Oleh Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَ هُمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).” (Hadits shahih riwayat al-Hakim (I/93) dan al-Baihaqy (X/114))
Baca Juga: Ini Doa Terbaik Dari Keluarga untuk Jamaah Yang Pulang Umrah
Dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang lain menyebutkan,
عَنْ حُذَيـْفَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: دُوْرُوْا مَعَ كِـتَابِ اللهِ حَـيْـثُمَا دَارَ. الحاكم
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah bersabda, “Hendaklah kamu sekalian beredar bersama kitab Allah (Al-Quran) kemana saja ia beredar.” (Shahih HR. Al-Hakim)
Al-Quran seringkali lenyap dalam kehidupan kita. Lenyapnya Al-Quran bukan disebabkan karena Al-Quran itu menghilang keberadaannya, tetapi karena memang kitalah yang melupakan Al-Quran dari pikiran dan menutup Al-Quran dari hati kita.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-20] Tentang Istiqamah
Meski kita ditanya, “Apakah Anda percaya kepada Al-Quran?”, maka lisan kita akan menjawab, “Percaya.”
Namun, terlalu sering hati kita tidak mempercayai Al-Quran padahal ia tidak pernah berdusta dan Allah mengatakan bahwa tidak ada keraguan di dalamnya.
ذَٲلِكَ ٱلۡڪِتَـٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدً۬ى لِّلۡمُتَّقِينَ
Artinya, “Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 2)
Baca Juga: Hijrah Hati dan Diri: Panduan Syariah untuk Transformasi Spiritual dan Pribadi
Kita tidak sungkan-sungkan meninggalkan Al-Quran, padahal ia adalah kitab tuntunan dalam meraih kesuksesan dan pengabul segala keinginan yang hebat.
Apakah karena kita merasa Al-Quran tidak memenuhi apa yang kita inginkan dalam hidup ini, sehingga percuma untuk membaca kalimatnya, merenungi artinya dan melaksanakan maksudnya?
Tidak, wahai hamba Allah. Al-Quran akan merespon kehendak kita semua, karena Al-Quran memang diturunkan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri dalam wujud kalimat-kalimat suci dari Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
Baca Juga: Aksi Peduli Palestina: Cara Efektif dan Nyata Membantu Sesama yang Membutuhkan
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ
Artinya, “Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 185)
Anda ingin menjadi kaya? Anda ingin menjadi terkenal? Anda ingin berpangkat tinggi? Anda ingin menjadi sakti? Anda ingin bahagia, sehat, tenang dalam hidup? Atau Anda ingin masuk surga di akhirat nanti? Atau yang lainnya? Semua jalannya ada di dalam Al-Quran, karena Al-Quran merespon keinginan Anda, keinginan kita.
Banyak kisah orang-orang salih terdahulu yang menjadi kaya karena mengamalkan Al-Quran, menjadi pejabat dan penguasa karena mempraktekkan apa kata Al-Quran, menjadi jagoan pilih tanding karena ikut kata Al-Quran, menjalani hidup penuh bahagia karena menjadikan Al-Quran sebagai panduannya.
Baca Juga: Enam Cara Mudah Bantu Palestina
Al-Quran adalah kitab yang menjelaskan kepada orang-orang yang mau meminta penjelasan atau tuntunan dari permasalahannya kepada Al-Quran. Sehingga nanti di akhirat, orang-orang kafir yang tidak mau menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidupnya, berhayal untuk bisa kembali ke dunia dan mau menjadi orang beriman yang beriman kepada Al-Quran.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
الٓرۚ تِلۡكَ ءَايَـٰتُ ٱلۡڪِتَـٰبِ وَقُرۡءَانٍ۬ مُّبِينٍ۬ (١) رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ ڪَفَرُواْ لَوۡ كَانُواْ مُسۡلِمِينَ
Artinya, “Alif laam raa, ini adalah ayat-ayat Al-Kitab, yaitu (ayat-ayat) Al-Quran yang memberi penjelasan. Orang-orang yang kafir itu sering kali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim.” (QS. Al-Hijr [15] ayat 1-2)
Baca Juga: Makna Mubazir dalam Tafsir Al-Isra’ Ayat 27, Mengapa Pelaku Pemborosan Disebut Saudara Setan?
