Jakarta, MINA – Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Bambang Brodjonegoro berharap Indonesia sebagai negara mayoritas masyarakatnya beragama muslim bisa menjadi kiblat dalam hal ekonomi syariah.
“Kita untuk jadi kiblat harus lihat dan belajar dari negara lain dan lihat pengalaman negara lain, ada Malaysia, ada Saudi dan UEA yang cukup kuat. Tapi kita harus bikin model kita sendiri karena kita tidak bisa meniru begitu saja yang dilakukan Malaysia dan UEA,” katanya saat Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) IAEI di Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, Jum’at (28/7).
Dalam sambutannya, Bambang berharap bahwa forum Silaknas IAEI dapat memberikan kontribusi nyata yang bermanfaat bagi umat, serta bagi bangsa Indonesia pada umumnya.
Baca Juga: Hadiri Indonesia-Brazil Business Forum, Prabowo Bahas Kerjasama Ekonomi
“Kita ingin apa yang kita kerjakan mempunyai manfaat besar, manfaat untuk umat. Karena mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim, maka kalau kita berkontribusi untuk umat, secara otomatis kita juga berkontribusi untuk negara,” kata Bambang.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencaanan Nasional (Bappenas) itu juga mengatakan, pengembangan ekonomi syariah bisa dimulai dengan cara memberdayakan sektor riilnya.
Bambang menilai, sektor perbankan syariah tidak akan berkembang jika sektor riilnya tidak digerakkan.
“Perbankan hanya bisa jalan kalau sektor riilnya jalan. Kalau sektor riilnya jalannya tidak baik, maka sektor perbankannya akan berjalam tertatih-tatih. Kita ingin agar pengembangan sektor ekonomi syariah ini dari pengembangan sektor riilnya,” ungkap Bambang.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Melemah Efek Konflik di Timur Tengah
Sehari sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Silkanas IAEI di Istana Negara, Kamis (27/7) mengungkapkan bahwa jumlah institusi ekonomi syariah di Indonesia adalah yang terbanyak di dunia.
Sejauh ini, Indonesia telah memiliki 34 bank syariah, 58 takaful atau asuransi syariah, tujuh modal ventura syariah, rumah gadai syariah dan lebih dari 5.000 lembaga keuangan mikro syariah, serta memiliki 23 juta pelanggan.
Jokowi mengatakan bahwa dari jumlah itu, seharusnya banyak peluang yang bisa dimanfaatkna karena pasar yang cukup besar. “Faktanya, pasar perbankan syariah Indonesia pada 2016 baru mencapai 5,3 persen,” katanya.
Meskipun demikian, ia meyakini di masa mendatang, Indonesia akan terdepan dan menjadi kiblat daripada pusat ekonomi syariah di dunia. (L/R06/P1)
Baca Juga: Komite Perlindungan Jurnalis Kutuk Israel atas Tebunuhnya Tiga Wartawan di Lebanon
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)