Bremen, MINA – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Organisasi Wilayah Jerman dan Eropa siap mendakwahkan agama Islam. Agar mudah diterima dakwahnya di Jerman dan Eropa, para dai ICMI akan menggunakan pendekatan Ilmu Mantiq. Sebab, Ilmu Mantiq diyakini sesuai dengan pola pikir mereka yang cenderung sangat mengandalkan logika.
“Ilmu Mantiq dapat kita gunakan untuk berdiskusi dengan para cendekiawan Jerman yang memang mengandalkan logika, sehingga mereka mengenal Islam sebagai agama yang cerdas, jelas dan canggih konsepnya sehingga dapat menjawab semus fenomena yang ada di dunia sekarang ini,“ ujar Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Jerman, Dipl. Ing. Vembra Trigerya Vidjaja dalam siaran tertulis kepada media di Bremen, Jerman, Selasa (14/5).
Menurut Vembra, bagi mereka yang ingin tahu lebih jauh tentang ilmu Islam, mereka akan termotivasi untuk mempelajari buku cendikiawan Islam dari zaman dulu, yang diakui terbukti menjadi penyebab Renaissance di Eropa.
“Ilmu Mantiq itu sebenarnya ilmu logika yang di-Islamkan, sehingga menjadi penguat dalil keyakinan aidah Islam. Yaitu dalil aqli (dari hulum akal dalam ilmu mantiq/Logika) selain dalil naqli (yang dinukil dari Quran dan Hadits),“ jelas Vembra.
Baca Juga: Indonesia Sesalkan Kegagalan DK PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza
Bahkan menurutnya, ilmu logika Aristoteles sesungguhnya yang keliru tentang konsep Tuhan Maha Pencipta Yang Maha Esa, yang sebenarnya melanggar logika itu sendiri.
“Ya kalau yang saya rasakan ilmu Mantiq itu dapat mengubah mindset kita dalam memandang dunia baik materi maupun spiritual,” kata Vembra lagi.
Ia juga menambahkan, dengan mengubah mindset ini diharapkan umat Islam termotivasi untuk menggali inovasi berdasarkan ayat Al Quran.
Kemampuan berinovasi teknologi sendiri menurut Vembra, tidak lepas dari kemampuan manusia menggunakan logika dalam melihat dan mengkaji fenomena dan permasalah yang ada di dunia secara runut.
Baca Juga: Selamat dari Longsor Maut, Subur Kehilangan Keluarga
Menguasai Ilmu Mantiq Melalui Kajian Kitab Muqodimat Sanusiyah
Sebagai tindak lanjut untuk meneladani peran cendekiawan muslim, beberapa hari lalu ICMI Orwil Jerman bekerjasama dengan berbagai organisasi muslim di Eropa, yaitu KMIB e.V., KPMI Belgia, PCINU Jerman, Mesjid Al Hikmah Den Haag, Muslim Braunschweig Jerman, dan PPME Al Ikhlas Amsterdam mengadakan kajian bulanan Kitab Muqodimat Sanusiyah karya Imam As-Sanusi yang dibimbing oleh Habib Dr. Ali Baqr Assegaf.
“Kajian rutin ini diprakarsai oleh Dipl. Ing. Vembra Trigerya Vidjaja, salah satu dewan pakar ICMI Orwil Jerman yang juga sekaligus ketua Keluarga Muslim Indonesia Bremen (KMIB) e.V.,” kata Ketua ICMI Orwil Jerman, Prof Dr. Ing Hendro Wicaksono dalam kesempatan yang sama.
Menurutnya, kajian ini sangat penting untuk diikuti oleh anggota dan aktivis ICMI khususnya di Jerman karena kitab ini merupakan karya ulama yang sangat berpengaruh dalam pembahasan aqidah (teologi Islam) dan ilmu tauhid.
Baca Juga: Terakreditas A, MER-C Training Center Komitmen Gelar Pelatihan Berkualitas
Dalam konteks keilmuan, kitab ini memiliki hubungan yang erat dengan kaidah ilmu mantiq (logika), pengembangan hukum, dan penguasaan konsep-konsep keagamaan yang penting bagi seorang cendekiawan Muslim.
Sebagaimana diketahui, di akhir abad ketiga/awal abad ke 4 Hijriyah, Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan Imam Mansur Al Maturidi menambah dalil ‘aqli (dari ilmu Mantiq/logika) selain dalil Naqli (dalil Qur’an dan Hadits) untuk penguatan pemahaman ilmu Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.
Hal ini dilakukan karena tantangan fitnah Aqidah Mu’tazilah yang telah menyimpang karena mendahulukan akal dari Al Quran. Apalagi pada waktu itu kaum Mu’tazilah telah masuk di kalangan penguasa.
