Bagi seorang gangster, balas dendam adalah konsumsi sehari-hari. Bagi seorang gangster pula, membunuh orang lain berarti bukti solidaritas kawan sekubu. Para anggota geng di Amerika Serikat tidak jauh berbeda dengan kehidupan geng di negara lain. Semuanya memiliki kesamaan, saling bantu membantu dalam sebuah tindakan kriminal yang terorganisir.
Biasanya, di negeri paman Sam, para gangster terbentuk dari warga kulit hitam yang kerap mendapatkan diskriminasi di masa lalu. Untuk memperkuat diri, mereka membangun pergerakan bersama yang bisa menampung layaknya sebuah “rumah” dengan “saudara-saudara” yang akan selalu ada untuk mereka.
Namun, kehidupan geng tentunya tidak akan terlepas dari masalah senjata dan obat-obatan terlarang. Para gangster bahkan memiliki tali bisnis yang cukup dalam antar sesama anggota dalam hal ini. Solidaritas yang kuat antar sesama anggota, menjadikan kehidupan gangster ditakuti, bahkan oleh pihak keamanan seperti polisi sekali pun.
Baca Juga: Tak Ada Tempat Aman, Pengungsi Sudan di Lebanon Mohon Dievakuasi
Menariknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memegang hati semua manusia. Apapun latar belakangnya, bagaimana pun kelamnya hidup seseorang, jika dia terpilih untuk mendapat cahaya Islam, tidak ada yang akan bisa mencegah hal itu terjadi. Begitu pula yang terjadi dengan gangster yang satu ini. Sejak usia remaja, dicekoki dengan obat-obatan dan pertumpahan darah menjadi keseharian pria ini.
Namanya aslinya Ralph Haynis, warga keturunan Afro-Amerika yang sejak lahir tinggal di Culver City, sebuah kota di Los Angeles County, California. Ralph sejak usia 13 tahun sudah masuk penjara karena kriminalitas yang dia dan gengnya ciptakan di lingkungan mereka. Masuk keluar penjara menjadi rutinitas bagi pria ini.
Di penjara anak-anak, dia harus menghabiskan masa tahanan 10 tahun. Hingga di usianya memasuki 20-an, Ralph mulai menemukan Islam setelah belajar dari seorang syeikh yang rutin datang ke rutan untuk memberikan bimbingan rohani. Sebagaimana di penjara pada umumnya, para rohaniawan diperbolehkan memberikan bimbingan bagi agama masing-masing narapidana. Begitu pula Ralph muda yang lahir dan besar sebagai seorang Kristen. Dia tidak pernah merasa perlu untuk mendengarkan bimbingan rohaniawan dari selain agamanya sampai suatu saat dia mulai mengenal Islam dan menuntunnya menjadi seorang yang lebih baik.
Baca Juga: Pengungsi Sudan Menemukan Kekayaan Di Tanah Emas Mesir
Di dalam penjara juga menjadi masa yang sulit bagi Ralph, karena mau di luar atau di dalam rutan, dia berkawan dengan anggota sesama geng yang sama, The Blues, salah satu geng tertua di kota itu. Bahkan saat dia belajar dengan seorang ulama bersama tahanan Muslim lainnya, kerusuhan sempat akan terjadi, hingga akhirnya dia memilih untuk menjadi Muslim dan meredakan konflik yang mendilemakan pikirannya.
Pada usia 23 tahun, Ralph akhirnya keluar dari penjara. Berganti nama menjadi Abdul Hakim Suaid, ia pun mulai memperbaiki hidupnya yang kusut, sembari mendekati anggota gengnya yang lain untuk berubah pelan-pelan. Tiga bulan setelahnya, ujian kembali menguji keimanan Ralph. Kali ini datang dari orang yang paling dia hormati, ibunya. Ibu Ralph ditembak oleh gangster tak dikenal dalam sebuah penembakan acak di daerahnya.
Berdasarkan pengakuan Ralph, penembakkan kerap terjadi dari para anggota baru untuk membuktikan loyalitas atau keanggotaan mereka di sebuah geng. Mereka harus membunuh atau melakukan hal yang memacu adrenalin mereka. Ibu Ralph menjadi korban dari semua itu saat hendak pulang dari berbelanja, tiba-tiba sekelompok anak muda mendekati mobilnya dan menembak langsung ke arah sang ibu hingga akhirnya tewas seketika.
Mendengar itu, Ralph tidak kuasa menahan emosi kesedihan dan amarahnya yang besar. Dia mengaku sempat merencanakan sebuah pembalasan dendam kepada siapa pun yang melakukan hal keji itu. Namun, setelah beberapa waktu dan banyak bermuhasabah dengan ajaran yang dia pegang saat ini, Ralph mengaku pasrah dan ikhlas.
Baca Juga: Terowongan Silaturahim Istiqlal, Simbol Harmoni Indonesia
“Saya tau ibu saya tidak mau saya menjadi orang yang lebih buruk dengan balas dendam, saya tahu dia,” katanya saat berbicara dengan wartawan MINA, Rina Asrina Jaja, di sela-sela sebuah kegiatan. Ralph mengaku dengan belajar ikhlas, dirinya merasa jauh lebih bebas.
Alasannya, karena Ralph juga berhenti melakukan seluruh perbuatan terlarang sejak dia masuk Islam, oleh karenanya ikhlas menjadi salah satu hal yang dia latih dalam dirinya. Di samping itu, Ralph berhenti memakai obat-obatan terlarang, sex bebas, dan minuman beralkohol. “Semakin saya mengerti Islam, hidup saya semakin lebih baik,” katanya mempertegas.
Kini, sehari-hari Ralph membantu komunitas Muslim di Masjid King Fahd, masjid terbesar di Culver City. Ralph juga masih berhubungan dengan anggota komunitasnya dengan tujuan untuk mendakwahi mereka. Bahkan, dia sempat berhasil membatalkan kerusuhan yang gang-nya hendak lakukan dengan gang lain. “Saya tidak bisa meninggalkan komunitas saya, saya harus ada untuk mereka, memberitahukan mereka bahwa hal itu tidak baik,” katanya.
Dia mengaku kehidupan gangster bisa membuat orang “gila”, karena kehidupan keras dan kriminalitas yang tinggi. Contohnya, saat ada gang baru bermunculan, gang terlama seperti The Blues yang ada sejak tahun 70-an, akan melakukan perang terbuka dengan mereka. Ralph mengaku akan terus berusaha mendakwahi mereka dengan cara dia.(L/RE1/P2)
Baca Juga: Bukit Grappela Puncak Eksotis di Selatan Aceh
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Masjid Harun Keuchik Leumik: Permata Spiritual di Banda Aceh
Baca Juga: Temukan Keindahan Tersembunyi di Nagan Raya: Sungai Alue Gantung