Oleh Ali Farkhan Tsani, Redaktur Senior Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Orang tua Ibtihaj Muhammad sudah lama memiliki keinginan yang kuat terhadap puteri mereka untuk berpartisipasi dalam olahraga tingkat internasional Olimpiade atas nama negaranya, Amerika Serikat. Namun itu adalah sebuah tantangan, mengingat puterinya mengenakan jilbab.
Orang tua Ibtihaj ingin menemukan sesuatu yang tidak akan menghalangi puterinya dari berpartisipasi dalam even internasional seperti olimpiade, hanya karena jilbabnya itu.
Puterinya, Ibtihaj Muhammad, kelahiran Maplewood, New Jersey, 4 Desember 1985, dan merupakan keturunan Afrika Amerika, memakai jilbab sejak usia anak-anak, seperti juga yang dikenakan oleh beberapa Muslimah lain di negaranya untuk menutup aurat perempuan, yakni seluruh tubuhnya termasuk rambut dan leher.
Baca Juga: Derita Ibu Hamil di Gaza Utara
Lalu, mereka berpikir olahraga apa yang bisa dilakukan puterinya untuk tetap berjilbab dan memiliki prestasi dalam olahraga, yang memungkinkannya ikut serta dalam even tingkat dunia.
Suatu hari hari, ibu Muhammad menemukan jawaban, ketika secara kebetulan menemukan anak-anak berlatih anggar.
“Ibu mengemudi melewati sebuah sekolah tinggi lokal dan melihat anak-anak memakai apa yang ibu pikir seperti helm, dan mengenakan seperti celana panjang dan jaket panjang,” ujar Ibtihaj Muhammad, pada Channelnews 4 TV.
Usia 13 tahun, diapun diantar ibunya mengikuti latihan anggar. Dan sejak itu, ia yang bersekolah di Columbia High School pun mengikuti berbagai pertandingan anggar, dengan tetap mengenakan jilbabnya, sampai kini usianya 30 tahun.
Baca Juga: Kiat Menjadi Muslimah Penuh Percaya Diri
Saat ini dia adalah wanita pertama yang mengenakan jilbab di Tim USA yang bersaing dalam Olimpiade saat ini. Hal itu smekain memberinya motivasi untuk beprestasi sebaik mungkin.
Ia tidak serta merta mudah menjadi salah satu tim kotingen AS.
“Ketika saya mendengar bahwa tidak akan pernah ada seorang wanita Muslim di tim AS dengan mengenakan jilbab, justru mebuat saya semakin termotivasi,” ujar Ibtihaj Muhammad pada CNN.
Ia menyadari itu semua, tapi ia juga yakin bahwa prestasi yang ia rintis dan raih selama ini cukup untuk memenuhi syarat masuk ke dalam tim Olimpiade.
Baca Juga: Fitnah Medsos yang Perlu Diwaspadai Muslimah
“Saya ingin mudah-mudahan ada perubahan itu, walau saya minoritas dengan jibab ini, bisa juga tampil dengan kerja keras dan ketekunan, hingga segala sesuatu mungkin terjadi,” imbuhnya.
Ia mengatakan, dia merasa nyaman memakai penutup badannya, walau itu tidak selalu mudah karena menjadi berbeda. Namun, dalam seragam atlet anggar, seorang atlet akan ditutupi dari kepala sampai kaki. Jadi tidak tampak ada tanda-tanda perbedaan ras atau agama.
“Awalnya saya melihat bahwa warna kulit saya, agama saya, membuat orang lain tidak nyaman,” keluhnya.
Namun, setelah dirinya menunjukkan berbagai prestasi, ia pun dapat melalui waktu yang sangat sulit itu.
Baca Juga: Istri Tak Bersyukur, Sebuah Renungan Berdasarkan Dalil Syariat
“Di pertandingan anggar, saya benar-benar diberikan kesempatan untuk berbuat dengan seragam yang memungkinkan berjilbab,” lanjutnya.
Perjalan kariernya di dunia anggar sempat terhenti untuk istirahat, saat ligamen di tangannya robek pada seleksi untuk lolos ke Olimpiade London tahun 2012 lalu.
Prestasi Dunia
Ibtihaj memenangkan medali perunggu pada kejuaraan Piala Dunia Anggar di Athena, Yunani, awal tahun 2016 ini.
Baca Juga: Peran Perempuan dalam Mempertahankan Masjid Al-Aqsa
Sebelumnya ia pernah meraih medali emas pada Kejuaraan Anggar Dunia tahun 2014. Dia juga peraih tiga kali juara anggar Kompetisi NCAA All-American.
Prestasi itu semua mengantarkan peringkat ke-2 AS, dan ke-7 anggar dunia sepanjang 2015-2016 itu menjadi bagian dari tim Amerika Serikat (AS) pada Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil, yang saat ini sedang berlangsung, 5-21 Agustus 2016.
Kejuaraan besar level dunia yang diikuti kurang lebih 12.500 atlet dari 206 negara.
“Ini sangat berarti banyak bagi saya untuk bisa mewakili Amerika Serikat dan menjadi duta, bukan hanya untuk olahraga, tetapi juga untuk menunjukkan keragaman di negara kita,” kata Ibtihaj.
Baca Juga: Keutamaan Muslimah dalam Al-Qur’an dan Hadis, Inspirasi Sifat Mulia
Menurutnya, salah satu hal khusus yang ia pegang teguh adalah tetap berprestasi di tengah beragam komunitas kita dan masyarakat Amerika.
Di samping kegiatan olahraganya, dia pun aktif dalam layanan pada Departemen Pemberdayaan Perempuan dan Anak AS melalui program Inisiatif Olahraga. Ia memberikan berbagai ceramah tentang olahraga dan pendidikan. Dia juga berbicara tentang kerukunan hidup di tengah beragam perbedaan ras, politik dan agama.
“Saya teringat saat anak-anak, orang-orang mengatakan saya sebagai seorang dari kulit hitam,” katanya mengenang.
Ia mengatakan dirinya tidak akan dapat berprestasi dalam kejuaraan anggar seperti sekarang ini, tanpa adanya keyakinan dan kesungguhan.
Baca Juga: Muslimah Mulia dalam Al-Qur’an dan Hadits
Ia banyak mencontoh bagaimana ketekunan atlet besar seperti Muhammad Ali atau seperti Serena dan Venus Williams.
“Melalui prestasi, kita dapat melakukan apa saja,” pungkasnya. (P4/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Netty Aher Dorong Pemerintah Perkuat Diplomasi Dukung Palestina