Amsterdam, MINA – Salah satu hasil signifikan dari kunjungan Presiden RI Prabowo Subianto ke Belanda adalah kesepakatan pengembalian 30 ribu artefak, fosil, dan dokumen sejarah milik Indonesia yang selama ini tersimpan di Belanda.
Kesepakatan yang dicapai pada kunjungan Presiden Prabowo ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat hubungan diplomatik dan rekonsiliasi sejarah antara kedua bangsa.
Menteri Kebudayaan Indonesia, Fadli Zon dijadwalkan meninjau langsung proses pengembalian tersebut di Museum Leiden, Belanda.
“Raja Belanda telah menyetujui pengembalian 30 ribu fosil, artefak, dan dokumen budaya Indonesia. Prosesnya telah berlangsung lama, namun Alhamdulillah, akhirnya mencapai kesepakatan dan akan segera dipulangkan,” kata Letkol Inf Teddy Indra Wijaya, Sekretaris Kabinet yang mendampingi Presiden.
Baca Juga: Turkiye Kirimkan Makanan dan Pasokan Medis ke Armada Global Sumud Flotilla
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto resmi mengakhiri rangkaian kunjungan kenegaraan dan bisnis di Belanda pada Jumat (26/9). Dari Bandara Internasional Schiphol, Amsterdam, Prabowo bertolak menuju Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, menggunakan pesawat Garuda Indonesia-1.
Keberangkatan Presiden RI berlangsung dalam suasana penuh kehormatan dengan upacara militer resmi. Dua prajurit kehormatan berdiri tegak di ujung tangga pesawat, sementara sembilan lainnya berbaris rapi di sisi kiri karpet merah, memberikan penghormatan terakhir.
Dalam prosesi pelepasan, Presiden Prabowo dilepas oleh Gabriella Sancisi, Direktur Departemen Protokol dan Negara Tuan Rumah Kementerian Luar Negeri Belanda, serta Letkol Tienka Campenhout, Aide-de-Camp Raja Belanda. Turut hadir Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda Mayerfas dan Atase Pertahanan RI di Den Haag Kolonel Laut (P) Rikrik Permadi Sobana.
Sebelumnya, Prabowo mendapatkan kehormatan untuk bertemu langsung dengan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima di Istana Huis ten Bosch, Den Haag. Dalam pertemuan tersebut, kedua negara membahas penguatan hubungan bilateral di berbagai bidang strategis, termasuk ekonomi, budaya, dan pertahanan.
Baca Juga: Mesir dan UEA Dukung Usulan Terbaru Trump soal Gaza
Hubungan Indonesia dan Belanda memiliki sejarah panjang yang dimulai sejak masa kolonialisme. Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, hubungan kedua negara sempat diwarnai ketegangan, khususnya terkait pengakuan kedaulatan. Belanda baru mengakui kedaulatan Indonesia secara penuh pada Konferensi Meja Bundar (KMB) 27 Desember 1949.
Dalam beberapa dekade terakhir, hubungan kedua negara berkembang pesat, terutama dalam bidang perdagangan, investasi, pendidikan, budaya, dan pertahanan. Belanda merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia di Eropa, dengan nilai ekspor dan impor yang terus meningkat.
Belanda juga menjadi rumah bagi banyak artefak sejarah dan budaya Indonesia yang dibawa sejak masa kolonial. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah kedua negara terus melakukan negosiasi untuk memulangkan benda-benda bersejarah tersebut. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menlu Malaysia Desak Dunia Jatuhkan Sanksi kepada Israel, Serukan Reformasi PBB