Jakarta, MINA – Data kajian lembaga think tank bentukan Dompet Dhuafa, Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), menyatakan pertumbuhan garis kemiskinan yang rendah sepanjang 2016-2019.
Di satu sisi menggambarkan keberhasilan pengendalian harga komoditas kebutuhan pokok, namun di saat yang bersamaan juga menggambarkan kenaikan pengeluaran rumah tangga miskin yang dipicu oleh bantuan sosial.
Dalam empat tahun terakhir (Maret 2015-Maret 2019) sebanyak 3,45 juta penduduk mampu keluar dari kemiskinan. Namun demikian, pencapaian ini lebih rendah dari target RPJMN yang mematok target angka kemiskinan 7-8 persen pada 2019.
Namun, pemberantasan kemiskinan tidak mutlak menjadi tugas pemerintah saja. Lembaga sosial yang fokus pada pemberdayaan masyarakat pun turut ambil bagian, salah satunya Dompet Dhuafa.
Baca Juga: BRIN Kukuhkan Empat Profesor Riset Baru
Inisiator dan Ketua Pembina Dompet Dhuafa, Parni Hadi, menyatakan peran Dompet Dhuafa selama 26 tahun berdiri dalam pengentaskan kemiskinan.
“Dompet Dhuafa dalam menerapkan kegiatannya melakukan filantropreneur (wirausaha sosial profentik) untuk memutus lima lingkaran kemiskianan. Salah satunya melalui program dari desa demi desa,” ujarnya.
Sebagai lembaga yang mengelola dana Islam sosial (social Islamic fund), Dompet Dhuafa sangat konsen dalam upaya pemberdayaan kaum dhuafa, baik ekonomi, kesehatan, pendidikan, maupun pelayanan sosial kemasyarakatan.
Semua dilakukan agar kaum dhuafa dapat dengan mudah dalam mendapatkan akses pelayanan.
Baca Juga: Jateng Raih Dua Penghargaan Nasional, Bukti Komitmen di Bidang Kesehatan dan Keamanan Pangan
Beraneka ragam situasi dan kondisi Ekonomi yang melanda negeri, mendorong Dompet Dhuafa menyelenggarakan diskusi Indonesia Poverty Outlook 2020, Senin (9/12) di Auditorium Adhiyana Wisma Antara, Jakarta. Tema yang diangkat yaitu Peta Strategi Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pertumbuhan Ekonomi (Pro-Poor City Index).
Melalui Poverty Outlook 2020 ini, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan upaya pengentasan kemiskinan di tahun yang akan datang baik bagi pemerintah maupun pihak swasta yang memiliki fokus di bidang kemiskinan.
Selain itu, kegiatan ini diharapkan dapat memberi pandangan dan masukan terkait program yang telah dijalankan oleh pemerintah maupun lembaga lainnya, serta kebijakan yang telah ada terkait upaya penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2019 mencapai 25,14 juta jiwa atau sekitar 9,82% dari total penduduk. Jumlah tersebut berkurang 530 ribu jiwa dibandingkan posisi September tahun lalu dan menyusut 805 ribu jiwa dibandingkan posisi Maret tahun lalu.
Baca Juga: Pakar Timteng: Mayoritas Rakyat Suriah Menginginkan Perubahan
Peran berbagai lapisan masyarakat dalam membantu pemerintah menanggulangi kemiskinan patut diapresiasi bersama.
“Melihat pengentasan kemiskinan harus berarti pemberdayaan orang miskin (kaum dhuafa). Untuk itu, perlu debirotikrasi, efisiensi, dan kemandirian,” ujar Parni Hadi.
Dompet Dhuafa dalam menerapkan kegiatannya melakukan profetik filantropreneur (prophetic philanthropreneur) yang dijabarkan dalam prophetic socio-technopreneurship (wirausaha sosial profetik) untuk memutus lima lingkaran kemiskinan.
Program dari desa, demi desa yang merupakan percikan gagasan untuk memakmurkan desa, tempat bermukim mayoritas orang miskin di Indonesia,” tandasnya. (L/R11/RS3)
Baca Juga: Festival Harmoni Istiqlal, Menag: Masjid Bisa Jadi Tempat Perkawinan Budaya dan Agama
Mi’raj News Agency (MINA)