Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hijrahmu Viral, Tapi Auratmu Masih Mengundang Dosa

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 3 menit yang lalu

3 menit yang lalu

0 Views

Penantian berat bagi seorang wanita atau muslimah adalah menanti datangnya pendamping hidup (foto: ig)

HIJRAH bukan sekadar tren. Ia adalah bentuk ketaatan total, bukan sekadar perubahan gaya busana atau caption di media sosial. Namun, betapa ironinya jika hijrahmu viral, tetapi auratmu masih diumbar. Padahal, salah satu tanda hijrah yang hakiki adalah perubahan dalam hal menutup aurat dengan benar, bukan sekadar mengganti pakaian dengan model yang lebih panjang namun tetap memperlihatkan lekuk tubuh.

Kini kita menyaksikan banyak muslimah yang mengaku berhijrah, tetapi pakaiannya tetap menjerat mata. Memakai jilbab namun transparan, mengenakan kerudung tapi dipadukan dengan celana ketat. Hijrah dijadikan konten, bukan bentuk ketaatan. Padahal Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menampakkan perhiasanmu kecuali yang (biasa) tampak daripadanya…” (QS. An-Nur: 31).

Media sosial menjadi panggung utama untuk eksistensi, bukan untuk menyebarkan kesadaran. Selfie demi selfie, pamer OOTD (Outfit of The Day), bahkan mengedit agar makin “cantik syar’i”. Di manakah rasa malu yang dulu menjadi mahkota perempuan salihah? Rasulullah SAW bersabda, “Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari).

Menutup aurat itu bukan pilihan, tapi kewajiban. Bukan tentang rasa nyaman, tetapi tentang perintah dari Rabb kita. Jangan bangga disebut “hijrah” jika masih menjadikan tubuhmu konsumsi publik. Jangan bangga dikagumi karena cantik di depan kamera, padahal Allah murka karena engkau membuka aurat di hadapan yang bukan mahram.

Baca Juga: Meneladani Khadijah bagi Muslimah Masa Kini

Hijrah bukan berarti harus sempurna seketika, tapi ada kesungguhan untuk terus membaik. Yang keliru adalah ketika kita merasa cukup dengan perubahan minimal, lalu menolak nasihat dengan dalih, “yang penting hatinya dulu.” Padahal iman itu tak hanya di hati, tapi juga tampak dalam perbuatan.

Banyak yang marah saat diingatkan, merasa diserang padahal sedang disayang. Seolah dakwah tentang aurat adalah bentuk penghakiman. Padahal, bukankah kita harus saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran? (QS. Al-‘Ashr). Jangan sampai keviralan hijrahmu menjadi fitnah karena menyesatkan yang lain dengan gaya hijrah yang setengah hati.

Wahai muslimah, berhijrahlah karena Allah, bukan karena tren atau ingin tampil estetik di Instagram. Tutuplah auratmu dengan sempurna, bukan hanya asal tutup. Bukan karena takut dikritik, tapi karena ingin meraih ridha Allah. Sebab auratmu adalah amanah, bukan untuk dipamerkan, tapi untuk dijaga.

Hijrah yang sejati melahirkan rasa malu dan taat. Ia mendorong kita menjauhi pandangan manusia dan lebih fokus pada penilaian Allah. Tak perlu viral untuk dianggap baik, cukup Allah yang melihat ketulusan kita. Sebab dunia bisa tertipu dengan pencitraan, tapi Allah tahu isi hati dan amal perbuatan.

Baca Juga: Peran Muslimah dalam Solidaritas Al-Aqsa dan Palestina

Mari berhijrah dengan ilmu dan adab. Mari sempurnakan hijrah kita dengan menutup aurat sesuai syariat. Bukan karena ingin tampil beda, tapi karena ingin selamat dunia akhirat. Karena hijrahmu bukan untuk viral, tapi untuk menjadi lebih dekat kepada Allah. Jangan biarkan auratmu jadi sumber dosa saat kamu sedang berjuang menjadi lebih taat.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Berjilbab Tapi Pacaran, Muruah yang Hilang di Balik Tudung Suci

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Khadijah
Kolom
Khadijah