Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Heboh! Tayangan Trans7 Dinilai Hina Dunia Pesantren

Zaenal Muttaqin Editor : Rudi Hendrik - 44 detik yang lalu

44 detik yang lalu

0 Views

Tagar boikot Trans7 ramai di media sosial (Istimewa/MINA)

Kediri, MINA — Tagar #BoikotTrans7 mendadak menjadi trending di berbagai platform media sosial setelah program “Xpose Uncensored” yang tayang di Trans7 pada Senin (13/10) memicu kemarahan publik.

Tayangan tersebut dinilai melecehkan dunia pesantren dan menghina sosok ulama sepuh KH. Anwar Mansur dari Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Segmen yang memantik kontroversi itu berjudul “Santrinya Minum Susu Aja Kudu Jongkok, Emang Gini Kehidupan Pondok? Kiainya Yang Kaya Raya, Tapi Umatnya Yang Kasih Amplop.”

Judul tersebut langsung menuai kecaman karena dianggap merendahkan martabat pesantren dan menyudutkan para kiai, dua elemen penting dalam tradisi pendidikan Islam di Indonesia.

Baca Juga: MER-C Bangun Fasilitas WASH di Kamp Al-Nuseirat, Gaza Selatan

Amarah publik semakin meluas setelah beredar potongan narasi dalam tayangan itu yang menyebut, “Ketemu kiainya masih ngesot dan cium tangan. Dan ternyata yang ngesot itulah yang ngasih amplop. Netizen curiga bahwa bisa jadi inilah kenapa sebagian kiai makin kaya raya.”

Cuplikan tersebut viral di berbagai platform dan dianggap sebagai bentuk penghinaan terhadap kiai serta menggiring stereotip negatif tentang kehidupan pesantren.

Yang membuat publik makin geram, dalam tayangan itu muncul foto KH. Anwar Mansur Lirboyo, seorang ulama sepuh yang sangat dihormati di kalangan Nahdliyin.

Penggunaan foto tersebut dalam konteks narasi yang melecehkan dinilai sebagai tindakan tidak etis dan bentuk penghinaan terhadap tokoh panutan umat.

Baca Juga: Menko PM: Pemerintah Wajib Bantu Pembangunan Ponpes Al Khoziny Lewat APBN

Gelombang protes pun muncul dari berbagai kalangan. Santri, alumni pesantren, dan tokoh masyarakat ramai-ramai menyuarakan kecaman di media sosial.

Tagar #BoikotTrans7 pun langsung menduduki posisi puncak trending topic nasional. Pihak PBNU dikabarkan akan menempuh jalur hukum, sementara KPID Jawa Timur turut menyoroti tayangan tersebut karena dinilai melanggar etika penyiaran dan menebar stereotip negatif.

Organisasi alumni seperti Ikatan Keluarga Alumni Asshidiqiyah (IKLAS) juga menuntut permintaan maaf terbuka dan penghentian program.

Menanggapi gelombang kritik yang meluas, pihak Trans7 akhirnya menyampaikan permohonan maaf resmi kepada keluarga besar Pondok Pesantren Lirboyo, khususnya kepada HM. Adibussholeh, pimpinan PP Putri Hidayatul Mubtadiaat.

Baca Juga: BMKG: Cuaca Jakarta Didominasi Berawan, Kepulauan Seribu Berpotensi Hujan Ringan

Dalam keterangan resminya, Trans7 mengakui adanya “keteledoran dalam proses produksi dan penayangan” serta berjanji akan melakukan evaluasi internal agar kejadian serupa tidak terulang.

Meski permintaan maaf telah disampaikan, boikot terhadap Trans7 belum mereda. Banyak warganet menilai kasus ini bukan sekadar kesalahan editorial, melainkan cerminan kurangnya sensitivitas media terhadap nilai-nilai religius dan kearifan lokal pesantren.

Bagi sebagian besar netizen, gerakan boikot ini bukan hanya bentuk protes, tetapi simbol perlawanan moral untuk menjaga marwah ulama dan pesantren.

“Santri dan pesantren bukan objek olok-olok. Mereka benteng moral bangsa,” tulis salah satu netizen dalam unggahan yang telah dibagikan ribuan kali. []

Baca Juga: Kualitas Udara Jakarta Hari Ini Masuk Kategori Sedang, Warga Diimbau Tetap Waspada

Mi’raj News Agency (MINA) 

Rekomendasi untuk Anda