Betapa banyak kita ketahui kisah-kisah kejadian ajaib yang pernah dialami oleh orang-orang salih terdahulu, terutama dari kalangan para Nabi dan Rasul. Itu semua terjadi karena mereka mematuhi petunjuk dalam kitab yang diberikan kepada mereka oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Karena tingginya keimanan Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu kepada kebenaran Al-Quran sebagai kitab yang memberi solusi hidup, ia pernah berkata ketika menjabat sebagai khalifah,
لَوْ ضَاعَ مِنِّيْ عِقَالُ بَعِيْرٍ لَوَجَدْتُهُ فِيْ كِتَابِ اللهِ
Artinya, “Seandainya tali kekang untaku hilang, niscaya akan kudapatkan dalam Kitab Allah (Al-Quran).” (Risalah Bainal Amsi Wal Yaum)
Baca Juga: Suriah dan Corak Bendera yang Berganti
Karena Al-Quran diturunkan memang untuk manusia, maka beruntunglah orang-orang yang mau menerimanya dan merugilah orang-orang yang menolaknya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
ٱلَّذِينَ ءَاتَيۡنَـٰهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ يَتۡلُونَهُ ۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦۤ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ يُؤۡمِنُونَ بِهِۦۗ وَمَن يَكۡفُرۡ بِهِۦ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡخَـٰسِرُونَ
Artinya, “Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah [2] ayat 121)
Baca Juga: [Hadits Arbain Ke-20] Malu Bagian dari Iman
Untuk memenuhi semua tujuan hidup kita di dunia, terutama tujuan hidup di akhirat, pastinya kita harus mengetahui dengan jelas petunjuk apa yang diarahkan oleh Al-Quran kepada kita. Karena yang menjadi pertanyaan, “Seberapa dekatkah kita mengenali Al-Quran?”
Bagaimana caranya untuk mengenal lebih dekat kepada Al-Quran? Al-Quran itu sendiri memberikan penjelasan yang terang dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
وَإِذَا قُرِئَ ٱلۡقُرۡءَانُ فَٱسۡتَمِعُواْ لَهُ ۥ وَأَنصِتُواْ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Artinya, “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-A’raf [7] ayat 204)
Baca Juga: Hari HAM Sedunia: Momentum Perjuangan Palestina
عَنْ جَابِرٍ رضي الله اللهُ عنهُ عَنِ الَّنَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ القُرْآنُ شَافِعٌ مُشَفَّعٌ وَمَا حِلٌ مُصَدَّقٌ مَنْ جَعَلَهُ اَمَامَهُ قَادَهُ اِلىَ الْجَنَّةِ وَمَنْ جَعَلَهُ خَلْفَ ظَهْرِه سَاقَطَهُ اِلى النَّارِ.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, “Al-Quran adalah pemberi syafaat yang syafaatnya diterima dan sebagai penuntut yang tuntutannya dibenarkan. Siapa saja menjadikan Al-Quran di depannya, maka ia akan membawanya ke surga dan siapa saja meletakannya di belakang, ia akan mencampakannya ke dalam neraka.” (HR.Ibnu Hibbab dan Hakim)
Bersama-sama, marilah kita akrabi Al-Quran, mengenalinya dengan baik, dan hidup bersamanya. Lalu, mari kemudian temukan jalan hidup kita di dalamnya.
Selamat hidup bersama Al-Quran, semoga Allah menyelamatkan kita semua. Aamiin!
Baca Juga: Literasi tentang Palestina Muncul dari UIN Jakarta
لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ
(P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)