Jakarta, MINA – Presiden Indonesia Islamic Business Forum (IIBF) Heppy Trenggono mengungkapkan potensi wakaf di Indonesia sangat besar. Namun, hal ini tidak dibarengi dengan pengelolaan yang produktif.
“Kesadaran tinggi berwakaf, tapi tidak produktif. Tidak mampu mengelolanya,” jelas Heppy pada diskusi daring bertema Wakaf Spiritual dan Sosial Responsibility di Tengah Pandemi yang digelar Baitul Wakaf dan Badan Wakaf Indonesia (BWI), Kamis (14/5) sore.
Heppy berkisah pernah bertemu pengasuh Pesantren Tebu Ireng Almarhum KH Solahudin Wahid atau Gus Sholah. Ia diminta Gus Sholah untuk mengelola tanah-tanah wakaf yang diberikan masyarakat kepada pesantren tersebut.
“Jadi banyak masyarakat yang memberikan tanah wakaf kepada Gus Sholah atau Pesantren Tebu Ireng. Itu tanahnya ada di mana-mana di Indonesia. Namun kesulitan pengelolaan karena keterbatasan. Ya akhirnya tanah-tanah wakaf itu nganggur,” ungkap Heppy.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
Untuk itu, dia menyarankan agar manajemen wakaf ini masuk ke episentrum ekonomi. Episentrum ekonomi yang dimaksud Heppy adalah dunia bisnis dan investasi.
“Itu yang nanti akan menggerakkan, menarik dan tumbuh. Kalau kita masuk ke situ, wakaf produktif akan terjadi,” kata Heppy.
Setidaknya ada tiga langkah yang disampaikan Heppy untuk dilakukan para nazhir wakaf.
Pertama, Creative Fundraising. Manajemen wakaf harus mau memikirkan wakaf dalam bentuk saham.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Kedua, Prudent Asset Management, lembaga wakaf harus mau bekerja sama dengan asset management. “IIBF punya IIBF Capital, kalau Sedco punya namanya Sedco Capital,” ujar Heppy.
Sedangkan kemampuan ketiga yang direkomendasikan adalah Waqf Risk Mitigation.(R/R1/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon