Jakarta, MINA – Dalam menghadapi krisis global mulai dari perubahan iklim, kelangkaan pangan, hingga kemubaziran makanan, Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menegaskan peran strategisnya sebagai motor penggerak solusi transformatif berbasis ilmu dan iman.
Indonesia menjadi negara kedua dengan penyumbang food loss and waste terbesar di dunia setelah Arab Saudi karena rata-rata setiap orang Indonesia menghasilkan sekitar 300 kg sampah makanan setiap tahun. Laporan dari Economist Intelligence Unit dan FAO juga mencatat hal ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Umum ICMI Prof. Dr. Arif Satria dalam sambutan Halal Bi Halal ICMI dan Silaturahmi Tokoh Bangsa di Auditorium HM. Rasyidi Kementerian Agama RI, Jakarta, Senin (5/5).
“ICMI hadir bukan hanya sebagai pemikir, namun juga pelaku nyata dalam membangun masa depan bangsa melalui inovasi dan spiritualitas,” ujarnya.
Baca Juga: Pesib Bandung Juara Liga 1 2024/2025
Dalam acara yang turut dihadiri Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar dan tokoh bangsa lainnya, Prof Satria memaparkan capaian strategis ICMI dalam periode 2021–2025, mulai dari pembentukan Pokja Halal dan Pokja Pangan dan Koperasi, pendirian Desa Cendekia di Bogor, hingga Badan Reaksi Cepat untuk aksi kemanusiaan.
Salah satu inisiatif unggulan yang sedang dikembangkan ICMI adalah Desa Cendekia, sebuah program transformatif yang mengintegrasikan pertanian terpadu, pelatihan petani, penguatan pesantren, dan pembangunan masjid cendekia sebagai pusat aktivitas intelektual dan spiritual ICMI.
Pilot project Desa Cendekia saat ini tengah dibangun di Desa Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.
Desa tersebut dirancang sebagai prototipe pusat pelatihan pertanian modern berbasis keislaman yang berkelanjutan, tempat pemberdayaan masyarakat melalui teknologi tepat guna dan pendidikan agama.
Baca Juga: Indonesia, Kamboja Tegaskan Komitmen Bersama Jaga Stabilitas Kawasan
Fasilitas yang dikembangkan mencakup pesantren, masjid cendekia, green house, lahan pertanian produktif, serta PAUD berbasis karakter.
“Desa Cendekia merupakan wujud nyata integrasi antara iptek dan imtaq. Kita ingin membangun model pemberdayaan umat yang bukan hanya cerdas secara ilmu, tapi juga matang secara spiritual,” tegas Prof. Arif.
Meski pembangunan fisik masih berlangsung, antusiasme masyarakat dan dukungan berbagai pihak terus mengalir. Ke depan, program ini akan diperluas ke berbagai wilayah Indonesia dengan harapan dapat menjadi solusi berbasis lokal untuk tantangan global.
“ICMI tidak hanya berpikir, tetapi juga berdzikir; tidak hanya berinovasi dengan ilmu, tapi juga menjernihkan hati dengan iman. Inilah kekuatan fikr dan dzikr yang menjadi modal spiritual kita menghadapi tantangan lintas batas zaman,” lanjut Prof. Arif.
Baca Juga: Waspada Penipuan Haji Tanpa Antrean, Masyarakat Diminta Segera Melapor
Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya mendorong daya inovasi, imajinasi, dan kreasi dalam menghadapi persoalan global dan kemanusiaan.
Menurutnya, inovasi yang dilahirkan ICMI bukan sekadar hasil teknologi, tetapi merupakan buah dari keyakinan spiritual dan pemahaman ilmiah, demi kemaslahatan umat.
“ICMI berbasis data dan riset. Kita harus membuktikan bahwa alam semesta ini tidak diciptakan sia-sia. Karenanya, setiap inovasi kita adalah perwujudan iman dan ilmu yang saling menguatkan,” tambahnya.
Acara kemudian dilanjutkan dengan Tausyiah Kebangsaan oleh Menteri Agama RI, Prof. Dr. Nasaruddin Umar, yang memperkenalkan konsep “ekoteologi” sebagai pendekatan baru dalam membangun peradaban unggul.
Baca Juga: Penyembelihan Dam Jamaah Haji Indonesia Masih Dikaji di MUI
Ia menjelaskan bahwa ekoteologi berfungsi untuk menyeimbangkan antara mitos (myth), akal sehat (logos), dan kebiasaan hidup (ethos) sehingga terbentuk masyarakat berperadaban yang holistik.
“Kita perlu membangun peradaban melalui pendekatan spiritual yang memadukan kearifan lokal dan kearifan universal. Kurikulum cinta harus menjadi fondasi pendidikan kita, agar agama menjadi energi penggerak bukan pemecah,” ujar Menteri Nasaruddin.
Ia juga menaruh harapan besar kepada ICMI agar terus menjadi lokomotif dalam menciptakan pemikiran dan karya yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga membawa pencerahan dan kasih sayang bagi umat manusia.
Dalam momentum Halal Bi Halal yang juga dihadiri oleh 34 organisasi wilayah (Orwil) ICMI dari seluruh Indonesia dan 8 perwakilan luar negeri, semangat kolaborasi lintas sektor tampak menguat.
Baca Juga: Kota Jambi Jadi Tuan Rumah 7 Tahun Annual INASIA 2025
ICMI menegaskan bahwa mereka siap membangun jaringan solusi global melalui pendekatan spiritual, riset, dan pemberdayaan masyarakat.
ICMI tak hanya berbicara tentang gagasan besar, tetapi juga membuktikan langkah nyata dalam membangun masyarakat yang cerdas, religius, dan solutif.
Melalui sinergi iman dan ilmu, Indonesia dipersiapkan untuk menjawab tantangan masa depan, bukan hanya untuk bertahan, tetapi untuk memimpin dalam peradaban baru yang berkelanjutan.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Haflah Akhir Sanah, Pengingat akan Tanggung Jawab Santri sebagai Penerus Dakwah