Oleh: Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA
Saat seruan adzan berkumandang “hayya ‘alash shalah”, artinya mari dirikan shalat. Lalu dilanjutkan dengan “hayya ‘alal falah”, artinya mari meraih kemenangan.
Makna dari rangkaian keduanya adalah bahwa kita diseru untuk menunaikan shalat berjamaah di masjid-masjid Allah. Kita pun memenuhi undangan agung nan mulia tersebut karena ketaatan kita kepada Sang Pemberi Hidup, Allah Ta’ala.
Syaikh Al-Tibi menyebutkan dua kehidupan dalam seruan itu, yakni mendatangi shalat (berjamaah) meraih hidayah, dan mendapatkan kemenangan, kebahagiaan, keberuntungan abadi, yakni di surga nanti.
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
Kita tidak dapat menunaikan itu semua tanpa pertolongan dan bimbingan Allah. Karena itu, jika kita mendengar muadzin melafalkan kedua seruan itu, “hayya ‘alash shalah” dan “hayya ‘alal falah”. Maka kita diam dan membalas dengan ucapan “Laa haula walaa quwwata illaa billah”, artinya tidak ada daya dan upaya kecuali dari Allah.
Sungguh betapa ruginya kita jika menyia-nyiakan seruan adzan tersebut, yang memberi peluang kita untuk mendapatkan kebahagiaan hakiki.
Terlebih pada bulan suci Ramadhan ini, seruan adzan berkumandang lima kali sehari semalam, mestinya memberikan dorongan lebih agar kita mendatanginya. Mengingat pahala besar-besaran jika kita menunaikan shalat berjamaah pada bulan suci Ramadhan ini. Termasuk peluang mendapatkan kebahagiaan, kesuksesan, keberuntungan dan kemenangan jika kita menunaikannya.
Terkait dengan shalat pada bulan Ramadhan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memberikan jaminan orang-orang yang menunaikan Qiyamu Ramadhan, shalat malam pada bulan Ramadhan atau Shalat Tarawih, dengan pahala dan ampunan dosa-dosa.
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-5] Tentang Perkara Bid’ah
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa melakukan shalat malam Ramadhan (Tarawih) karena iman dan mengharap pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu).
Pada hadits lain disebutkan:
إِنَّ رَمَضَانَ شَهْرٌ فَرَضَ اللَّهُ صِيَامَهُ وَإِنِّي سَنَنْتُ لِلْمُسلِمِيْنَ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِعيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ الذُّنُوبْ كَيَوْم وَلَدَتْهُ أُمُّه
Artinya : “Sesungguhnya Ramadhan adalah bulan di mana Allah mewajibkan puasa, dan sesungguhnya aku menganjurkan shalat malamnya untuk orang-orang Islam. Maka barang siapa berpuasa Ramadhan dan shalat pada bulan Ramadhan (Tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka ia (pasti) keluar dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah).
Oleh karena itu, marilah kita isi hari-hari sepanjang Ramadhan ini dengan memenuhi seruan adzan, shalat fardhu berjamaah. Marilah juga kita isi malam-malam Ramadhan ini dengan Shalat Tarawih melengkapi puasa Ramadhan.
Baca Juga: [Hadits Arbain ke-4 ] Proses Penciptaan Manusia dan Takdir dalam Lauhul Mahfuzh
Semoga Allah memberikan kita kekuatan dan kemudahan dalam memenuhi seruan adzan dan dalam mendirikan Shalat Tarawih pada malam-malam bulan suci Ramadhan. Aamiin. (A/RS2/P1)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: [Hadist Arbain ke-3] Rukun Islam