Idul Fitri Momentum Bersyukur dan Meneguhkan Semangat Hidup Berjamaah, Oleh: Arif Ramdan

اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَاللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ

 يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَقَاَل اَيضًا  وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ فَذَرْهُمْ فِي غَمْرَتِهِمْ حَتَّى حِينٍ

فَـإِنّ  أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَـابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّالْأُمُوْرِ مُحْدَثاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ

Hadirin Jamaah Shalat Idul Fitri yang berbahagia.

Puji beserta syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Dzat Yang Maha Sempurna, yang telah memberi kekuatan kepada kita semua sehingga dapat tiba di ujung Ramadhan dan sampai pada awal 1 Syawal 1443 Hijriyah. Syukur kita panjatkan, karena dengan limpahan berkah dan rahmat Nya kita sekalian dapat dengan aman tanpa rasa takut dan khawatir dalam menjalani ibadah puasa tahun ini dengan situasi yang lebih baik.

Shalawat beriring salam mari kita sanjung sajikan kepada junjungan kita yang Mulia, Nabi Muhammad Shallahu Alaihi Wasallam. Kepada para sahabat Nabi, tabiin, tabi’it tabiin, hingga kita semua selaku umatnya yang terus berusaha tunduk dan patuh melaksanakan setiap perintah dan sunnah-sunnah Nabi Kita.

Khatib berwasiat kepada diri khatib dan kepada jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia, mari kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena hanya dengan bekal taqwalah kita sekalian dapat meraih segala apa yang kita inginkan di dunia dan akhirat kelat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada dia sangka-sangka.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”

Hadirin Jamaah shalat Id yang berbahagia.

Hari ini, 1 Syawal 1443 Hijriyah seluruh umat muslim di dunia merayakan Idul Fitri dengan serentak. Hari kemenangan ini dapat kita rasakan tanpa rasa takut dan khawatir berlebihan seperti pada dua tahun sebelumnya, di mana pandemi Covid-19 menerpa negeri kita dan negeri-negeri lainnya di dunia ini.  Kita bersyukur dapat merayakan kemenangan ini, meski ada di antara sahabat, keluarga, anak dan tetangga kita tidak lagi bersama di hari yang suci ini, karena Allah telah memanggil lebih dahulu di masa pandemi Covid-19. Kita doakan mereka mendapat pahala syahid atas ujian kesabaran saat mereka diterpa badai Virus Corona.

Kemenangan kita hari ini, dapat disyukuri dengan cara memperbanyak silaturrahim untuk saling memberikan do’a:

تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُم

Suatu momentum yang dapat kita syukuri karena dua tahun yang lalu kita tidak dapat saling berkunjung satu sama lain karena pembatasan sosial demi menjaga kesehatan bersama.  Karena itu, ‘Idul Fitri tahun ini hendaknya dijadikan sebuah momentum bagi kita umat Islam untuk mempererat dan memperkokoh tali persaudaraan, sehingga umat Islam menjadi umat yang bersatu, karena pada dasarnya muslim dengan muslim lainnya itu saudara, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun pernah bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

“Perumpamaan kaum Mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita patut bersyukur atas telah pulihnya dunia ini dari pandemi yang sempat membuat sebagian umat manusia resah, gelisah dan tak tahu arah dalam menjalani kehidupan yang serba sulit saat protokol kesehatan diterapkan dengan sangat ketat. Bersyukur tentu wajib kita lakukan karena hari ini kita diberi kesempatan untuk bersimpuh berserah diri bertaubat kepada Allah selepas satu bulan ibadah puasa Ramadhan dengan sempurna dan tiada halangan yang menganggu kita.

Hadirin Jamaah Shalat Id yang berbahagia.

Kalau kita melihat persatuan dan kesatuan masyarakat muslim di zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam sungguh sangat menakjubkan. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam telah membangun suatu masyarakat yang berada dalam persatuan dan kesatuan yang kokoh yang dilandasi atas dasar kecintaan dan tolong menolong.

Suatu keistimewaan masyarakat muslim di zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam ialah kuatnya ukhuwah fi dinillah, mahabbah (kecintaan) dan tolong menolong di antara mereka, khususnya dalam kebaikan dan ketakwaan.

Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam sangat menjaga kesatuan ummat Islam, bahkan masalah persatuan ini mendapatkan perhatian yang sangat besar bagi beliau. Apalagi ketika beliau berada di Madinah, Rasulullah mempererat tali ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar. Begitu juga telah disatukannya suku Aus dan Khazraj dalam Jama’ah Muslimin yang telah ratusan tahun bermusuhan dan berperang. Dengan demikian jelaslah bahwa beliau dan para sahabatnya telah mencontohkan wujud kesatuan umat yang utuh dengan ikatan persaudaraan.

Ramadhan yang baru saja kita lalui telah mengajarkan kepada kita banyak hal, termasuk inti dari pada kehidupan berjamaah. Selama bulan Ramadhan kita diajarkan untuk terus berupaya membangun kesatuan umat, sebagaimana perintah berpuasa itu sendiri yang mesti diawali dengan melihat hilal yang menandai muslimin di seluruh dunia wajib serentak melaksanakan ibadah puasa.

Isyarat kesatuan umat Islam juga dapat kita petik dari kesamaan mengawali dan mengahiri shaum Ramadhan. Adanya perhitungan/hisab yang diprediksikan sama oleh para Ahli Hisab untuk beberapa tahun kedepan menjadi potensi bagi Muslimin untuk dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan sehingga mewujud pada Ukhuwwah Islamiyyah, untuk itu Kaum Muslimin diharapkan melalui bulan Ramadhan ini mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan tentang perintah berjama’ah sebagai wujud Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Hadirin Jamaah Shalat Id yang berbahagia

Kewajiban hidup berjamaah tidak berhenti hanya kepada implementasi pelaksanaan penyerahan diri untuk taat kepada imaam dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahhu wa ta’ala. Melainkan kita wajib meyakini bahwa syariat kehidupan berjamaah merupakan ruh dari model hidup bermasyarakat yang ditinggalkan sebagian umat Islam saat ini. Berjamaah adalah modal untuk senantias berlaku kasih-sayang sesama muslim sebagai saudara, seperti dicontohkan kaum anshar terhadap kaum muhajirun di masa kenabian. Satu sama lain saling berkasih sayang sesama Muslim, saling membantu, meringankan dan bahu-membahu dalam ketaatan kepada perintah Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala.

Tanpa syariat berjamaah, kita telah melihat rapuhnya tali kemasyarakat di dalam kehidupan manusia saat ini. Ujian pandemi Covid-19 telah menjadikan sebagian saudara kita tidak peduli terhadap saudaranya yang lain. Hanya mementingkan diri dan keluarganya, tanpa mau peduli tetangga dan di sekitarnya. Keadaaan yang sulit pada masa pandemi telah memperlihatkan kepada kita, betapa manusia harus berjuang sendiri-sendiri dalam mempertahankan hidupnya.

Badai corona telah mencabut hak bekerja seseorang sehingga kehilangan sumber penghasilan. Dalam kondisi seperti ini, banyak di antara saudara kita yang gamang menjalani hidup sehingga terbawa arus pragmatis dalam menyelesaikan ujian hidup dengan cara-cara yang tidak baik dan melenceng dari syariat Allah Subhanahu wa ta’ala.

Hadirin Jamaah Shalat Id yang berbahagia

Hari ini kita dapat merayakan kemenangan dan keluar sebagai manusia yang diharapkan berpredikat taqwa selepas puasa Ramadhan, namun tidak bagi sebagian saudara kita muslimin di belahan dunia  lainnya. Mereka tidak dapat seperti kita merayakan Idul Fitri dengan gembira tetapi penuh dengan ketakutan dan suasana tidak menentu. Saudara kita kaum muslimin di Palestina, Rohingya, Myanmar, Uighur, Kashmir dan di negeri-negeri muslim yang masih hidup dalam penderitaan  harus terus bersabar atas ujian yang mereka hadapi.

Di Palestina, saudara kita dengan sabar terus menjaga petilasan sejarah Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam saat melaksanakan Isra’ dan Mi’raj atas perinta Allah. Hari ini kita hanya dapat melihatnya dari jauh, menyaksikan penderitaan saudara kita para penjaga Masjidil Aqsa dari tangan-tangan najis Zionis Yahudi Israel.

Kita sadari bahwa salah satu kelemahan ummat Islam selepas kepemimpinan Khulafaur Rasyidin al-Mahdiyyin hingga saat ini adalah terbelahnya kesatuan dan persatuan umat. Padahal adanya kesatuan dan persatuan akan dapat menentukan masa depan dan sejarah ummat Islam itu sendiri.

