Oleh: Zaenal Muttaqin, jurnalis Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Ada yang kurang tepat bahkan bisa salah, pemahaman di kalangan masyarakat dalam memaknai Hari Raya Idul Fitri. Entah siapa yang memulai, Iddul Fitri seringkali dipahami sebagai hari di mana setiap pribadi yang telah melaksanakan puasa selama sebulan akan kembali menjadi suci atau fitrah. Yakni, kembali kepada fitrah semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita.
Secara bahasa (lughot), kata ‘Id’ artinya kembali, atau sesuatu yang berulang. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama. Ibnul A’rabi mengatakan,
سمي العِيدُ عيداً لأَنه يعود كل سنة بِفَرَحٍ مُجَدَّد
Baca Juga: Pentingnya Memahami Fiqih Jual Beli dalam Berdagang
“Hari raya dinamakan id karena berulang setiap tahun dengan kegembiraan yang baru”. (Lisan Al-Arab, 3/315).
Ada juga yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-Adah [arab: العادة], yang artinya kebiasaan. Karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka. (Tanwir Al-Ainain, hlm. 5).
Sedangkan kata fitri ( ﻓﻄﺮ / ﺍﻓﻄﺎﺭ ) artinya secara bahasa adalah ‘berbuka’. Yakni berbuka puasa jika dikaitkan dengan puasa. Sehingga Iddul Fitri makna yang sebenarnya adalah “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni, kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut ( ﻓﻄﺮﺓ ) dan bukan ( ﻓﻄﺮ )”.
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
Baca Juga: Selesaikan Masalahmu dengan Sabar dan Shalat
ﺍَﻟﺼَّﻮْﻡُ ﻳَﻮْﻡُ ﺗَﺼُﻮْﻣُﻮْﻥَ، ﻭَﺍﻟْﻔِﻄْﺮُ ﻳَﻮْﻡَ ﺗُﻔْﻄِﺮُﻭْﻥَ ﻭَﺍْﻷَﺿْﺤَﻰ ﻳَﻮْﻡَ ﺗُﻀَﺤُّﻮْﻥَ
“Puasa itu ialah pada hari kamu berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan (Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah pada hari kamu menyembelih hewan”. (HR Tirmidzi No. 693, Abu Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan Baihaqy 4/252)
Berdasarkan pengertian yang dijelaskan dalam hadits tersebut menyatakan, bahwa Idul Fitri ialah hari raya kembali berbuka puasa atau tidak berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa.
Karenanya disunatkan (dianjurkan) untuk makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum pergi untuk mendirikan shalat Idd. Supaya umat mengetahui bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari berbuka bersama-sama.
Baca Juga: Dentuman Perang Memisahkan Sepasang Calon Pengantin
Sementara kata “fitrah” seperti disebutkan dalam Al-Quran:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ
“Hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah”. (QS. Ar-Rum: 30).
Ibnul Jauzi menjelaskan makna fitrah,
Baca Juga: Bela Masjid Al-Aqsa Sepanjang Masa
الخلقة التي خلق عليها البشر
“Kondisi awal penciptaan, di mana manusia diciptakan pada kondisi tersebut”. (Zadul Masir, 3/422).
Dengan demikian, setiap manusia yang dilahirkan, dia dalam keadaan fitrah. Telah mengenal Allah sebagai sesembahan yang Esa, namun kemudian mengalami gesekan dengan lingkungannya, sehingga ada yang menganut ajaran nasrani atau agama lain. Ringkasnya, bahwa makna fitrah adalah keadaan suci tanpa dosa dan kesalahan.
Jadi Iddul Fitri artinya bukan “kembali kepada fitrah”, karena kalau demikian niscaya terjemahan hadits di atas menjadi “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari kamu bersuci”. Sekali lagi Iddul Fitri makna yang sebenarnya adalah “Hari Raya berbuka Puasa”. Yakni, kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama sebulan berpuasa. Wallahu a’lam bis showaab. (B05/ P1)
Baca Juga: Cinta Dunia dan Takut Mati
(Dari berbagai sumber)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: Menjaga Akidah di Era Digital