Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hijrah Bukan Tren, Tapi Jalan Pulang yang Hakiki

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 39 detik yang lalu

39 detik yang lalu

0 Views

Ilustrasi

DI ERA media sosial, kata “hijrah” menjadi salah satu istilah yang paling sering digaungkan. Mulai dari unggahan bertagar #Berhijrah, komunitas hijrah, hingga kajian-kajian bertema hijrah yang penuh antusiasme. Sebagian orang menganggap hijrah sebagai perubahan penampilan, sebagian lagi menjadikannya ajang aktualisasi diri, bahkan tak sedikit yang terjebak menjadikan hijrah sebagai tren sosial. Padahal, hakikat hijrah jauh lebih dalam dari sekadar perubahan luar. Hijrah adalah jalan pulang menuju Allah, sebuah perjalanan spiritual yang hakiki dan penuh makna.

Hijrah sejatinya adalah perjalanan hati menuju ridha Allah SWT. Ia bukan sekadar meninggalkan pakaian ketat lalu berbusana syar’i, bukan semata-mata mengganti playlist musik dengan lantunan murottal, bukan hanya berhenti pacaran lalu aktif ikut kajian. Semua itu memang bagian dari hijrah, namun bukan inti dari hijrah itu sendiri.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia, dan sesungguhnya pahala di akhirat itu lebih besar, jika mereka mengetahui.” (Qs. An-Nahl: 41)

Ayat ini menegaskan bahwa hijrah harus dilandasi niat karena Allah, bukan karena ingin diterima komunitas, bukan karena ingin tampil saleh di hadapan manusia, dan bukan pula karena sekadar mengikuti tren. Sebab, hijrah yang sejati adalah kesadaran untuk memperbaiki diri karena cinta kepada Allah dan takut kepada azab-Nya.

Baca Juga: Haji Berkali-kali, Tapi Tetap Sombong dan Kikir?

Hijrah Itu Butuh Keberanian

Hijrah bukan perkara mudah. Ia menuntut keberanian meninggalkan zona nyaman, melepaskan hal-hal yang kita sukai tapi Allah benci, dan menerima perubahan yang seringkali menyakitkan. Tak jarang, hijrah membuat seseorang kehilangan teman, dijauhi keluarga, bahkan dicibir oleh lingkungan sekitar.

Namun, Allah menjanjikan sesuatu yang luar biasa bagi orang yang tetap teguh di jalan hijrah, “Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak.” (Qs. An-Nisa: 100)

Hijrah mengajarkan kita bahwa jalan menuju surga tidak selalu mulus, tapi selalu penuh hikmah. Kesulitan dalam hijrah adalah bentuk tarbiyah dari Allah, untuk menjadikan kita lebih kuat, lebih tawakal, dan lebih dekat kepada-Nya.

Banyak yang berpikir bahwa hijrah berarti langsung menjadi sempurna. Padahal, hijrah adalah proses panjang dan berliku, bukan perubahan instan. Setiap orang memiliki waktu dan tantangannya masing-masing. Ada yang perlahan meninggalkan satu kebiasaan buruk, ada pula yang langsung totalitas berubah. Keduanya tetap mulia selama dijalani dengan ikhlas dan istiqamah.

Baca Juga: Topeng Demokrasi Amerika Roboh di Tepi Gaza

Dalam hadis shahih disebutkan, “Sesungguhnya amalan yang paling dicintai Allah adalah yang terus-menerus meskipun sedikit.”  (HR. Bukhari dan Muslim)

Hijrah bukan ajang saling menghakimi, melainkan momen untuk saling menguatkan. Bukan saatnya kita merasa lebih baik dari orang lain hanya karena kita telah hijrah terlebih dahulu. Justru, kita harus menjadi peneduh dan penuntun bagi mereka yang sedang merangkak menuju cahaya Allah.

Hijrah Itu Panggilan Pulang

Hijrah bukan tentang siapa yang paling dulu berubah, tapi siapa yang paling tulus kembali. Karena hakikat hijrah adalah panggilan pulang kepada Allah. Dunia ini hanyalah persinggahan. Kita semua adalah musafir yang tengah menempuh perjalanan panjang, dan hijrah adalah langkah sadar untuk kembali ke jalan yang Allah ridhai.

Rasulullah SAW bersabda:
“Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya. Dan orang yang berhijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Baca Juga: Tarian Tanpa Hijab di Depan Trump: Potret Jahiliyah Modern di Negeri Muslim

Artinya, hijrah tidak hanya tentang tampilan luar, tapi juga pembersihan hati, lisan, dan perbuatan dari segala hal yang Allah murkai. Kita bisa berpenampilan syar’i, tetapi jika hati masih penuh hasad, lisan masih suka mencela, dan perbuatan masih melukai sesama, maka hijrah kita belum sempurna.

Akan ada saatnya semangat hijrah menurun. Iman naik turun. Hati kembali digoda untuk kembali ke masa lalu yang penuh dosa. Tapi jangan pernah menyerah. Sebab Allah tidak melihat siapa kamu di masa lalu, tapi siapa kamu saat ini dan ke mana kamu melangkah sekarang.

Jika engkau lelah, istirahatlah sejenak, tapi jangan berbalik arah. Ingat, Allah tidak pernah menuntut kita menjadi sempurna, tapi Allah mencintai hamba yang terus berusaha memperbaiki diri.

Allah berfirman, “Katakanlah, wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (Qs. Az-Zumar: 53)

Baca Juga: Masjid Al-Aqsa, Doa dan Harapan

Hijrah adalah anugerah, bukan prestasi. Maka, jangan pernah bangga karena sudah hijrah, tapi takutlah jika suatu hari engkau berhenti di tengah jalan. Teruslah memperbaiki diri, istiqamahlah di jalan kebaikan, dan jangan pernah meremehkan orang yang belum berhijrah. Karena bisa jadi, suatu hari mereka lebih dulu sampai di surga dibanding kita.

Mari jadikan hijrah sebagai langkah sadar dan penuh cinta menuju Allah. Bukan karena tren, bukan karena manusia, tapi karena kita ingin pulang dengan hati yang bersih, wajah yang bersinar, dan amal yang penuh berkah. Karena sesungguhnya, hijrah bukan akhir dari perjalanan—hijrah adalah awal dari kembalinya kita kepada fitrah sebagai hamba Allah yang sejati, wallahu a’lam.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Peringatan Nakba: Simbol Perlawanan dan Hak Kembali Bangsa Palestina

Rekomendasi untuk Anda

MINA Edu
MINA Health
Khadijah
Khadijah
Artis mualaf Indonesia 2025
Kolom