Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hijab Simbol Kemerdekaan Muslimah

Redaksi Editor : Arif R - 4 menit yang lalu

4 menit yang lalu

4 Views

Salah satu pengunjung open house saat mencoba memakai jilbab di pusat Islam Al-Masjid, Carolina Utara, AS. Foto: wnct.com

Oleh Farah Salsabila, Wartawan Kantor Berita MINA Edisi Bahasa Inggris

HIJAB bukan sekadar kain yang menutupi kepala, tetapi merupakan identitas, ketaatan, dan bentuk perlindungan bagi Muslimah. Sebelum Islam datang, peradaban sebelumnya telah mengenal konsep penutup kepala bagi perempuan. Namun, ketika Islam datang, perintah untuk memakai hijab menjadi kewajiban setelah Rasulullah ﷺ menerima wahyu yang menegaskan perintah bagi perempuan Muslim untuk menutup aurat.

Allah berfirman yang artinta, “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Q.S Al-Ahzab: 59)

Dari ayat ini, jelas bahwa hijab memiliki dua fungsi utama. Pertama, sebagai identitas Muslimah yang menunjukkan kemerdekaan, ketaatan dan kehormatan. Kedua, sebagai perlindungan dari gangguan serta pandangan yang tidak pantas dan nafsu yang bejat.

Baca Juga: Jurnalis atau Penyebar Dusta? Fikih Jurnalistik Menjawab Tantangan Berita Hoaks

Transformasi Hijab di Indonesia 

Pada zaman sekarang, dimana arus globalisasi dan modernisasi begitu deras tak terbendung, hijab menjadi salah satu topik yang terus diperbincangkan, baik dari sudut pandang pro maupun kontra. Bagi sebagian orang, hijab dianggap tidak sejalan dengan gaya hidup modern, ketinggalan zaman dan tidak fashionable. Namun, bagi Muslimah, hijab adalah simbol ketaatan dan keberanian yang justru semakin relevan di dunia yang sering kali terjebak dalam nilai-nilai materialistis. Hijab bukan hanya menutup aurat, melainkan identitas yang mengangkat martabat seorang muslimah.

Di Indonesia, hijab mengalami dinamika yang menarik dari awal kemunculannya hingga saat ini. Hijab pertama kali dikenakan pada abad-17 oleh seorang muslimah bangsawan asal Makasar yang kemudian pada awal tahun 1900, pemakaian hijab ditiru oleh perempuan jawa setelah berdirinya organisasi perempuan muslim Aisyiyah. Meskipun sudah sekian lama, namun masih menjadi perdebatan terkait dengan hijab ini walaupun pemakai hijab di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sejarah Indonesia mencatat bahwa pemakaian hijab sempat mengalami pelarangan khususnya pada masa orde baru. Pada saat itu pemerintah mengatur secara ketat isu-isu terkait agama. Pemerintah beranggapan bahwa hijab merupakan simbol politis yang dibawa dari Mesir dan Iran yang memiliki nilai-nilai budaya yang berbeda dengan Indonesia. Pemerintah khawatir bahwa hijab akan menjadi ancaman kekuasaan dan mengganggu stabilitas pemerintah.

Baca Juga: 10 Cara Ampuh Membuat Hubungan Suami Istri Makin Harmonis

Selain itu, di beberapa institusi pendidikan dan pemerintahan, penggunaan hijab sering kali dianggap sebagai simbol “keterbelakangan” atau “tidak modern”. Banyak sekolah negeri dan universitas yang melarang siswa atau mahasiswi mengenakan hijab, dengan alasan keseragaman dan integrasi nasional. Hal ini membuat banyak Muslimah merasa tertekan dan harus memilih antara menaati aturan sekolah atau menjalankan keyakinan agamanya.

Akhirnya, pada tahun 1991, Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang memperbolehkan penggunaan hijab di sekolah-sekolah negeri. Keputusan ini menjadi titik balik penting dalam sejarah hijab di Indonesia, membuka jalan bagi Muslimah untuk mengekspresikan keyakinan mereka secara lebih bebas. Tidak lama kemudian, hijab telah menjadi tren terbaru di kalangan para muslimah. Hal ini juga didukung oleh dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama, telah menyatakan bahwa hijab adalah pakaian ideal untuk muslimah.

Di era modern, hijab mengalami transformasi dari sekadar kewajiban agama menjadi bagian dari gaya hidup Muslimah. Media sosial berperan besar dalam mempopulerkan hijab sebagai ekspresi diri yang tetap syar’i. Influencer Muslimah dan artis yang berhijrah semakin banyak, membawa pengaruh positif bagi generasi muda. Sehingga, hijab yang mereka kenakan sering kali menjadi standar hijab di masyarakat.

