Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hidup Halal dan Sehat dengan Daging Ikan

Rudi Hendrik - Ahad, 21 Januari 2018 - 23:24 WIB

Ahad, 21 Januari 2018 - 23:24 WIB

141 Views

Taman Laut Bunaken. (Foto: KSM Tour)

Taman Laut Bunaken. (Foto: KSM Tour)

 

Oleh Rudi Hendrik, jurnalis MINA

 

Senang mendengar laporan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia bahwa konsumsi ikan masyarakat Indonesia meningkat.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Peningkatan konsumsi ikan menunjukkan masyarakat Indonesia menuju kepada pola hidup sehat. Sudah diketahui bahwa ikan/">daging ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi berupa jenis protein yang unggul, asam lemak essensial yang sifatnya tidak jenuh, berbagai vitamin dan mineral.

Meningkatnya produksi ikan oleh para nelayan, meratanya penyebaran ikan ke berbagai pasar di wilayah-wilayah Indonesia, dan turunnya harga ikan, menjadi beberapa faktor penyebab meningginya konsumsi ikan rakyat Indonesia.

Indonesia adalah surga perikanan dunia. Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2015, Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil ikan tangkap laut setelah Cina.

Tidak hanya sebagai makanan yang menyehatkan, ikan/">daging ikan menjadi makanan halal yang mudah didapat di saat sulitnya mencari makanan halal lainnya yang berjenis daging.

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

Berbeda dengan ayam, kambing atau sapi, ikan tidak perlu melalui proses panjang untuk menjadikannya sebagai makanan halal. Di dalam Islam sudah ada label halal untuk ikan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang bersabda,

«أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ، فَأَمَّا المَيْتَتانِ: فَالْجَرَادُ والْحُوتُ، وَأَمَّا الدَّمَانِ: فَالطِّحالُ وَالْكَبِدُ». أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ، وَابْنُ مَاجَهْ، وَفِيهِ ضَعْفٌ.

Artinya, “Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, adapun dua macam bangkai adalah: (bangkai) belalang dan ikan, dan dua macam darah adalah limpa dan hati.” [HR. Ahmad dan Ibnu Mâjah] .

Namun di sisi lain, prihatin ketika mendengar bahwa para nelayan cantrang mencoba bersikeras bertahan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah terhadap habitat laut.

Cantrang merupakan alat tangkap ikan yang lubang jaringnya sangat rapat, sehingga ikan-ikan kecil yang seharusnya masih butuh waktu untuk berkembang biak ikut tertangkap. Jika hal ini berlangsung cukup lama, maka bisa jadi tidak ada lagi ikan yang bisa ditangkap nelayan di masa depan. Dalam proses operasinya, cantrang juga bisa merusak habitat terumbu karang.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Karenanya, tepatlah kiranya jika Pemerintah Indonesia melarang penggunaan cantrang melalui Peraturan Menteri dan menganjurkan jenis alat tangkap yang baru dan lebih ramah terhadap habitat laut. Jika saat ini Ibu menteri Susi mengizinkan penggunaan cantrang di wilayah-wilayah tertentu, diharapkan ini bukan kebijakan permanen dan harus segera dicari pengganti alat tangkap ikan yang ramah lingkungan.

Memang pada faktanya, manusialah yang menjadi perusak alam di bumi ini sehingga membuatnya dengan cepat menjadi tua, salah satunya adalah menggunakan cara salah untuk menangkap ikan demi keuntungan jangka pendek semata.

Sejak jauh hari, Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukkan sisi karakter buruk manusia sebagai perusak alam.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

ظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِى عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ

Artinya, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Ruum [30] ayat 41).

Diperlukan kerja keras bagi bangsa ini untuk bisa menjaga anugerah kelautan yang diberikan Allah kepada bangsa ini sebagai suatu kekayaan yang begitu besar. Perlu ada sinergi antara para nelayan penangkap ikan dengan kebijakan pemerintah.

Dibandingkan dengan negara se-ASEAN, Indonesia jauh lebih kaya potensi kekayaan perikanan dan kelautannya. Namun untuk budidaya laut, Indonesia masih kalah dari Vietnam.

Untuk bidang perdagangan produk perikanan, pusatnya justru di Thailand dan kota bandar dunianya di Singapura. Pelabuhan perikanan tuna malah ada di General Santos di Filipina yang lebih maju dari Indonesia.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Hingga saat ini, tata kelola perikanan dan kelautan di Indonesia belum optimal. Bahkan sampai saat ini, Indonesia belum tahu persis kekayaan lautnya, mulai dari permukaan, kolom air, dasar laut hingga bawah lautnya. Laut di utara Papua saja, potensi perikanan dan kelautannya masih belum dimanfaatkan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengaku tahu stok semua jenis ikan di Indonesia, khususnya jenis tuna. Menurut Kementerian, Indonesia saat ini punya stok ikan 2 hingga 3 juta ton per tahun.

Sedangkan untuk budidaya besarannya mencapai 12 juta ha, tapi sayangnya baru termanfaatkan 117 ribu ha.

Hal yang wajar jika pemerintah dan pengusaha memberikan perhatian lebih pada pengembangan perikanan budidaya. Diperkirakan bahwa populasi penduduk global akan tumbuh sebanyak sembilan miliar orang hingga tahun 2050, yang merupakan tantangan besar dalam pemenuhan sumber pangan dunia.

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

Selain itu, tantangan lainnya adalah saat ini terdapat lebih dari 800 juta orang mengalami gizi buruk atau malnutrisi, yang memerlukan sumber protein yang murah tapi bergizi tinggi. Hal ini bisa kita temukan pada ikan.

Pada akhirnya, pemamfaatan kekayaan alam dan pengelolaan laut yang benar dan baik adalah sebagai bentuk syukur manusia kepada Allah yang mengaruniakan bangsa ini laut yang kaya.

Sebelumnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman,

اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya, “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia -Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.” (QS. Al-Jatsiyah [45] ayat 12). (A/RI-1/P2)

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

 

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Rekomendasi untuk Anda

MINA Sport
Indonesia
Pendidikan dan IPTEK
Palestina
Kolom