Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hidup Sekali, Jangan Salah Tujuan: Dunia Bukan Segalanya

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 1 menit yang lalu

1 menit yang lalu

2 Views

Ilustrasi

HIDUP ini hanya sekali, dan sayangnya banyak yang menyia-nyiakannya untuk mengejar bayangan semu bernama dunia. Kita dibombardir oleh standar kesuksesan semu: harta melimpah, jabatan tinggi, popularitas instan—lalu lupa bahwa semua itu akan terkubur bersama waktu. Kita sibuk memoles penampilan tapi lalai mempercantik iman, kita mengejar pujian manusia tapi melupakan ridha Allah. Padahal, hidup ini bukan untuk selamanya, dan yang kekal justru sering kita abaikan. Jangan sampai nyawa dicabut ketika kita sedang asyik mengejar dunia yang fana, lalu tersadar bahwa tujuan hidup kita keliru… tapi sudah terlambat untuk kembali.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersada,

مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ، فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ،
وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ، جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Barang siapa yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di depan matanya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barang siapa yang niatnya adalah akhirat, maka Allah akan menyatukan urusannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad, dan dinilai hasan oleh sebagian ulama, di antaranya Syaikh al-Albani rahimahullah).

Hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dan Zaid bin Thabit menekankan pentingnya menjadikan akhirat sebagai fokus utama dalam kehidupan seorang Muslim. Hadis ini menyatakan bahwa siapa pun yang menjadikan akhirat sebagai tujuannya, Allah akan memberikan kekayaan dalam hatinya, menyatukan urusannya, dan dunia akan datang kepadanya dengan sendirinya. Sebaliknya, mereka yang menjadikan dunia sebagai tujuan utama akan mengalami urusan yang tercerai-berai, merasa selalu kekurangan, dan hanya mendapatkan bagian dunia yang telah ditetapkan untuknya. ​

Baca Juga: Zionis Israel Tak Punya Tanah, Apalagi Masa Depan

Dalam konteks kehidupan modern, banyak individu yang terjebak dalam materialisme dan konsumerisme, menjadikan pencapaian duniawi sebagai prioritas utama. Fenomena ini sering kali menyebabkan stres, kecemasan, dan ketidakpuasan yang berkelanjutan, karena mereka terus-menerus mengejar sesuatu yang tidak memberikan kepuasan abadi.​

Sebaliknya, mereka yang memprioritaskan akhirat cenderung memiliki perspektif yang lebih seimbang dalam menghadapi kehidupan. Dengan menempatkan nilai-nilai spiritual di atas kepentingan material, mereka mampu menemukan kedamaian batin dan kepuasan yang lebih mendalam.​

Prinsip tawakkul, atau berserah diri kepada Allah, menjadi relevan dalam konteks ini. Dengan mempercayakan segala urusan kepada Allah setelah berusaha semaksimal mungkin, seseorang dapat mengurangi beban psikologis yang timbul dari tekanan hidup. Konsep ini mengajarkan bahwa meskipun manusia diperintahkan untuk berusaha, hasil akhirnya tetap berada dalam ketentuan Allah. ​

Di era digital saat ini, di mana media sosial sering kali menampilkan gambaran kesuksesan material yang berlebihan, penting bagi individu untuk tidak terpengaruh oleh standar kesuksesan duniawi semata. Menjadikan akhirat sebagai fokus utama membantu seseorang untuk tidak terjebak dalam perbandingan sosial yang tidak sehat dan menjaga kesehatan mentalnya.​

Baca Juga: Tarif Trump dan Kedaulatan Ekonomi Indonesia

Selain itu, dengan memprioritaskan akhirat, seseorang akan lebih cenderung untuk berperilaku etis dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Kesadaran bahwa setiap tindakan akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah mendorong individu untuk bertindak dengan integritas dan kejujuran.​

Dalam dunia kerja, orientasi pada akhirat dapat meningkatkan kualitas kerja seseorang. Mereka yang bekerja dengan niat mencari ridha Allah akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik, bukan semata-mata untuk mendapatkan imbalan materi, tetapi sebagai bentuk ibadah.​

Pendidikan juga mendapat manfaat dari perspektif ini. Siswa yang belajar dengan tujuan memahami ciptaan Allah dan memberikan manfaat bagi sesama akan memiliki motivasi intrinsik yang kuat, dibandingkan dengan mereka yang belajar hanya untuk meraih gelar atau pekerjaan bergaji tinggi.​

Dalam hubungan sosial, fokus pada akhirat mendorong individu untuk memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan empati. Mereka menyadari bahwa hubungan baik dengan sesama adalah investasi untuk kehidupan setelah mati.​

Baca Juga: Ketika Palestina Dibantai, Di Mana Suara Negara-Negara Arab?

Kesehatan mental dan emosional seseorang juga dapat ditingkatkan dengan memprioritaskan akhirat. Kesadaran akan tujuan hidup yang lebih tinggi membantu individu mengatasi tantangan dan kesulitan dengan lebih sabar dan tabah.​

Dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi, mereka yang berorientasi pada akhirat akan lebih tenang, karena mereka memahami bahwa rezeki telah ditetapkan oleh Allah dan tugas mereka adalah berusaha sebaik mungkin sambil tetap berserah diri.

Keluarga yang dibangun dengan dasar nilai-nilai akhirat cenderung lebih harmonis. Anggota keluarga saling mendukung dalam kebaikan dan mengingatkan satu sama lain tentang pentingnya kehidupan setelah mati.​

Masyarakat yang anggotanya memprioritaskan akhirat akan lebih damai dan sejahtera. Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tolong-menolong akan lebih dominan, mengurangi konflik dan meningkatkan kesejahteraan bersama.​

Baca Juga: Melanjutkan Amal Kebaikan di Bulan Syawal

Dalam politik dan kepemimpinan, pemimpin yang berorientasi pada akhirat akan lebih cenderung untuk bertindak demi kepentingan rakyat, bukan untuk keuntungan pribadi, karena mereka sadar akan pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Secara keseluruhan, menjadikan akhirat sebagai fokus utama dalam kehidupan memberikan banyak manfaat, baik secara individu maupun sosial. Hal ini membantu individu menjalani kehidupan yang lebih bermakna, damai, dan seimbang, serta berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih baik.​

Sebagai penutup, penting bagi setiap Muslim untuk merenungkan kembali prioritas hidupnya. Dengan menempatkan akhirat di atas segalanya, kita tidak hanya meraih kebahagiaan abadi, tetapi juga menciptakan kehidupan dunia yang lebih harmonis dan bermakna.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Dolar, Drone, dan Darah: Ekspor Utama Amerika

 

Rekomendasi untuk Anda

MINA Preneur
Kolom
Dunia Islam