Jakarta, 2 Rajab 1437/11 April 2016 (MINA) – Hasil otopsi jenazah Siyono dikeluarkan Muhammadiyah dan Komnas HAM hari ini, keduanya sepakat temuan ini merupakan hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar sesuai dengan UUD 1945.
“Hak masyarakat mendapat informasi yang benar, salah satunya dari kasus kematian Siyono, meskipun terduga teroris kita tidak memperdebatkan itu, yang kami persoalkan adalah tewasnya almarhum (yang tidak wajar) juga demi kemanusiaan dan keadilan,” kata Ketua PP Muhammadiyah Busyro Muqoddas kepada wartawan di Gedung Komnas HAM Jakarta, Senin, (11/4).
Seperti yang diketahui sebelumnya, proses otopsi jenazah Siyono telah dilakukan oleh Tim Dokter Forensik dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah beserta Komnas HAM pada Ahad (3/4) di TPU Dukuh Brengkungan, Desa Pogung, Kecamatan Cawas, Klaten, Jawa Tengah. dan Hasilnya diumumkan pada hari ini Senin, (11/4).
Sementara itu, Komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Siene Indriani, mengatakan bahwa menurut etika kedokteran hasil otopsi adalah rahasia, namun Muhammadiyah dan Komnas HAM beserta beberapa NGO kemanusian berpendapat bahwa temuan ini diungkapkan kepada publik demi terwujudnya keadilan dan kebenaran.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berawan Tebal Jumat Ini, Sebagian Hujan
“Dalam etika kedokteran ini adalah rahasia, namun ini kebutuhan rakyat, fakta yang harus diketahui publik untuk membuktikan kejanggalan-kejanggalan kematian Siyono, dan keluarganya sudah mengizinkan,” kataya.
Siane menegaskan penyebab kematian pria asal Klaten itu berdasarkan hasil autopsi yang dilakukan PP Muhammadiyah berbeda jauh dengan hasil visum et refertum yang dilakukan Polri.
“Ada tulang dada yang patah. Ini yang kemudian ke arah (menusuk) jantung sehingga ada jaringan jantung yang kemudian mengakibatkan kematian yang lumayan fatal. Titik kematian ada di sana. Memang ada luka di kepala, tapi itu tidak menyebabkan kematian, karena tidak terlalu banyak pendarahan. Tetapi yang sebabkan kematian ada di dada,” terang Siane.
Selain itu, fakta mengejutkan lainnya yang dipaparkan Siane dari hasil autopsi adalah tidak ditemukan ada perlawanan dari Siyono. Tim forensik yang berjumlah 10 orang (satu orang dari forensik kepolisian) mengungkap dari hasil otopsi tidak ditemukan adanya perlawanan dari Siyono selama kekerasan terjadi padanya. Hal ini berbeda dengan laporan yang dikeluarkan Polri yang mengatakan sebaliknya. (L/M09/R04/R05)
Baca Juga: Kemenag Kerahkan 50 Ribu Penyuluh Agama untuk Cegah Judi Online
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)