Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hawa Ramadhan Pun Mulai Terasa

Ali Farkhan Tsani - Selasa, 10 Mei 2016 - 06:50 WIB

Selasa, 10 Mei 2016 - 06:50 WIB

517 Views

Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj Islamic News Agency)

Pagi Selasa 10/5 ini Imam Masjid At-Taqwa di Kompleks Pondok Pesantren Al-Fatah Pasirangin, Cileungsi, Bogor, dalam shalat shubuh membaca surat Al-Baqarah ayat 183 sampai 187.

“Yaa ayyuhalladziina aamanuu kutiba ‘alaikumush shiyaam….” Ayat 183. Kemudian, “Syahru ramadhaanalladzii unzila fiihil quraan….,” ayat 185.

Hawa Ramadhan pun mulai terasa, betapa ayat-ayat tersebut mengetengahkan tentang kewajiban shaum Ramadhan dan keutamaan bulan Al-Quran.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Kalau ada jam-jam istimewa, maka sepertiga malam yang akhir saat tahajud ke haribaan-Nya, itulah saat jam istimewa. Jika dalam sepekan kita hendak mencari hari istimewa, maka Jumat-lah, yang disebut dengan sayyidul ayyam, induknya hari.

Tak terkecuali, sebulan dan setahun, merengkuh keutamaan segala keutamaan, maka Ramadhan-lah bulan yang bukan hanya dua belas bulan, tapi bulan seribu bulan itu.

Persiapan

Menghadapi penghujung akhir Ramadhan, detik mudik lebaran, sebagian warga Muslim sudah mulai memesan tiket pesawat terbang, kereta api hingga travel.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Beberapa hari lalu, terdengar kabar bahwa penjualan tiket kereta api untuk mudik Lebaran 2016 ke sejumlah kota di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur habis terjual dengan keberangkatan H-10 hingga H+10.
Sementara itu sebagian lainnya sudah mulai menyiapkan fisik rumah dan bangunan masjid untuk menghadapi ibadah sepanjang Ramadhan. Di beberapa daerah budaya saling kirim serantang makanan ke sanak saudara pun mulai terlihat.

Penulis pun membayangkan dahulu ketika masa kecil, naik delman ke rumah uwa, di kampung tetangga, membawa serantang makanan dan lauk-pauk buatan ibu. Lalu, pulangnya giliran dibawakan kelapa muda, tebu dan ayam kampung. Itu pun terjadi menjelang Ramadhan.

Beberapa iklan di televisi dan promo acara-acara Ramadhan pun mulai muncul di sela-sela acara lainnya.

Itu semua tentu persiapan yang lebih ke fisik, acara dan kegiatan. Namun, justru yang lebih penting dan utama dari itu semua adalah persiapan jiwa menyambut Ramadhan.

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Seperti sekarang di awal Sya’ban, beberapa hari memasuki gerbang Ramadhan. Sudahkah kita mengingatkan isteri, anak-anak perempuan dan kaum Muslimah pada umumnya yang punya hutang puasa tahun lalu karena berhalangan saat itu? Atau juga kita dan siapapun yang tahun lalu sempat bolong mungkin karena sakit atau dalam perjalanan yang sangat melelahkan. Yaitu mengingatkan dari membayarnya, mumpung masih ada kesempatan beberapa hari lagi.

Nanti kalau sudah memasuki bulan suci Ramadhan, akankah kita memasukinya dengan membawa beban hutang tahun lalu ?

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun mengingatkan umatnya, dengan memperbanyak puasa sunah pada bulan Sya’ban, sebulan menjelang Ramadhan tiba. Itu sebagai warming up, sekaligus mengingatkan yang belum bayar hutang.

Ada peringatan dari baginda Nabi, “Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (H.R. Ath-Thabrani).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Mengapa terjadi demikian, karena kurangnya persiapan ilmu sebelum menerima tamu agung Ramadhan. Sehingga mulutnya memang puasa dari tidak makan dan tidak minum. Namun, lisannya tetap saja nyerocos berkata dusta, menipu, dan menyakiti.

Perutnya memang juga berpuasa dari tidak makan dan tidak menerima asupan minuman. Namun, makanan haram baik dzat maupun cara mendapatkannya, hasil korupsi masuk juga, yang syubhat, meragukan, ditelan juga.

Jadi sebelum bulan Ramadhan hadir di tengah-tengah kita, alangkah baiknya kita masing-masing mulai mengikuti kajian-kajian ramadhan/">jelang Ramadhan, menambah referensi bacaan dan pustaka seputar Ramadhan ala nabi, dan sebagainya. Sehingga diharapkan memasuki Ramadhan tahun ini jauh lebih siap dibandingkan tahun-tahun lalu.

Ibarat klub sepakbola terkenal sekalipun, walau akan menghadapi tim gurem, mereka tetap saja berlatih sebelum bertempur di lapangan hijau. Apatah lagi ini menghadapi tamu agung nan mulia. Maka, persiapannya tentu harus jauh lebih maksimal lagi.

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

Pasang Target

Para ulama salaf terdahulu, jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan suci Ramadhan, mereka berdoa dengan sungguh-sungguh dan penuh harap kepada Allah  agar mereka dapat dipertemukan kembali dengan bulan mulia penuh berkah ini. Sebab mencapai bulan Ramadhan bulan Al-Quran, merupakan nikmat terbesar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Allah Ta’ala.

Bahkan Mu’alla bin al-Fadhl sampai berkata, “Para ulama dan orang shalih berdoa kepada Allah  selama enam bulan sebeleum Ramadhan, agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan itu. Kemudian mereka berdoa juga kepada-Nya selama enam bulan berikutnya setelah Ramadhan, berharap agar Allah berkenan menerima amal-amal shalih yang mereka kerjakan sepanjang Ramadhan.

Munajat dan harapan itu bukan kosong tanpa visi, misi dan target. Maka, bagi individu Muslim, visinya adalah menjadikan Ramadhan tahun ini sebagai bulan ampunan segala dosa dan diterimanya segala amal, hingga meraih ar-rayyaan, pintu syurga baik shaaimuun, orang-orang yang puasanya diterima Allah. Misinya, menjalankan shaum Ramadhan dan ibadah-ibadah lainnya dengan sebaik-baiknya, disertai upaya meninggalkan segala dosa, kemaksiatan dan kemungkaran sekuat-kuatnya. Sedangkan targetnya, misalnya khatam Al-Quran minimal satu kali.

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Di sebuah Lembaga Tahfidz Al-Quran Ar-Razzaq, di sebuah perumahan warga kota kota Depok, Jawa Barat. Penulis, yang juga salah satu Pengasuhnya, mantargetkan warga jamaah dari kalangan anak-anak usia sekolah ditargetkan hafal Juz ‘Amma, yaitu juz ke-30 Al-Quran.

Target ini kemudian diwujudkan dalam program tahsin, muroja’ah dan setoran sepakan sekali kepada asatidz.

Beberapa Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) ada juga yang mentargetkan secara ‘amal jama’i (bersama) misalnya, khatam kajian syarah hadits al-arba’in, sebuah kitab susunan Imam An-Nawawy berisi hadits-hadits pilihan menyangkut aqidah dan akhlaq Muslim.

Maka, layaklah kita meminta, berharap, dan berdoa seperti kanjeng Nabi meminta kepada-Nya, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta sampaikanlah kami ke bulan Ramadhan”. (H.R. Ahmad dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu). Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin. (P4/P2)

Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda

Tausiyah
Indonesia
Indonesia