Jakarta, 10 Jumadil Awwal 1437/19 Februari 2016 (MINA) – Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hidayat Nur Wahid menegaskan, Islam bukanlah agama intoleran yang mengajarkan kebencian dan permusuhan kepada ajaran agama lainnya.
“Banyak tokoh orientalis yang lupa bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan cara-cara yang damai. Mereka juga lupa ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam datang ke Madinah, beliau mengadakan perjanjian dengan orang-orang Yahudi untuk hidup berdampingan, tapi justru orang-orang Yahudi dari golongan Qainuqa’ yang mengkhianati perjanjian itu,” katanya saat khutbah Jum’at di Masjid Istiqlal, Jum’at (19/1).
Sebelum Islam datang, golongan inilah yang terus-menerus memprovokasi suku ‘Aus dan Khazraj untuk terus bermusuhan hingga Rasulullah tiba di Madinah.
“Kemudian dengan ajaran yang hak ini, Rasulullah dengan membawa ajaran Islam mempersatukan hati antara suku Aus dan Khazraj,” tuturnya.
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina
Politisi dari PKS itu mengungkapkan, ketika Islam mencapai puncak kejayaan sejak masa Rasulullah hingga beberapa abad setelahnya, Islam menawarkan ajaran yang mentoleransi pemahaman lainnya. Ia mencontohkan Shalahuddin Al-Ayyubi sebagai salah satu tokoh umat Islam yang sangat menjaga hubungan dengan tetangganya yang memiliki perbedaan agama.
“Banyak orang-orang Eropa yang mempelajari kebudayaan Islam. Ketika orang-orang Eropa menyadari peradaban Islam kala itu lebih maju dari peradaban di Eropa, mereka kemudian memulai untuk memahami Islam, mereka kembali ke Eropa, dan mereka menerapkannya ke dalam kehidupan mereka,” paparnya.
Namun demikian, ia menyatakan, “ada beberapa batasan-batasan yang sudah ditetapkan di dalam Islam. Misalnya ketika seorang Muslim tidak melaksanakan sholat dengan alasan Hak Asasi Manusia, atau mengikuti ajaran agama lainnya, kita sebagai saudara sesama Muslim tidak bisa mentolerir perilaku seperti itu.”
“Hal tersebut menunjukkan bahwa orang tersebut tidak konsisten dengan agamanya. Karena di dalam Islam ada hal yang sudah ditetapkan kadarnya,” katanya.
Baca Juga: Warga Israel Pindah ke Luar Negeri Tiga Kali Lipat
Pada kesempatan itu, ia juga menyinggung perilaku Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) yang saat ini tengah marak terjadi di Indonesia. Menurutnya, tidak ada ajaran yang membenarkan perilaku menyimpang itu.
“Tidak ada agama apapun yang mentolerir prilaku LGBT apalagi mengkampanyekan, apalagi mempengaruhi melalui apapun dan juga kepada anak-anak, apalagi kemudian menuntut legalisasi dan legitimasi. Agama apapun, pasti tidak membolehkan, termasuk Islam. Melarang bukan berarti intoleransi,” pungkasnya. (L/P011/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Timnas Indonesia Matangkan Persiapan Hadapi Bahrain