Oleh: Rana Setiawan, Wartawan Kantor Berita MINA
Ramadhan adalah tamu agung yang Allah telah memuliakannya dibanding bulan-bulan lainnya. Ayat dan hadits tentang beberapa kemuliaan Ramadhan tentu sudah sering kita baca dan dengar melalui kajian dan ceramah-ceramah agama.
Salah satunya adalah hadis berikut: “Dari Ubadah bin Ash-Shamit, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam -pada suatu hari, ketika Ramadhan telah tiba- bersabda: Ramadhan telah datang kepada kalian, bulan yang penuh berkah, pada bulan itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan naungan-Nya kepada kalian. Dia turunkan Rahmat-Nya, Dia hapuskan kesalahan-kesalahan, dan Dia kabulkan do’a. pada bulan itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan melihat kalian berpacu melakukan kebaikan. Para malaikat berbangga dengan kalian, dan perlihatkanlah kebaikan diri kalian kepada Allah. Sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang pada bulan itu tidak mendapat Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.” (HR Ath-Thabarani).
Bulan Allah telah datang kepada kita semua dengan penuh berkah, rahmat dan ampunan. Bulannya di sisi Allah adalah bulan yang terbaik. Hari-harinya adalah hari-hari terbaik. Malam-malamnya adalah malam-malam terbaik dan jam-jamnya adalah jam terbaik.
Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat
Beberapa ulama mengatakan bahwa kewajiban puasa di bulan Ramadhan disyariatkan agar orang kaya dan orang miskin menjadi sederajat. “Sesungguhnya, Allah mewajibkan ibadah puasa supaya tercipta kesetaraan antara orang kaya dan orang miskin.”
Ibadah puasa diwajibkan untuk semua kalangan, baik dia itu orang miskin atau orang kaya. Semuanya diwajibkan dalam waktu tertentu merasakan satu hal yang sama.
Padahal, di bulan yang lain, hanya orang miskin yang harus menanggung rasa haus dan lapar. Bulan Ramadhan menghilangkan sekat perbedaan itu. Semua harus merasakan hal yang sama selama beberapa jam.
Ramadhan mengajarkan setiap muslim untuk dapat memiliki aksi ke arah peduli kepada kehidupan sosial. Sehebat dan sebaik apapun Ramadhan yang dilakukan secara individu, tetap dinilai tidak sempurna jika tidak diiringi dengan ibadah sosial yang semakin baik. Kepedulian kepada masyarakat merupakan wujud dari pelajaran yang bisa dipetik dari bulan Ramadhan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat
Selain menjadi bulan penuh hikmah, bulan suci Ramadhan ini bisa disebut sebagai bulan silaturahmi. Bulan di mana semangat menyambung persaudaraan biasa dilakukan oleh umat Islam di mana pun berada.
Ramadhan yang baru kita jalani, sebagai makhluk sosial, silaturahmi merupakan jalan untuk memenuhi kebutuhan kita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Apalagi saat bulan Ramadhan, silaturahmi tak hanya jadi cara untuk memperkuat hubungan kita dengan sesama tetapi juga mendatangkan kebaikan bagi banyak orang, termasuk diri kita sendiri.
Dalam sebuah hadist Rasulullah Shallallahu Aalaihi Wasallam bersabda: “Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahmi”. (HR Bukhari)
Aktivitas-aktivitas silaturahim yang membawa kebaikan yang harus kita perhatikan saat bulan Ramadhan, seperti kultum bakda Isya, shalat Tarawih, kuliah subuh, dan sebagainya. Semua itu dibungkus dalam wadah kebersamaan yang dirajut dalam ikatan silaturahmi.
Baca Juga: Tertib dan Terpimpin
Tidak hanya mendatangkan pahala berlipat ganda, menjalani shalat tarawih yang biasa dilaksanakan berjama’ah di masjid setiap bada shalat Isya selama bulan Ramadhan ini juga bisa menambah ilmu tentang agama, dan membuat kita menjalin silahturahim dengan para tetangga yang sebelumnya sangat sulit dilakukan.
Selain beberapa kebaikan yang telah disebutkan tersebut dalam membangun hubungan silaturahim pada bulan puasa ini adalah melaksanakan Tadarus Al-Quran bersama, agar bisa mendapatkan manfaatnya, tadarus hendaknya tidak dilakukan sendirian namun bisa dilakukan bersama-sama. Jika dilakukan secara bersama-sama mafaatnya tidak hanya menambah ilmu dan pahala tetapi juga bisa menjadi wadah untuk menjalin silaturahim kita dengan banyak orang.
Selain itu juga silaturahim bisa dilaksanakan melalui zakat, karena zakat juga merupakan kewajiban setiap muslim untuk mengeluarkan hartanya kepada mereka yang membutuhkan. Zakat juga bermanfaat untuk membersihkan dan mensucikan kita yang memberikannya.
Tapi ternyata, di balik itu semua ada manfaat lain yang bisa kita dapatkan dengan melakukan zakat. Itu adalah silaturahmi. Zakat bisa menjadi ajang silaturahim karena kita bisa berinteraksi dengan mereka yang menerima zakat.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat
Interaksi ini tidak hanya sebatas hubungan zakat, tetapi juga melahirkan silaturahim yang membuat kita sadar bahwa banyak sekali orang yang tidak beruntung di dunia ini. Munculnya kesadaran itu membuat kita juga mengerti bahwa keberadaan kita ternyata bisa membawa keberkahan bagi orang lain.
Tak hanya kegiatan dan perbuatan tersebut, amalan baik bisa juga menjadi ajang silaturahim kita terhadap sesama. Misalnya dengan melakukan amalan baik yang sederhana yaitu memberikan senyuman.
Senyuman bisa kita lakukan saat berpapasan, baik dengan orang yang kita kenal, maupun yang tidak kita kenal.
Selain dihitung sebagai ibadah, tersenyum juga bisa mendekatkan silahturahmi yang ada karena senyuman merupakan bagian interaksi kita terhadap sesama. Tersenyum pun dapat memberikan kebahagian karena jika kita melihat seseorang tersenyum maka otomatis kita akan ikut tersenyum dan merasa bahagia.
Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?
Sementara Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan mengenai ayat Al-Quran Surat Ar-Rad ayat 21 yakni perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar menjalin silaturahmi, berbuat baik kepada kaum kerabat dan sanak famili, juga kepada kaum fakir miskin, orang-orang yang memerlukan bantuan, dan mendermakan kebajikan.
“Mereka (orang-orang beriman) itu takut kepada Tuhannya.” (Ar-Rad: 21) Yakni dalam mengerjakan amal-amal yang harus mereka lakukan dan dalam menghindari perbuatan-perbuatan yang harus mereka tinggalkan. Dalam hal tersebut mereka merasa di bawah pengawasan Allah dan mereka merasa takut akan hisab yang buruk di hari akhirat. Karena itulah maka Allah memerintahkan mereka untuk tetap berada dalam jalan yang lurus dan istiqamah dalam semua aktivitas dan semua keadaan yang mereka alami.
Umat muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia mulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan tahun ini dalam suasana masih penuh keprihatinan, karena kehidupan bersama masih harus berdampingan dengan pandemi Covid-19.
Untuk itu, Ramadhan sebagai bulan silaturahim harus dijadikan sebagai momen menjalin kolaborasi dengan sesama mukmin, dengan saling membantu, menyayangi, melengkapi, menutupi, dan saling menguatkan. (A/R1/RS2)
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat