Benghazi, 2 Dzulhijjah 1435/26 September 2014 (MINA) – Sekitar 250 orang terbunuh akibat motif politik di kota Benghazi dan Derna, Libya timur, pada 2014, kata Human Rights Watch (HRW), Rabu.
Dalam pernyataannya HRW mengatakan, “tindakan pidana pembunuhan di Benghazi dan Derna meripakan kejahatan perang paling keji terhadap kemanusiaan” dan HRW menuntut penyelidikan internasional untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Menurut HRW, Pihak pemerintah Libya telah gagal untuk melakukan investigasi, menuntut mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan di luar pelanggaran hukum, demikian laporan Middle East Monitor (MEMO) seperti dikutip MI’raj Islamic News Agency (MINA), Jumat.
Direktur LSM Hak Asasi Manusia Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Leah Whitson mengatakan, “mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan terbaru di Libya Timur harus menyadari bahwa jaksa pengadilan Mahkamah Kejahatan Internasional (ICC) memiliki mandat untuk menyelidiki pelanggaran di Libya”
Baca Juga: Lima Paramedis Tewas oleh Serangan Israel di Lebanon Selatan
HRW menyeru “komisi penyelidikan internasional agar menyelidiki pelanggaran kejahatan perang dan hukum hak asasi manusia internasional oleh semua pihak di Libya.
Penyelidikan tersebut harus diberi mandat untuk menetapkan fakta-fakta, dan mengidentifikasi pihak yang bertanggung jawab atas pelanggaran yang serius untuk meminta pertanggung-jawaban mereka.
Libya memiliki cadangan minyak terbesar ke-10 di dunia dan produksi minyak tertinggi ke-17
Akibat perang saudara yang berlangsung sejak Februari hingga Oktober 2011, pemerintah Libya, yang pada saat itu telah berkuasa selama lebih dari 40 tahun, tumbang dan Libya memasuki periode pemerintahanan sementara yang disebut Dewan Transisi Nasional (NTC). (T/P002/R01)
Baca Juga: Militer Israel Akui Kekurangan Tentara dan Kewalahan Hadapi Gaza
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netanyahu Akan Tetap Serang Lebanon Meski Ada Gencatan Senjata