GERAKAN antikorupsi yang digerakkan oleh pemuda Nepal pada Senin (8/9), mengintensifkan pengawasan terhadap hubungan jangka panjang antara Kathmandu dan rezim Israel, menyoroti keberadaan pemukim Israel—banyak yang berlatar belakang militer—di tengah meningkatnya kerusuhan politik.
Dilansir dari Press TV pada Sabtu (12/9), diperkirakan 7.000–10.000 warga Israel mengunjungi Nepal setiap tahun, dengan kedutaan besar yang aktif memantau aktivitas mereka.
Pada 2013, sebuah jalur taman nasional bahkan berganti nama menjadi “Jalur Israel” karena popularitas negara itu di kalangan warga Israel.
Sekitar 200 warga Israel saat ini berlindung di Chabad House di Kathmandu karena kota tersebut masih diisolasi, menyusul protes antikorupsi atas kurangnya peluang ekonomi dan kronisme.
Baca Juga: Hal-Hal yang Diketahui Seputar Pembunuhan Charlie Kirk
Rezim Israel diam-diam mengeluarkan imbauan perjalanan, mengimbau warganya di negara itu untuk tetap di dalam rumah atau meninggalkan negara Himalaya itu agar kerusuhan tidak menyebar.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak backpacker dan turis di Nepal sebagian besar adalah personel militer Israel, terutama mereka yang menderita disabilitas fisik, banyak di antaranya terluka selama perang genosida di Gaza. Banyak dari mereka mencari pengobatan melalui inisiatif seperti mendaki Gunung Annapurna Nepal, yang diselenggarakan oleh Yayasan Erez, sebuah kelompok yang didirikan dan dipimpin oleh mantan Letnan Kolonel Israel Shimon Pariente.
“Tahun ini, kami khususnya melihat banyak sekali stres pascatrauma pada tingkat yang belum pernah kami lihat selama bertahun-tahun,” ujar Pariente kepada media Israel.
Nepal dianggap sebagai sekutu penting rezim Israel di Asia Selatan. Nepal adalah negara pertama di kawasan tersebut yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 1960. Kedua negara telah menikmati hubungan bilateral yang kuat, dengan pengaruh Israel yang konsisten dalam budaya, perdagangan, dan pertanian Nepal.
Baca Juga: Presiden Prabowo Bahas Solidaritas Global dengan Emir Qatar di Doha
Untuk menunjukkan loyalitas, elit penguasa di Kathmandu dengan cepat mengutuk operasi Gerakan Perlawanan Islam Hamas terhadap rezim Zionis pada 7 Oktober 2023.
Yang lebih penting, rezim Israel telah memperlengkapi dan mengambil alih modernisasi nepal/">militer Nepal serta mengambil alih keamanan negara di masa krisis, yang mungkin menjadikan peran rezim Zionis lebih signifikan dalam situasi saat ini.
Rezim Israel merupakan kontributor utama bagi perekonomian Nepal yang bergantung pada remitansi, yang menyumbang 33 persen dari Produk Domestik Bruto negara tersebut, tertinggi keempat di dunia. Menurut para analis, pengangguran kaum muda (usia 15–24) berkisar di angka 20 persen.
Nepal juga merupakan sumber tenaga kerja murah bagi rezim Israel. Melalui kesepakatan rekrutmen antarpemerintah, sekitar 700 warga Nepal telah pergi ke Israel selama setahun terakhir untuk bekerja sebagai pengasuh.
Baca Juga: Platform X Tutup Akun Resmi Steadfastness Flotilla
Telah dilaporkan kasus-kasus di mana pekerja Nepal di Israel menghadapi rasisme, ancaman, kekerasan fisik, dan kondisi kerja paksa, termasuk jam kerja panjang, pemotongan upah, kondisi hidup yang buruk, dan pembatasan pergerakan.
Mencerminkan lebih lanjut keterikatan elit politik negara tersebut dengan rezim Zionis, sejak tahun 1960, BP Koirala, pemimpin negara tersebut, dikatakan telah “menunjukkan keinginan untuk mengirim perwira Nepal untuk pelatihan di Angkatan Darat Israel.”
Meskipun remitansi merupakan urat nadi perekonomian, beberapa penulis selama setahun terakhir telah mendesak Nepal untuk tidak mengirim pekerja ke Israel, sebagai cara untuk menghindari genosida yang sedang berlangsung di Gaza.
Kanak Mani Dixit, seorang jurnalis, berpendapat bahwa “Israel berusaha memenuhi kekurangan tenaga kerjanya dengan merekrut pekerja dari Nepal, sehingga membahayakan nyawa dan anggota tubuh mereka.”
Baca Juga: PBB Sahkan Resolusi Dukung Deklarasi New York untuk Akui Negara Palestina
“Selain hak hidup para pekerja Nepal, upaya untuk mengirim mereka ke Israel saat ini menimbulkan pertanyaan apakah negara Nepal membantu dan bersekongkol dalam genosida Israel terhadap rakyat Palestina,” tambah Dixit.
Menurut Himalayan Times, terdapat sekitar 5.000 warga Nepal yang bekerja di Israel.
Protes-protes tersebut telah mengungkapkan kebencian yang meluas di Nepal atas korupsi dan nepotisme di kalangan elit politik dan ekonomi, yang telah menjalin hubungan dekat dengan rezim Zionis selama lebih dari enam dekade. []
Sumber: Press TV
Baca Juga: Jerman, Inggris dan Prancis Serukan Penghentian Serangan Israel di Kota Gaza
Mi’raj News Agency (MINA)