percampuran tersebut terjadi arena beberapa hal di antaranya fluktuasi permukaan air laut yang membentuk jembatan darat antar pulau yang memberikan dampak pada pertemuan berbagai populasi dan diaspora manusia ke segala penjuru arah, yang akhirnya memberikan pengaruh pada perubahan ekologis muka bumi termasuk genetik dan budaya populasi di atasnya.
Lebih lanjut Harry menegaskan, bahwa segala jejak-jejak historis bangsa Indonesia yang terbentuk di Kepulauan Nusantara dan merupakan bentukan dari hasil percampuran genetika tersebut melahirkan akulturasi budaya yang berlangsung cukup rumit dalam retang waktu yang tidak sebentar.
Baca Juga: Rekor Baru MURI: 44.175 ASN Jabar Pakai Sarung Tenun, Bukti Cinta Budaya Lokal
Kisah rasiologi yang ada dalam jejak sejarah tersebut, menurutnya, menjadi penting untuk dipahami sebagai upaya membantu menjelaskan proses migrasi, evolusi serta percampuran genetika yang menyebabkan multikulturalitas bangsa Indonesia dan upaya pengelolaan serta pelestarian keragaman budaya Indonesa tersebut. (R/R10/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Indonesia Dukung Perintah Penangkapan ICC untuk Netanyahu dan Gallant