Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hayu Prabowo Sebut Keuangan Syariah Jadi Kunci Baru Selamatkan Hutan Tropis Indonesia

Rana Setiawan Editor : Ali Farkhan Tsani - 22 detik yang lalu

22 detik yang lalu

0 Views

worms eye view of forest during day time
Ilustrasi Hari Bumi Sedunia.(Foto: kazuend)

Jakarta, MINA — Dalam peringatan Hari Bumi Sedunia 2025, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam Majelis Ulama Indonesia (LPLH-SDA MUI), Hayu Prabowo, menegaskan bahwa instrumen wakaf, zakat, dan sedekah dapat menjadi poros baru dalam penyelamatan hutan dan pelestarian ekosistem Indonesia.

“Pelestarian alam bukan hanya panggilan ekologis, tetapi juga wujud ibadah. Islam mengajarkan tanggung jawab spiritual atas bumi ini,” ujar Hayu dalam pernyataannya di Jakarta diterima MINA, Senin (21/4).

Sejak 2001, Indonesia telah kehilangan sekitar 30,8 juta hektar tutupan pohon, atau hampir 1/5 dari total luas hutannya. Penyebab utamanya adalah konversi hutan untuk perkebunan, pertambangan, dan pembangunan infrastruktur.

Dampaknya tak hanya pada ekosistem, tetapi juga pada manusia. Banjir bandang, longsor, abrasi pantai, hingga kebakaran hutan yang melanda Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Papua telah memaksa ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Fenomena ini dikenal sebagai climate refugee, yakni migrasi paksa akibat kerusakan lingkungan.

Baca Juga: Wakil PM Malaysia Kunjungi Indonesia

Inovasi Hijau Berbasis Nilai

Menjawab tantangan ini, Indonesia mulai mengembangkan pendekatan berbasis keuangan syariah yang adaptif dan berkelanjutan. Green Waqf Framework yang digagas oleh Badan Wakaf Indonesia (BWI) bersama Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) sejak 2022, menjadi salah satu pionir. Framework ini mengarahkan pemanfaatan 57,3 ribu hektar lahan wakaf di lebih dari 440 ribu lokasi untuk kepentingan restorasi hutan.

Program inovatif seperti “Hutan Wakaf,” “Sedekah Pohon,” dan “Adopsi Hutan” terbukti mendorong partisipasi publik dalam konservasi melalui pendekatan spiritual dan filantropi Islam.

Di sisi lain, Green Zakat Framework yang diinisiasi BAZNAS turut memainkan peran penting. Melalui dana zakat, berbagai program seperti rehabilitasi lahan kritis, penanaman mangrove, dan penguatan ekonomi masyarakat sekitar hutan telah dijalankan, menggabungkan pelestarian alam dengan pemberdayaan ekonomi.

Baca Juga: Muhammadiyah: Kalender Hijriah Global Tunggal Wujud Pembaharuan Islam

Tak kalah penting, Blue Waqf Framework kini dikembangkan untuk melindungi wilayah pesisir melalui restorasi mangrove dan terumbu karang—dua ekosistem penting yang mampu menyerap karbon dan menahan abrasi.

Langkah strategis ke depan adalah membangun ekosistem pembiayaan yang komprehensif. Dengan mengintegrasikan Green Waqf, Green Zakat, dan Blue Waqf, Indonesia bergerak menuju sistem pembiayaan konservasi yang inklusif dan berorientasi pada keberlanjutan.

Optimalisasi Sistem Informasi Wakaf Nasional (SIWAK) berperan dalam pemetaan digital potensi lahan wakaf untuk penghijauan. Kolaborasi dengan berbagai lembaga filantropi dan sektor swasta memperkuat skala dan keberlanjutan program konservasi.

Tak hanya berhenti pada dana sosial, pendekatan hybrid yang memadukan dana keagamaan dan investasi komersial syariah kini sedang dirancang untuk pembiayaan restorasi hutan tropis secara besar-besaran.

Baca Juga: Kemenag Libatkan Lebih 5.000 Madrasah dalam Gerakan Penanaman Sejuta Pohon

Amanah Spiritual di Hari Bumi

Hayu Prabowo juga menegaskan bahwa refleksi Hari Bumi tahun ini harus mendorong perubahan paradigma: dari sekadar penyelamatan lingkungan menjadi perwujudan ibadah kolektif.

“Saat kita mewakafkan hutan, menzakatkan untuk lingkungan, dan menyedekahkan pohon, sejatinya kita sedang berinvestasi untuk masa depan bumi dan generasi mendatang,” pungkasnya.

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor konservasi hutan tropis dunia dengan pendekatan berbasis syariah yang transformatif. Momentum Hari Bumi 2025 adalah panggilan bagi semua lapisan masyarakat untuk ikut andil—karena menjaga bumi adalah amanah yang tak bisa ditunda. []

Baca Juga: Produk Bersertifikat Halal Mengandung Babi, IHW Desak Penegakan Hukum Tegas

Mi’raj News Agency (MINA)

Rekomendasi untuk Anda