New York, 17 Jumadil Awwal 1438/14 Februari 2017 (MINA) – Pasukan pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di wilayah-wilayah yang dikontrol pejuang oposisi di Aleppo selama pertempuran untuk merebut kembali kota itu akhir tahun lalu.
Pernyataan itu disampaikan Human Rights Watch (HRW) dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin (13/2) waktu setempat.
Temuan ini semakin memperkuat bukti penggunaan senjata kimia yang dilarang dalam perang sipil Suriah selama enam tahun terakhir. Laporan HRW juga bisa memperkuat upaya yang diserukan Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat (AS) untuk menjatuhkan sanksi terhadap para pejabat Suriah.
Baca Juga: Warga Palestina Bebas setelah 42 Tahun Mendekam di Penjara Suriah
“Helikopter-helikopter pemerintah menjatuhkan bom klorin di daerah perumahan di Aleppo dalam setidaknya delapan kali kesempatan antara 17 November dan 13 Desember 2016,” kata kelompok yang berbasis di New York itu seperti dilansir Arab News yang dikutip MINA.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang mengawasi perjanjian global yang melarang penggunaan senjata kimia, belum memberikan komentar atas laporan itu.
Suriah dan sekutunya, Rusia, yang membantu pasukan pemerintah dalam serangan di Aleppo, telah berulang kali membantah menggunakan senjata kimia dalam konflik. Mereka menyalahkan kubu oposisi yang berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
HRW mengatakan laporannya, yang didasarkan pada wawancara dengan saksi, analisis video, dan foto dan posting media sosial, tidak menemukan bukti keterlibatan Rusia dalam serangan kimia. Namun organisasi itu mencatat peran kunci Moskow dalam membantu pemerintah Al-Assad untuk merebut kembali Aleppo.
Baca Juga: Faksi-Faksi Palestina di Suriah Bentuk Badan Aksi Nasional Bersama
“Serangan-serangan, beberapa di antaranya dengan beberapa amunisi, menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil, termasuk empat anak, dan melukai sekitar 200,” ujar HRW.
Ole Solvang, wakil direktur urusan darurat HRW, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa pola pergerakan serangan senjata kimia yang sama dengan lini depan menunjukkan senjata kimia merupakan bagian integral dari serangan.
“Itu merupakan indikasi kuat bahwa serangan klorin tersebut dikoordinasikan dengan strategi militer secara keseluruhan. Dan itu adalah indikasi kuat bahwa perwira militer senior, para komandan serangan militer ini di Aleppo, mengetahui penggunaan klorin itu,” ujarnya.
Sebuah penyelidikan PBB-OPCW pemerintah Suriah bertanggung jawab atas serangan dengan menggunakan senjata kimia Oktober lalu dengan menggunakan klorin setidaknya tiga kali di 2014-2015.
Baca Juga: Agresi Cepat dan Besar Israel di Suriah Saat Assad Digulingkan
Sementara kelompok militan Daesh (ISIS), katanya, telah menggunakan sulfur atau gas mustard dalam satu serangan.
Dewan Keamanan PBB memperpanjang mandat penyelidikan, yang dikenal sebagai Joint Investigation Mission (JIM), hingga November tahun ini. Mereka dijadwalkan akan merilis laporan berikutnya pada Sabtu. (R11/P02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: KBRI Damaskus Evakuasi 37 WNI dari Suriah