Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibadah Haji dan Kesatuan Umat Islam

Ali Farkhan Tsani - Sabtu, 18 Mei 2024 - 12:25 WIB

Sabtu, 18 Mei 2024 - 12:25 WIB

17 Views

Suasana Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, saat puncak ibadah haji.(Foto: Dok. MINA)

Oleh : Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Kantor Berita MINA

Rukun Islam kelima, yakni ibadah haji ke tanah suci Makkah al-Mukarramah bagi yang memiliki kemampuan, di dalamnya sarat dengan nilai-nilai sosial, kebersamaan, persatuan dan kesatuan umat.

Manasik sarat makna yang dilakukan sebagai kesempurnaan ibadah haji, seperti memakai kain ihram, mengucapkan talbiyah, melakukan thawaf mengitari Ka’bah, berlari-lari kecil Sa’i dari Shafa ke Marwah bolak balik tujuh kali, melempar jumrah, dan puncaknya wuquf di Arafah, sarat akan makna kehidupan berjamaah.

Berpakaian Ihram yang sama putih tak berjahit, yang dikenakan jamaah laki-laki, menandakan bahwa sesungguhnya tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, pejabat dan rakyat. Semua memiliki derajat sama di hadapan Allah, tidak ada perbedaan rasisme, pangkat dan kedudukan, kecuali semata-mata karena takwanya.

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-9] Jalankan Semampunya

Seperti Allah sebutkan di dalam firman-Nya:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “….. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Q.S. Al-Hujurat [49] : 13).

Prosesi lainnya, melempar jumrah, merupakan pertanda penumpasan terhadap segala bentuk kezaliman, penjajahan, aneksasi dan penindasan antar sesama.

Baca Juga: Wawancara Eksklusif Prof El-Awaisi: Ilmu, Kunci Pembebasan Masjid Al-Aqsa

Ini pun dapat memberi makna bahwa segala bentuk kezaliman dan permusuhan terhadap Islam dan Muslimin, tidak akan dapat dikalahkan hanya dengan satu atau dua orang berpecah-belah. Tetapi hanya dapat diatasi dengan cara hidup berjamaah, bersatu dalam kepemimpinan yang mengikuti jejak kenabian.

Persatuan dan kesatuan umat (wihdatul ummah) inilah hikmah terbesar dalam seluruh rangkaian ibadah haji, di mana jamaah dari seluruh dunia larut dalam satu kesatuan pakaian serba putih. Para hujjaj pun thawaf mengelilingi Ka’bah yang satu, menyembah Tuhan yang satu, mengikuti manasik dari Nabi yang satu, membaca talbiyah dan berdzikir dalam bahasa yang satu.

Lewat perhelatan akbar haji kaum Muslimin sedunia inilah, Allah mengingatkan bahwa sesungguhnya umat Islam di seluruh dunia adalah umat yang satu.

Sebagaimana Firman Allah:

Baca Juga: Amalan Sunnah pada Hari Jumat

إِنَّ هَٰذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Artinya : “Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku”. (Q.S. Al-Anbiya [21] : 92).

Adapun adanya perbedaan di antara manusia adalah peluang untuk saling melengkapi dan saling berlomba dalam kebaikan. Perbedaan adalah sesuatu yang alami yang memang diciptakan oleh Allah. Dan Allah menyatakan hal itu untuk saling mengenal (lita’arufu).

Ajaran Islam itulah yang antara lain berfungsi untuk mengingatkan adanya perbedaan di antara manusia itu sebagai landasan untuk persahabatan, tolong-menolong dan persaudaraan. Perbedaan itu tidak akan menjadi persoalan apabila kesemuanya itu mengacu pada nilai-nilai kebaikan. Bahkan sebagai sarana untuk berlomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-8] Mengajak Kepada Kalimat Syahadat

Dengan demikian, kedatangan Islam dengan Al-Qur’an mengandung misi mempersatukan individu-individu dalam satuan masyarakat yang lebih besar yang disebut dengan ummatan wahidah, yaitu suatu umat yang bersatu berdasarkan iman kepada Allah dan mengacu kepada nilai-nilai kebaikan.