Namun, ada tantangan lain yang muncul, yaitu hijab yang sekadar tren tanpa memahami esensi syariatnya. Hijab tidak hanya tentang menutup kepala, tetapi juga mencerminkan akhlak yang baik dan menjaga kesopanan dalam berpakaian. Islam mengajarkan keseimbangan antara estetika dan kesederhanaan, sebagaimana dalam hadis Rasulullah ﷺ:

Baca Juga: 10 Ciri Pemimpin yang Buruk

“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan…” (HR. Muslim)

Penting bagi Muslimah untuk memahami bahwa berhijab tidak berarti tampil asal-asalan. Hijab seharusnya tetap menjaga nilai estetika, agar mencerminkan keindahan Islam, bukan sekadar kain yang dipakai tanpa memperhatikan nilai dan kehormatannya.

Meskipun di Indonesia hijab semakin diterima, di berbagai negara Barat hijab masih menjadi perdebatan. Di beberapa negara Eropa, seperti Austria, pemerintah memberlakukan larangan penggunaan hijab di sekolah dasar dengan dalih “integrasi budaya.” Hal ini bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama yang mereka junjung tinggi.

Aksi solidaritas dari Martha Bissmann, seorang anggota parlemen independen Austria, menjadi sorotan dunia. Ia mengenakan hijab dalam sidang parlemen sebagai bentuk dukungan terhadap kebebasan Muslimah.

Baca Juga: Menjadi Da’i Beradab: Membangun Dakwah yang Berkah

Hijab adalah simbol toleransi dan solidaritas,” tegasnya.

Perjuangan Muslimah berhijab di negara-negara yang masih skeptis terhadap hijab menjadi pelajaran berharga. Mereka membuktikan bahwa hijab bukan penghalang kesuksesan. Banyak Muslimah berhijab yang berkarier sebagai dokter, ilmuwan, guru, hingga pemimpin masyarakat.

Hijab, Fashion, dan Bisnis

Perkembangan dunia fashion Muslimah telah membuka ruang bagi hijab untuk menjadi lebih dari sekadar penutup aurat. Tren hijab kini hadir dengan berbagai model yang tetap memenuhi syariat namun tetap stylish. Selebriti dan desainer Muslim turut mendorong perubahan ini, menunjukkan bahwa hijab bukanlah penghalang untuk tampil elegan dan percaya diri.

Baca Juga: 11 Alasan Mengapa Harus Mengonsumsi Makanan Halal

Hijab kini menjadi bagian dari industri fashion global, dengan berbagai brand lokal dan internasional yang berkembang pesat. Desainer Muslimah seperti Dian Pelangi, Ria Miranda, dan banyak lainnya telah membawa hijab ke panggung internasional, membuktikan bahwa hijab dapat berpadu dengan kreativitas dan estetika.

Selain sebagai bagian dari fashion, hijab juga membuka peluang bisnis bagi Muslimah di seluruh dunia. hijab/">Bisnis hijab, mulai dari produksi kain, desain hijab, hingga marketplace yang menjual berbagai model hijab, telah menjadi salah satu sektor ekonomi kreatif yang berkembang pesat. Banyak Muslimah yang sukses membangun bisnis mereka sendiri, menciptakan lapangan pekerjaan, serta memperkenalkan produk hijab berkualitas tinggi ke pasar global.

Bahkan, hijab kini menjadi bagian dari gerakan sustainable fashion, dengan banyak brand yang mulai memproduksi hijab dari bahan ramah lingkungan. Inovasi ini menunjukkan bahwa hijab tidak hanya sekadar kewajiban agama, tetapi juga bisa menjadi tren yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Hijab Simbol Kemerdekaan

Baca Juga: Kesamaan Perjuangan Bangsa Palestina dengan Indonesia

Di tengah dunia yang menuntut Muslimah untuk menyesuaikan diri dengan standar sekuler, hijab hadir sebagai pernyataan keberanian. Muslimah yang berhijab menolak tunduk pada standar kecantikan yang mengeksploitasi tubuh perempuan dan memilih untuk membebaskan diri dari penilaian superfisial. Hijab adalah simbol kemerdekaan sejati—kemerdekaan untuk memilih menjalankan perintah Allah di atas ekspektasi duniawi.

Banyak Muslimah yang tetap teguh berhijab meskipun mendapat tekanan sosial, politik, atau budaya. Mereka yang mempertahankan hijab di lingkungan yang menentangnya adalah bukti nyata bahwa hijab adalah pilihan yang dilandasi keyakinan, bukan paksaan. Allah berfirman:

“Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung.” (QS. An-Nur: 52)

Kesimpulan, hijab adalah lambang keberanian, ketaatan, dan kemerdekaan bagi Muslimah. Ia bukan sekadar tren atau fashion, tetapi bagian dari prinsip hidup yang mencerminkan keimanan dan identitas Islam. Dengan hijab, Muslimah membuktikan bahwa mereka dapat berkontribusi dan berprestasi di berbagai bidang tanpa harus melepaskan nilai-nilai Islam yang mereka yakini. []

Baca Juga: Watak Buruk Bangsa Israel, Berulang Kali Melanggar Perjanjian

Mi’raj News Agency (MINA)

 

Baca Juga: Pentingnya Propaganda Perjuangan Palestina, Pelajaran dari Bangsa Indonesia

Rekomendasi untuk Anda

Kolom
Khadijah
Khadijah