Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ibu Akhir Zaman: Sibuk di Dunia, Lupa Mendidik Jiwa

Bahron Ansori Editor : Widi Kusnadi - 36 detik yang lalu

36 detik yang lalu

0 Views

DI BALIK setiap generasi yang kuat, selalu ada seorang ibu yang tangguh. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern hari ini, sosok ibu mulai terperangkap dalam pusaran kesibukan yang menipu.(Foto: ig)

DI BALIK setiap generasi yang kuat, selalu ada seorang ibu yang tangguh. Namun, di tengah hiruk pikuk kehidupan modern hari ini, sosok ibu mulai terperangkap dalam pusaran kesibukan yang menipu. Zaman berubah, dan banyak ibu kini berlari—bukan lagi untuk mengejar surga melalui anak-anaknya, tetapi mengejar dunia yang tak pernah puas.

Di balik layar ponsel yang tak lepas dari tangan, di balik karier yang menuntut, atau bahkan di balik tumpukan tugas rumah tangga yang tak ada ujungnya, perlahan-lahan, banyak ibu kehilangan sesuatu yang paling berharga: jiwa yang tenang dan anak-anak yang tumbuh dengan cinta serta keteladanan.

Hari ini, banyak anak yang kehilangan arah bukan karena mereka tidak diajari membaca atau berhitung, tapi karena mereka tidak lagi melihat ketulusan dan cahaya hati seorang ibu. Ibu-ibu masa kini sering kali lebih sibuk menyiapkan bekal untuk tubuh, tapi lupa memberi santapan bagi jiwa. Anak-anak disuapi gizi, namun hatinya kelaparan kasih. Mereka tumbuh dalam rumah yang penuh barang, tetapi kosong dari doa dan pelukan.

Banyak ibu berjuang sekuat tenaga untuk memberikan yang terbaik secara materi — sekolah terbaik, pakaian terindah, gadget terbaru — namun lupa bahwa yang paling dibutuhkan anak bukan kemewahan, melainkan kehadiran dan bimbingan hati. Sering kali, anak lebih rindu melihat senyum ibunya yang tulus daripada notifikasi ponsel yang tak berhenti berbunyi. Anak lebih butuh mendengar lembutnya nasihat ibu daripada suara televisi yang menguasai ruang tamu.

Baca Juga: Istri Salehah, Suami Lalai

Ibu, dunia memang menuntut banyak hal darimu. Tapi jangan sampai dunia merampas jiwamu. Jangan biarkan kesibukan membuatmu lupa siapa dirimu sebenarnya: engkau bukan hanya perempuan yang menyiapkan makanan, membersihkan rumah, atau bekerja mencari nafkah — engkau adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anakmu. Engkau adalah tempat pertama di mana seorang manusia belajar mencintai, mengenal Allah, dan memahami arti kehidupan.

Ada pepatah Arab yang indah: “Al-ummu madrasatul ula.” Ibu adalah sekolah pertama. Tapi pertanyaannya: sekolah seperti apa yang kini sedang dijalankan banyak ibu di akhir zaman ini? Apakah sekolah yang melahirkan anak berakhlak mulia, penyayang, dan dekat dengan Al-Qur’an? Ataukah sekolah yang hanya menanamkan ambisi dunia, gengsi, dan keserakahan?

Ketika seorang ibu lupa menanamkan nilai iman, dunia akan mengambil alih. Media sosial, tontonan, pergaulan, dan gaya hidup akan mendidik anak-anak kita tanpa izin. Lalu, di saat kita sadar, semuanya telah terlambat — anak sudah dewasa, hati sudah keras, dan nilai-nilai kehidupan telah digantikan dengan kenikmatan sesaat.

Wahai ibu, berhentilah sejenak dari kesibukanmu. Tatap mata anakmu, peluk dia, dan tanyakan apa yang ia rasakan. Bacakan Al-Qur’an di telinganya, bukan sekadar dongeng dunia. Ajarkan dia shalat bukan hanya karena kewajiban, tapi karena cinta. Tunjukkan dengan contoh bahwa sabar lebih berharga daripada amarah, dan syukur lebih indah daripada mengeluh.

Baca Juga: Sahabat Muslimah, Ini yang Wajib Kamu Persiapkan Saat Ta’aruf

Ingatlah, ibu, tidak ada karier yang lebih tinggi daripada menjadi madrasah yang melahirkan generasi saleh. Tidak ada gelar yang lebih mulia daripada disebut “ummi” di hadapan Allah. Dan tidak ada kebanggaan yang lebih besar daripada melihat anakmu menjadi sebab turunnya rahmat dari langit.

Di akhirat kelak, rumah mewah dan perhiasan tidak akan menyelamatkanmu. Tapi setiap doa dari anak yang kau didik dengan cinta akan menjadi cahaya yang menuntunmu menuju surga. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

Itulah investasi sejati, ibu: anak saleh yang mendoakanmu, bukan anak kaya yang melupakanmu.

Maka kembalilah, wahai ibu, ke fitrahmu yang sejati. Sibuklah mendidik jiwa, bukan hanya mengurus dunia. Dunia memang mempesona, tapi ia fana. Sedangkan amalmu bersama anak akan kekal. Jadikan rumahmu taman ilmu dan kasih. Jadikan setiap nasihatmu jalan menuju surga. Jadikan setiap lelahmu sebagai amal yang berpahala.

Baca Juga: Patriarki di Meja Makan

Berhentilah sejenak dari layar ponselmu, dari keluhan dan perbandingan yang menyesakkan. Hadirkan dirimu seutuhnya untuk anakmu. Karena suatu saat nanti, ketika rambutmu memutih dan langkahmu melemah, yang akan membuatmu tersenyum bukanlah saldo rekening, tapi anak-anak yang berlutut di sisimu, membacakan doa, “Ya Allah, ampunilah ibu kami sebagaimana ia telah mendidik kami di waktu kecil.”

Ibu, dunia boleh sibuk, tapi jangan biarkan jiwamu kering. Jadilah pelita di tengah gelapnya zaman, jadilah air sejuk bagi hati yang gersang. Karena di tanganmulah masa depan ummat ini dibentuk — bukan dengan harta, tapi dengan ketulusan, doa, dan cinta.

Wahai ibu akhir zaman, sibuklah di jalan Allah, bukan di jalan dunia. Sebab dunia akan berakhir, tapi cinta dan didikanmu akan kekal di surga.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Istri Salehah, Pelita di Jalan Dakwah

 

Rekomendasi untuk Anda

Khadijah
Kolom
Kolom
Kolom
MINA Health