Sebagai tanda persatuan kita selaku umat Islam, maka Allah pun memerintahkan kaum Muslimin di seluruh dunia untuk bersatu dengan berpegang teguh kepada kitab suci Al-Qur’an, kitab suci yang menjadi dasar agama Islam. Sebagaimana yang telah Allah perintahkan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلا تَفَرَّقُوا

Artinya: “Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali agama Allah dengan bersatu-padu dan jangan terpecah belah……”. ( Q.S. Al-Imran [3]: 103).

Baca Juga: Tertib dan Terpimpin

Sebaliknya, dengan terpecah-belahnya kaum Muslimin akan mengakibatkan runtuhnya kekuatan umat Islam itu sendiri. Karenanya, perbuatan saling menghujat, saling menjatuhkan satu dengan yang lain, saling jegal untuk memperoleh kedudukan sendiri, bahkan hingga saling berseteru dan bermusuhan hanyalah menjadikan lemahnya konsolidasi Muslimin.

Allah memperingatkan di dalam ayat:

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَا تَنَـٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡ‌ۖ وَٱصۡبِرُوٓاْ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّـٰبِرِينَ

Artinya; “Dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Q.S. Al-Anfal [8]: 46).

Baca Juga: [Hadits Arbain ke-7] Agama itu Nasihat

Jika pun terjadi perbedaan, dan kita yakin itu bukanlah perbedaan prinsip, bukan perbedaan aqidah. Namun biasanya hanyalah masalah khilafiyah, teknis dan politis. Maka jalan terbaiknya adalah dengan segera mengembalikan perkara tersebut kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana peringatan Allah:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡ‌ۖ فَإِن تَنَـٰزَعۡتُمۡ فِى شَىۡءٍ۬ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ‌ۚ ذَٲلِكَ خَيۡرٌ۬ وَأَحۡسَنُ تَأۡوِيلاً

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul [Nya], dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah [Al Qur’an] dan Rasul [sunnahnya], jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama [bagimu] dan lebih baik akibatnya”. (Q.S. An-Nisa [4]: 59)

Ummatan wahidah, umat yang satu, itulah sesungguhnya kita umat Islam. Sehingga perumpamaan kita dengan sesama orang beriman adalah bagaikan satu tubuh, seperti digambarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam di dalam hadits:

Baca Juga: Ada Apa dengan Terpilihnya Trump?

مَثَلُ المُؤْمِنِيْنَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ كَمَثَلِ الَجسَدُ الوَاحِدُ إِذَا أَشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الَجسَدِ بِالْحُمِّى وَالسَهَرِ

Artinya: “Perumpamaan kaum mukminin dalam ukhuwwah (persaudaraan), kasih sayang dan kepedulian sesama mereka bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit maka seluruh bagian tubuh akan ikut merasakan sakit dan tidak bisa tidur.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir Radhiallahu ‘Anhu).

Maka, marilah janganlah sampai kita saling berpecah-belah sebab itu hanya akan mendatangkan fitnah dan siksaan belaka.

Sebagaimana Allah mengingatkan kita di dalam ayat:

Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang

وَلاَ تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُوْلاَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Q.S. Ali-Imran [3]: 105).

Begitulah, momentum ibadah haji, yang mempertemukan umat Islam dari berbagai penjuru dunia. Mereka bukan hanya melakukan rangkaian manasik haji. Namun juga dapat saling bertemu, berta’aruf dan saling memperkuat persaudaraan, ukhuwah Islamiyah.

Hingga kelak berlanjut usai kembali ke tanah air masing-masing, tetap terjalin komunikasi era online yang sangat memungkinkan persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Aamiin. []

Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat

Mi’raj News Agency (MINA) 

 

Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Indonesia
Indonesia
MINA Health
Khadijah