Jakarta, MINA – Pada Hari Ulang Tahun DKI Jakarta ke-497 tahun, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ) menghelat kegiatan Gebyar Difabel bertema “Mata Hati Kedua, Menembus Batas Cakrawala”, di Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta Utara, Rabu (10/7).
Acara berlangsung selama Rabu-Kamis (11/7). Isi ragam kegiatan di antaranya, expo produk difabel, bazar kuliner, award hafidz difabel, talk show, workshop dan training pemberdayaan kaum difabel, nobar bioskop berbisik, pentas ekspresi seni, membatik, aneka lomba, serta musikalisasi puisi dan launching cafe difabis JIC.
Kepala Divisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Syariah, Dr Edi Sukardi mengatakan, gelaran Gebyar Difabel ini bentuk dukungan PPIJ terhadap Pemprov DKI Jakarta perhatian begitu tinggi terhadap para penyintas difabel.
“Kami sebagai kepanjangan tangan dari Pemprov DKI Jakarta, Provinsi meraih penghargaan sebagai Provinsi Ramah Disabilitas, untuk itu PPIJ men-support melakukan upaya membuat program yang beriringan dengan Pemerintah DKI Jakarta dalam acara Gebyar Difabel,” kata Kiai Edi dalam sambutannya di Lobby Convention Hall JIC.
Baca Juga: Pasangan Ridwan Kamil-Suswono dan Dharma-Kun tak jadi Gugat ke MK
Kepala Pusat PPIJ, Didi Supandi menjelaskan, istilah difabel itu pertama kali dicetuskan pada konferensi disabilitas di Singapura. “Difabel itu diambil dari kata differently abled yang diartikan perbedaan kemampuan. Jadi semua orang itu memiliki kemampuan ataupun keterampilan yang berbeda-beda,” ujar Didi.
“Istilah differently abled, kemampuan yang berbeda-beda itu tidak mengurangi teman-teman di sini untuk berkarya, memberikan konstribusi, dan memberikan inspirasi,” tambahnya.
Lanjutnya, Islam sangat mengapresiasi dan memuliakan kaum disabilitas. Bahkan menurutnya Islam tidak menggolongkan kaum difabel ini ke dalam kelompok mustadh’afin, orang-orang yang lemah.
“Surah Abasa adalah bentuk apresiasi Islam terhadap kaum difabel, yang mana Rasulullah ditegur oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala karena Rasulullah saat itu agak berpaling ketika kedatangan sahabat tuna netra Abdullah bin Umi Maktum,” kata Didi.
Baca Juga: Cuaca Jakarta Berpotensi Hujan Kamis Ini, Sebagian Berawan Tebal
Bahkan dalam Surah Al-Hujurat ayat ke-13, lanjut Didi, Islam melarang keras menghina, memandang sebelah mata kepada saudara kita kaum difabel.
“Al-Qur’an surah Al-Hujurat 13 menyatakan, kemuliaan anak manusia itu bukan pada fisiknya, bukan warna kulitnya, bukan suku atau bangsanya, akan tetapi kepada ketakwaannya,” jelas Didi, alumni International Islamic University Malaysia.
Sementara itu, mewakili Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Herman (Biro Dikmental DKI Jakarta) mengapresiasi gelaran kegiatan Gebyar Difabel yang diselenggarakan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Islam Jakarta (PPIJ).
“Atas nama pemerintah Provinsi DKI Jakarta saya mengapresiasi acara luar biasa ini, semoga acara seperti ini setiap tahun diadakan,” katanya dalam sambutan sekaligus membuka acara Gebyar Difabel.
Baca Juga: Workshop Kemandirian untuk Penyandang Disabilitas Dorong Ciptakan Peluang Usaha Mandiri
Ia mengatakan, mendapat inspirasi dari kegiatan Gebyar Difabel yang baru pertama kali digelar oleh PPIJ. Dia merasa terharu mendengar pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh seorang disabilitas netra yang begitu menjiwai dan merdu.
“Saya berfikir ini tidak ada salahnya kalau dibina dan untuk memotivasi kita adakan MTQ khusus difabel tingkat Provinsi,” ujarnya. []
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Update Bencana Sukabumi: Pemerintah Siapkan Pos Pengungsian