Zabadani, Suriah, 11 Dzulhijjah 1436/25 September 2015 (MINA) – Hizbullah dan oposisi Suriah telah sepakat gencatan senjata selama enam bulan di tiga kota Suriah yang menjadi medan pertempuran.
“Di bawah sponsor Turki dan Iran serta jaminan dari PBB, kesepakatan telah dicapai antara Hizbullah Lebanon dan pejuang Ahrar al-Sham di Zabadani, Fuaa dan Kafraya,” kata lembaga monitoring Observatorium Suriah untuk HAM, Kamis (24/9).
Fuaa dan Kafraya adalah dua wilayah Syiah yang tersisa di provinsi Idlib yang masih dikuasai oleh rezim Suriah, sementara Zabadani adalah benteng terakhir oposisi di dekat perbatasan Lebanon.
Observatorium mengatakan, kesepakatan bertujuan mengevakuasi perempuan dan anak-anak dari Fuaa dan Kafraya dengan imbalan penarikan pasukan oposisi Zabadani bersama dengan keluarga mereka ke provinsi Idlib. Termasuk evakuasi korban luka kritis dari kota Madaya yang berdekatan dengan Zabadani.
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
Beberapa gencatan senjata juga pernah dilakukan di tiga kota itu di masa lalu, Nahar Net melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Pasukan pro-pemerintah dan Hizbullah melancarkan serangan untuk merebut kembali Zabadani pada bulan Juli, mendorong aliansi oposisi, termasuk anggota Al-Qaida Nusra Front untuk mengepung Fuaa dan Kafraya yang penghuninya adalah warga berpaham Syiah.
Hizbullah telah mengirimkan ribuan pejuangnya melintasi perbatasan untuk mendukung pasukan Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Intervensi kelompok telah membantu tentara Suriah merebut kembali sebagian kota di wilayah Qalamoun dekat perbatasan dengan Lebanon.
Ratusan pejuang Hizbullah dilaporkan telah tewas selama konflik sampai saat ini.
Secara total, lebih 240.000 orang telah tewas di Suriah sejak konflik dimulai pada Maret 2011.
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Konflik telah berkembang menjadi perang saudara yang kompleks dan melibatkan oposisi, rezim, Al-Qaeda, Islamic State (ISIS/Daesh), Hizbullah Lebanon dan kelompok Kurdi. Konflik diperburuk oleh serangan udara koalisi pimpinan Amerika Serikat. (T/P001/P4)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata