HIDUP ini hanya satu kali, tidak ada kesempatan kedua, dan tidak bisa diulang kembali. Setiap detik yang berlalu takkan pernah kembali, seperti air yang mengalir tanpa bisa ditahan. Sayangnya, banyak manusia sadar bahwa hidup hanya sekali, tapi tetap saja memilih jalan yang keliru. Mereka terlena oleh dunia, sibuk mengejar fatamorgana, namun lupa untuk menanam bekal ke akhirat.
Allah tidak menciptakan kita untuk bermain-main, tapi untuk menyembah-Nya dan mengabdi seumur hidup. Namun betapa sering kita tertipu oleh hiburan, gadget, kesenangan sesaat yang mengikis iman dan waktu berharga kita. Kita terlalu sibuk mencari pengakuan manusia, tapi lalai mencari rida Allah. Padahal yang kita cari itu fana, sedang yang kita abaikan adalah kekal selamanya.
Banyak yang tahu bahwa kematian pasti datang, tapi bertingkah seolah hidup ini abadi. Mereka menunda tobat, mengulur niat berubah, dan mengatakan, “Nanti saja, aku masih muda.” Padahal malaikat maut tak menunggu usia, tak peduli tua atau muda, siapapun bisa dipanggil kapan saja. Lalu apa yang akan kita bawa saat ajal menjemput—amal shalih atau dosa bertumpuk?
Waktu adalah amanah, dan ia adalah modal paling mahal dalam hidup seorang hamba. Ketika kita membuang waktu, sejatinya kita sedang menyia-nyiakan kesempatan emas dari Allah. Rasulullah ﷺ bersabda, “Dua nikmat yang banyak manusia tertipu: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari). Maka, betapa celakanya mereka yang sehat dan punya waktu, tapi menghabiskannya untuk hal yang tidak berguna.
Setiap hari yang berlalu adalah surat peringatan dari Allah bahwa usia kita makin berkurang. Setiap fajar yang terbit adalah panggilan untuk bangkit, bukan untuk kembali tertidur dalam kelalaian. Hari demi hari bukan sekadar pergantian waktu, tapi perjalanan menuju alam kubur. Maka bersiaplah, sebelum tiba hari di mana penyesalan tak ada artinya.
Hidup bukan untuk pamer, bukan untuk membanggakan pencapaian dunia, apalagi memupuk dosa. Hidup adalah tentang seberapa dekat kita dengan Allah, seberapa banyak amal yang kita persembahkan. Semua akan kembali ke tanah, jabatan, harta, popularitas tidak ada artinya di sisi-Nya. Yang abadi hanyalah amal kebaikan yang ikhlas karena Allah semata.
Lihatlah, betapa banyak orang sukses secara dunia, tapi hatinya kosong dan jiwanya hampa. Mereka tersenyum di luar, tapi menangis dalam sepi, karena tak ada ketenangan tanpa Allah di hati. Sementara ada orang biasa, yang sederhana hidupnya, tapi damai karena hatinya penuh zikrullah. Inilah rahasia hidup: bukan di banyaknya milik, tapi dalam kedekatan dengan Sang Pencipta.
Jika kau tahu hidup hanya sekali, mengapa tak jadikan ia berarti? Jadikan setiap napasmu ibadah, setiap langkahmu perjuangan, dan setiap waktumu berisi kebaikan. Jangan tunggu hidayah turun sendiri, karena Allah memberi cahaya pada mereka yang mencarinya. Berjalanlah menuju Allah, maka Allah akan berlari menyambutmu dengan rahmat-Nya.
Baca Juga: MATAIN dan Taiwan Technical Mission Jajaki Kolaborasi Tingkatkan Kesejahteraan Petani Indonesia
Wahai jiwa-jiwa yang rindu perubahan, kini saatnya kembali kepada Allah sebelum terlambat. Jangan menunggu hari esok untuk bertaubat, karena bisa jadi esok tak pernah datang. Jangan menunda kebaikan, karena waktu tidak akan menunggu siapa pun. Hidup ini hanya sekali, dan sekali itu cukup—asal kau hidup dengan makna dan untuk Allah semata.
Semoga kita termasuk hamba yang memaknai hidup sebagai ladang amal, bukan arena sia-sia. Semoga hati ini dibangunkan dari tidur panjang kelalaian, dan segera kembali ke jalan yang diridai. Karena hidup ini hanya satu kali, dan kita tak boleh menyia-nyiakannya. Bangkitlah, sebelum penyesalan menjadi sia-sia.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Peran BAPPEBTI Jamin Keamanan Broker Forex di Indonesia