Istanbul, 20 Dzulqa’dah 1436/4 September 2015 (MINA) – Sikap Perancis adalah sama dengan sikap Turki dalam menghadapi masalah pengungsi, kata Presiden Prancis Francois Hollande dalam percakapan telepon dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Kamis.
Percakapan via telepon dilakukan setelah tenggelamnya 12 pengungsi dari Suriah, termasuk delapan anak-anak, di pantai kota wisata Turki, Bodrum Rabu pagi, akibat kapal yang mereka tumpangi karam di Laut Aegean dalam pelayaran ke pulau Yunani.
Eropa sedang menghadapi krisis pengungsi terbesar dalam beberapa dekade, dengan ribuan pencari suaka dari Timur Tengah dan negara-negara Afrika berusaha mencapai Eropa Barat. sebagaimana dilaporkan Anadolu Agency dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Dalam pemicaraan telepon tersebut, kedua pemimpin sepakat bahwa semua negara dan khususnya Uni Eropa harus mengambil langkah yang diperlukan dalam mengatasi krisis.
Baca Juga: ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Gallant
Hollande mengatakan bahwa Perancis akan membantu Turki agar dapat lebih banyak membantu para pengungsi dan memuji bantuan Turki untuk migran terutama bagi mereka yang berasal dari Suriah, kata sumber-sumber.
Sementara itu Erdogan mengharapkan masyarakat internasional untuk aktif menangani krisis pengungsi ini. “Kami menjadi tuan rumah dari sekitar 2 juta pengungsi Suriah dan Irak,” tuturnya.
Kota wisata Bodrum pantai di selatan-barat provinsi Mugla Turki adalah lokasi pilihan bagi para migran mencoba untuk mencapai Kos, sebagai rute terpendek melalui laut dari Asia ke wilayah Uni Eropa.
Pada bulan Juli, rekor 100.000 mencapai perbatasan Uni Eropa, sementara lebih dari 150.000 memasuki Hungaria dalam delapan bulan pertama tahun ini. Jerman sendiri menerima 800.000 permohonan suaka pada tahun 2015, empat kali jumlah tahun lalu.
Baca Juga: Turkiye Tolak Wilayah Udaranya Dilalui Pesawat Presiden Israel
Sekitar 2.500 pengungsi dan migran telah meninggal atau hilang dalam upaya untuk mencapai Eropa tahun ini, menurut PBB. (T/AE/P2)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Setelah 40 Tahun Dipenjara Prancis, Revolusioner Lebanon Akan Bebas