HOUTHI BERUNDING HANYA DENGAN SATU PARTAI

PROTES YAMAN

PROTES YAMAN
Ribuan warga di provinsi Aden gelar protes anti-, Jumat 30 Januari 2015. (Foto:

, 10 Rabi’ul Akhir 1436/31 Januari 2015 (MINA) – Kelompok bersenjata Houthi yang menguasai ibukota Yaman, mulai mengadakan pertemuan dengan satu pihak saja untuk membentuk sebuah dewan presiden guna mengakhiri krisis politik negara itu.

Para pemimpin dari gerakan wilayah selatan memutuskan keluar dari diskusi dan hanya Partai Kongres Rakyat Agung, partainya mantan Presiden Ali Abdullah Saleh, yang bergabung dalam pembicaraan tiga hari itu, Al Jazeera melaporkan yang dikutip Mi’raj Islamic News Agency (MINA).

Pembicaraan bertujuan mengisi kekosongan setelah Abd-Rabbu Mansour Hadi mengundurkan diri sebagai Presiden bersama kabinetnya  pada 22 Januari 2015 lalu.

Pertemuan Jumat di Sanaa itu seolah memberi pembenaran tudingan yang menuduh Saleh mendukung “” yang dilakukan Houthi yang berasal dari wilayah utara Yaman.
Houthi menguasai kota sejak September 2014 dan menempatkan presiden di bawah tahanan rumah, yang kemudian memicu pengunduran dirinya dan menciptakan kekosongan kekuasaan.

Di hari yang sama, ratusan demonstran berunjuk rasa di kota selatan Aden, menolak tawaran solusi pemimpin Houthi Abdulmalek Al-Houthi yang akan membentuk dewan presiden transisi dengan enam anggota.

Tiga anggota akan mewakili wilayah utara Yaman dan tiga lainnya dari selatan.

Di tempat lain di negeri itu, saksi mata mengatakan, anggota bersenjata Houthi tersebar dan menahan demonstran selama unjuk rasa nasional yang dihadiri oleh puluhan ribu massa, mencela kelompok oposisi yang mereka sebut “” dan melakukan kudeta.

Radwan Masoud, Ketua Persatuan Mahasiswa di Universitas Sanaa dan Amran, salah satu yang dilaporkan ditahan.

Universitas Sanaa menjadi titik fokus dari protes anti-Houthi, sering dibubarkan oleh para anggota Houthi dengan menembak ke udara dan menahan aktivis.

Jamal Benomar, Utusan PBB untuk Yaman, bekerja dengan partai politik dalam kesepakatan pembagian kekuasaan.

Namun pada Kamis, faksi dari Gerakan Selatan mengumumkan mereka berhenti berpartisipasi dalam pembicaraan yang mereka nilai “sia-sia”.

Gerakan Selatan mengatakan, pembicaraan berlangsung di bawah intimidasi dan pengepungan.

Di pusat provinsi Baida, pengunjuk rasa menuduh utusan PBB gagal mengakhiri krisis Yaman. Mereka meneriakkan pengusiran Benomar dari Yaman.

Krisis telah menimbulkan kekhawatiran, Yaman bisa dinyatakan menjadi negara gagal. (T/P001/P2)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

 

 

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.

Comments: 0