Jakarta, MINA – Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) menggelar Silaturahmi Nasional dan Halal bi Halal Kebangsaan, di Jakarta, Kamis malam (26/7). Agenda kegiatan yang diselenggarakan ICMI tersebut mengambil tema Islam Perekat NKRI.
Sederet tokoh nasional dan cendekiawan Islam dijadwalkan hadir pada acara Silaturahim Nasional dan Halal bi Halal ICMI, antara lain Ketua Umum ICMI yang juga mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Prof DR Jimly Asshiddiqie, Ketua Dewan Kehormatan ICMI dan Presiden RI ketiga Prof DR Ing BJ Habibie, Wakil Ketua Komisi II DPR RI A Riza Patria serta lainnya.
Dalam acara yang digelar, para tokoh nasional dan cendekiawan Islam yang akan didaulat untuk menyampaikan pemikiran maupun sarannya untuk kehidupan bangsa Indonesia yang lebih baik. Apalagi memasuki tahun politik yang kini telah dirasakan hingga menjelang pemilihan legislatif dan Presiden tahun depan.
Menurut Jimly Asshiddiqie, tahun politik di Indonesia tetap penting menjaga kerukunan kebangsaan serta toleransi keberagaman. Jangan sampai tahun politik yang mengarah pada suksesi kepemimpinan jadi arena pertengkaran.
Baca Juga: Tumbangnya Rezim Asaad, Afta: Rakyat Ingin Perubahan
“Jadi berlomba-lomba saja memberikan kebaikan masing-masing biar rakyat yabg menilai sosok pemimpinnya,” kata Jimly.
Jimly mengungkapkan, dalam suasana demokrasi dapat saja kebebasan membuncah, khususnya soal kepemimpinan nasional. Kendati begitu, masyarakat yang mengusung calon pemimpinnya secara bebas jangan sampai merendahkan bahkan menghina kompetitornya.
Dengan sikap kedewasaan berpolitik seperti itu, ucap Jimly, maka dipastikan masa depan Indonesia akan melaju unggul dan berkualitas. Ditambah lagi ruh persatuan Indonesia yang selama ini dijaga tetap merekat.
“Saling mencaci, menjatuhkan, menista lainnya adalah politik zaman jahiliyah yang harus ditinggalkan,” kata Jimly.
Baca Juga: Resmikan Terowongan Silaturahim, Prabowo: Simbol Kerukunan Antarumat Beragama
Jimly menganggap, tahun politik saat ini di Indonesia masih ada menunjukkan fenomena cara-cara yang buruk berkompetisi, misalnya saja seperti ramai cuitan di media sosial. Masih terjadi saling menista, memfitnah, antar kubu terkait sosok pemimpin yang diunggulkannya.
“Fenomena saat ini yaitu saling menista dan menjatuhkan yang terjadi di media sosial dan mainstream adalah politik tidak sehat. Cikal bakal Indonesia terbelakang jika terus berlanjut,” tutur Jimly. (T/R06/RS3)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Konflik Suriah, Presidium AWG: Jangan Buru-Buru Berpihak