Oleh: Rudi Hendrik, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Tujuh bulan yang lalu, seorang ibu di Kuwait bernama Ghania Emwazi, berteriak, “Itu anakku!”
Teriakan itu muncul setelah Ghania menyaksikan video eksekusi wartawan Amerika Serikat (AS) oleh algojo kelompok pejuang Islamic State atau ISIS. Orang yang dimaksud sebagai anaknya bukanlah wartawan James Foley, melainkan eksekutor bertopeng yang berbicara dengan aksen Inggris.
Meski orang yang kini lebih dikenal sebagai “Jihad John” itu hanya memperlihatkan mata dan memperdengarkan suaranya dalam video tujuh bulan yang lalu, tapi Ghania begitu yakin dan sekaligus sangat terkejut.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Hal ini menurut komentar para pejabat Kuwait di Daily Telegraph. Ghania mengklaim itu kepada pejabat Kuwait pada Senin malam, 2 Maret 2015.
Jassem (51) ayah Emwazi dilaporkan memberikan keterangan kepada polisi Kuwait setelah ia dipanggil untuk ditanyai selama akhir pekan. Dia mengatakan istrinya mengenali eksekutor ISIS ketika mendengarnya berbicara.
Namun tidak diketahui apakah dia menghubungi pihak berwenang setelah itu.
Koran Kuwait melaporkan Senin (2/3), anggota keluarga yang lain yang memiliki paspor Inggris, sedang dipantau setelah kembali ke negara Arab.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
Emwazi lahir di Kuwait sebelum datang ke Inggris pada usia enam tahun. Dia bersekolah dan kuliah di University of Westminster di Inggris.
Keluarganya mengaku kehilangan kontak dengannya pada 2013, ketika ia menuju ke Suriah dengan dalih berencana memberikan bantuan.
Orang-orang dekat terkejut
Mohammed Emwazi kembali muncul setahun setelahnya dalam video ISIS yang menunjukkan pembunuhan jelas terhadap setidaknya lima sandera Barat.
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
“Ini sangat mengejutkan melihat ia ternyata seorang juru bicara untuk organisasi teroris. Ayahnya sangat tertekan atas apa yang terjadi pada anaknya. Dia tidak sehat,” kata seorang kenalan keluarga yang hanya memberikan nama depannya Tareq.
Mantan kepala sekolah Emwazi mengatakan Senin (2/3), muridnya yang kini berusia 26 tahun, dahulu kerap diganggu di sekolah, tetapi dia menjadi seorang pemuda aspiratif dan pekerja keras yang membuatnya bisa masuk ke universitas pilihannya.
“Bahkan sekarang ketika saya mendengarkan berita dan saya mendengar namanya, saya merasa tengkuk saya merinding, karena itu begitu jauh dari apa yang saya tahu tentangnya, sangat mengejutkan dan menghebohkan hal-hal yang telah ia lakukan,” kata Jo Shuter, mantan kepala sekolah di Akademi Quintin Kynaston, London.
Shuter mengaku, dua mantan murid lainnya (Choukri Ellekhlifi dan Mohammed Sakr) telah gugur berjuang untuk kelompok-kelompok pejuang di luar negeri.
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Ellekhlifi gugur di Suriah pada 2013, sementara Sakr gugur berjuang untuk Al-Shabaab di Somalia.
Teman di London mengatakan kepada Washington Post, Emwazi dibesarkan di daerah kelas menengah ke atas di London Barat dan belajar programer komputer di University of Westminster. Jika ada kesempatan dia akan shalat di sebuah masjid di Greenwich.
Teman Emwazi mengatakan, mereka percaya ia mulai menjadi radikal setelah bepergian ke Tanzania pada Mei 2009 setelah lulus.
Pihak University of Westminster mengatakan, Emwazi telah meninggalkan universitas enam tahun lalu.
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung
“Jika dugaan ini benar, kami terkejut dan muak,” kata pihak universitas.
Target AS paling diburu
Kamis 26 Februari 2015, laporan tentang orang yang berada di balik nama Jihad John terungkap. Menurut informasi baru, “mujahid” yang dimaksud adalah Mohammed Emwazi dari London Barat, seorang pemuda dari kalangan menengah – atas.
Agustus tahun lalu, mantan rapper Inggris yang pergi dengan nama panggung L Jinny (nama aslinya Abdel-Majed Abdel Bary) dicurigai sebagai orang yang menjadi Jihad John, algojo yang melakukan pemenggalan terhadap wartawan AS, James Foley.
Baca Juga: Kisah Perjuangan Relawan Muhammad Abu Murad di Jenin di Tengah Kepungan Pasukan Israel
Emwazi sebelumnya digambarkan sebagai anggota jaringan yang melibatkan setidaknya 13 orang dari London, dan setidaknya dua dari mereka menjadi tahanan rumah. Namun satu melarikan diri dan yang lain tewas dalam serangan pesawat tak berawak.
Kemungkinan Emwazi pernah kembali ke Inggris sangat tipis, setelah identitasnya booming di media.
Senator senior AS dari Part5ai Demokrat, Dianne Feinstein mengatakan, pasukan Amerika Serikat kini secara khusus menargetkan Emwazi.
“Oh ya. Dia target,” kata mantan Ketua Komite Intelijen Senat kepada televisi CBS dalam acara “Face the Nation”. (T/P001/P2)
Baca Juga: Pejuang Palestina Punya Cara Tersendiri Atasi Kamera Pengintai Israel
Sumber: The Independent, The Source, Washington Post, Al Arabiya
Mia’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Catatan Perjalanan Dakwah ke Malaysia-Thailand, Ada Nuansa Keakraban Budaya Nusantara