Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ICMI : Negara-negara Pasifik Jangan Ikut Campur Urusan Papua Barat

IT MINA - Jumat, 30 September 2016 - 09:23 WIB

Jumat, 30 September 2016 - 09:23 WIB

265 Views

priyo1
Wakil Ketua DPR RI, Priyo Budi Santoso.(Foto: Arie/Mirajnews.com)

Jakarta, 28 Dzulhijjah 1437/30 September 2016 (MINA) – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) mengecam pernyataan para pemimpin negara pasifik yang menyerukan kebebasan bagi Propinsi Papua Barat, Indonesia, untuk menentukan nasibnya sendiri dan menuduh telah terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di kawasan tersebut.

“Negara-negara pasifik itu sebaiknya jangan terlalu jauh ikut campur urusan dalam negeri Indonesia, dengan menyerukan pernyataan provokatif agar Papua Barat dibebaskan menentukan nasibnya sendiri seolah selama ini Indonesia telah melakukan penjajahan di sana,” kata Wakil Ketua ICMI, Priyo Budi Santoso. Sebagaimana siaran pers resmi ICMI yang diterima Miraj Islamic News Agency (MINA), Jumat (30/9).

Menurut Priyo, secara terang-terangan negara-negara di Kepulauan Pasifik itu telah mengusik dan ikut campur urusan dalam negeri Indonesia di forum resmi PBB dengan menyerukan kebebasan bagi Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri.

Ia menambahkan, tak sepatutnya sebagai negara tetangga mereka melakukan hal tersebut karena bagaimanapun masalah Papua adalah persoalan internal di Indonesia sebagai negara berdaulat dan sebagai negara anggota PBB.

Baca Juga: Cuaca Jabodetabek Berawan Jumat Ini, Hujan Sebagian Wilayah

“Jika pun ada masalah di Papua Barat, maka Pemerintah Indonesia-lah yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah tersebut karena Papua adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ujar Priyo yang juga Mantan Wakil Ketua DPR RI itu.

Dirinya juga meminta agar Pemerintah secara tegas mengecam tindakan provokatif tersebut secara resmi, dengan mengirimkan nota peringatan kepada semua negara tersebut.

“Bahkan jika perlu, para Duta Besar negara itu dipanggil oleh Presiden untuk menjelaskan pernyataan tersebut,” kata Priyo.

Ia bahkan menduga, ada misi politik terselubung dibalik pernyataan provokatif tersebut agar PBB melihat buruk lalu mendukung kemerdekaan Papua Barat seperti yang diinginkan beberapa negara yang menginginkan hal itu terjadi. Atas hal itu, Priyo mengingatkan agar keamanan di perbatasan Papua Barat semakin ditingkatkan.

Baca Juga: Bedah Berita MINA, Peralihan Kekuasaan di Suriah, Apa pengaruhnya bagi Palestina?

“Lagipula, menurut wakil Indonesia di PBB saat itu, Nara Masista Rakhmatia, tak ada agenda pembahasan mengenai Papua Barat karena saat itu agenda yang dibahas adalah soal tujuan pembangunan berkelanjutan dan respon global terhadap perubahan iklim. Patut dipertanyakan, apa motivasi mereka memunculkan masalah Papua Barat dalam forum tersebut,” jelasnya.

Laporan itu kata Priyo, jelas bermotif politik yang dirancang untuk mendukung kelompok-kelompok separatis di provinsi tersebut (Papua Barat dan Papua) yang telah secara konsisten terlibat dalam menghasut kekacauan publik dan melakukan serangan teroris bersenjata.

“Jadi sikap mereka sangat jelas telah melanggar Piagam PBB dengan mencampuri kedaulatan negara lain dan melanggar integritas teritorialnya,” kata Priyo.

Seperti dikabarkan oleh sebuah media radionz.co.nz pada Senin (27/9), saat itu ada enam negara Kepualauan Pasifik yakni Vanuatu, Solomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island, dan Tuvalu yang blak-blakan menyatakan keprihatinan tentang pelanggaran HAM di Papua.

Baca Juga: Jurnalis Antara Sampaikan Prospek Pembebasan Palestina di Tengah Konflik di Suriah

Perdana Menteri Solomon Island, Manasye Sogavare, mengeluarkan pernyataan bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di Papua Barat dan mendesak agar rakyat Papua Barat melakukan referendum untuk menentukan nasibnya sendiri. Bahkan Presiden Marshall Island, Hilda Heine, mendesak Dewan HAM PBB untuk melakukan penyelidikan yang kredibel atas pelanggaran di Papua Barat.

“Dalam kasus ini, ICMI jelas dalam sikapnya bahwa NKRI adalah harga mati. Papua Barat adalah bagian dari NKRI yang harus dijaga kedaulatannya dalam wilayah NKRI,” pungkas Priyo. (L/P010/R05)

Mi’raj Islamic News Agency (MINA)

Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan

Rekomendasi untuk Anda

Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia
Indonesia