“Namun dengan ketajaman hujjah dalil Aqli selain dalil Naqli yang disampaikan, akhirnya pengaruh faham Mu’tazilah menjadi redup dan ditinggalkan, karena dalil Aqli yang disampaikan lebih mudah diterima oleh fitrah akal manusia,” jelas Hendro.
Baca Juga: Tiba di Inggris, Presiden Prabowo Hadiri Undangan Raja Charles III
Ia menambahkan, setelah dimasukkannya ilmu Mantiq ke dalam pendekatan pembelajaran Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, kurikulum pendidikan dasar anak anak Muslim dari usia sekolah hanya ada tiga mata pelajaran, yaitu; ilmu fardhu ‘ain supaya anak bisa mengamalkan kewajiban dasar sebagai Muslim, ilmu nahwu Sharaf (bahasa Arab) supaya anak faham Al-Quran, Hadits dan Kitab para Ulama lalu juga ilmu mantiq supaya anak belajar cara berpikir yang benar.
“Nah setelah itu anak bebas memilih bidang ilmu yang dia suka. Dari sini lahirlah ilmuwan Muslim yang hebat di dunia Islam,”“ jelasnya lagi.
Sekilas Tentang Kitab Al-Muqaddimah karya Imam As-Sanusi
Kitab Al Muqaddimah karya Imam As-Sanusi adalah lanjutan dari Kitab Aqidatul Awam, yang mempelajari Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah dengan pendekatan Imam Asy’ari.
Baca Juga: Syubban Jambi Kibarkan Bendera Palestina di Puncak Gunung Dempo
Imam As-Sanusi dari Fez (Maroko), wafat tahun 895 Hijriyah adalah salah satu Ulama rujukan banyak Ulama Ahlussunnah wal Jamaah dalam bidang ilmu Aqidah di zaman ini.
Dalam Kitab Al Muqaddimah akan membahas pendahuluan ilmu Mantiq tentang tiga jenis hukum yaitu: Hukum Akal, hukum Logika, yaitu apakah sesuatu itu wajib, mustahil dan jaiz (mungkin) menurut akal, yang menjadi Dalil Aqli. Ada juga hukum adat (kebiasaan) atau hukum alam dan terakhir hukum Wadh’i (hukum yang diletakkan oleh pihak yang mempunyai Otoritas). Hukum dari Allah disebut hukum Syariat yang menjadi Dalil Naqli.
Hal ini sangat penting untuk dipahami khususnya dalam Ilmu Aqidah bagi pembelajar yang ingin menambahkan ilmu mengenal Allah, untuk memperbaiki kualitas amal dan ibadah kepada Allah.
Sebagaimana kita mesti belajar ilmu Tajwid agar kita tidak keliru dalam membaca Al Qur’an, maka kita mesti mempelajari ilmu Mantiq agar kita tidak keliru dalam berpikir. Berfikir dan bertafakur dalam memperhatikan ciptaan Allah, adalah sangat diperlukan dalam mempelajari Ilmu Aqidah.
Baca Juga: Ulama Palestina: Ujian Pertama untuk Bebaskan Al-Aqsa adalah Shubuh Berjamaah
Akal dan dalil aqli tidak mungkin bertentangan dengan dalil Naqli, demikian juga sebaliknya. Tetapi akal mungkin saja tidak memahami dalil Naqli, karena keterbatasan akal.
Dengan mempelajari ilmu Aqidah dari Kitab Al Muqaddimah, diharapkan kita lebih memahami dan meyakini Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah serta dapat menjelaskan kepada orang lain, khususnya bagi orang-orang di barat ini yang sangat mengutamakan akal dalam tindakannya, sehingga agama Islam dapat lebih dikenali sebagai agama yang mencerahkan karena sesuai dengan fitrah akal manusia.
Kajian Kitab Muqaddimah Assanusiyah ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang akar-akar kekufuran dan kebid’ahan yang seringkali menjadi polemik dalam kehidupan beragama.
Dengan mempelajari kitab ini, pengurus dan anggota ICMI dapat memperluas wawasan keagamaan mereka, meningkatkan pemahaman akan konsep-konsep keislaman, dan mengembangkan keterampilan logika serta analisis hukum.
Baca Juga: UAR Korwil NTT Ikuti Pelatihan Water Rescue
ICMI akan selalu hadir untuk memberikan solusi dan kontribusi terbaik bagi bangsa Indonesia. ICMI yang berlandaskan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan berbasis kecendekiaan akan selalu berperan aktif mendorong kebaikan untuk bangsa dan negara.[]
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Cuaca Jakarta Diguyur Hujan Kamis Ini