Maka tanpa adanya persatuan, ummat Islam menjadi lemah, beramacam-macam coraknya dan terpisah-pisah potensinya, bahkan sebagian mencaci sebagian yang lain.

  كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

“Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka”. (QS. Ar-Rum: 32)

Tanpa adanya kesatuan, rasanya sulit ummat Islam ini akan bangkit kembali sebagai umat yang kuat dan unggul dalam berbagai bidang seperti yang pernah terjadi pada masa abad ke 7 Masehi. Ketika orang-orang Barat masih tidur dan masih lemah, orang-orang Islam telah mengalami kejayaan dan kekuatan, sehingga Islam tidak hanya eksis di Timur Tengah, tetapi Islam juga berkembang di sebagian daratan Eropa, seperti Spanyol dan lain-lainnya.

Tanpa ada kesatuan, muslimin di Palestina, di Myanmar, di Tiongkok, di Kashmir tertindas, terampas hak-hak hidupnya hingga saat ini, tanpa kemampuan muslimin lainnya untuk menolongnya, tanpa kejelasan kapan akan berakhir penderitaan mereka. Tanpa ada kesatuan, muslimin di Suriah, di Libanon dan di Timur Tengah lainnya saling berperang, saling membunuh satu sama lain. Bukannya umat ini menjadi homo homini socius (manusia menjadi teman sesama manusia), tetapi malah menjadi homo homini lupus (manusia menjadi serigala manusia lainnya). Sungguh inilah bencana kemanusiaan terbesar di muka bumi. Allah telah mengingatkan dengan firman-Nya:

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الأرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. jika kamu (hai kaum muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfal {8} : 73).

Kita saksikan hari ini, para pembela hak asasi manusia, negara-negara yang mengaku berperadaban modern telah Allah bukakan dengan sangat terang benderang kebusukan dan perangai mereka atas muslimin. Saat Ukraina diinvasi Rusia pada tanggal 22 Februari, dunia Barat dan Eropa yang mayoritas negeri-negeri bukan Islam serempak satu suara bulat mengutuk Rusia. Atas nama kemanusiaan mereka bersatu padu mengembargo Rusia, satu suara mereka menyatakan invasi Rusia ke Ukraina adalah kejahatan perang yang harus dihentikan.

Sejak awal invasi, dunia telah melihat boikot global terpadu atas barang, acara, dan teknologi Rusia. Baru minggu lalu, Microsoft mengumumkan menghentikan semua penjualan layanan dan produk baru di Rusia, Barat mengutuk bahwa “invasi ke Ukraina tidak dapat dibenarkan, tidak beralasan dan melanggar hukum”.

Tetapi saudaraku, lihatlah! Hari ini saudara kita di Palestina yang sedang khusyu’ beribadah di Bulan Ramadhan. Ditembaki, diserang, dipukuli oleh serdadu Israel. Mereka menyerang saudara kita di Palestina yang tidak memiliki senjata. Mereka menyerang bergerombol masuk merusak kesucian Masjidil Aqsa. Tetapi, dunia Barat diam! Tidak ada sepatah kata pun dari mereka untuk mengutuk Israel yang telah puluhan tahun mencaplok negeri Palestina menodai masjid kita yang mulia, Masjidil Aqsha.

Perlakuan ini berbeda terhadap saudara kita di Palestina, setelah sepekan berlalu ketegangan di terjadi antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, kekerasan terus bereskalasi, tetapi masyarakat dunia khususnya Barat seakan bisu atas apa yang terjadi di Palestina. Mereka diam seribu bahasa. Ini membuktikan bagi kita bahwa orang-orang kafir itu satu sama lain saling membantu untuk melemahkan perjuangan umat Islam.

Apa yang terjadi di Palestina juga mengingatkan kepada kita bahwa tujuan akhir teroris Israel adalah mengusir rakyat Palestina dari negara Palestina dan sekaligus menhancurkannya, sehingga negara Palestina hilang dari peta dunia. Ini dibuktikan dengan diamnya Amerika Serikat, Eropa, PBB dan para pendekar HAM, bisu, tuli, buta terhadap teroris Israel yang telah secara sistematis melakukan genosida terhadap rakyat Palestina.

Hadirin Jamaah Shalad Id yang  berbahagia.

Apa yang kita saksikan hari ini berbagai penindasan yang terjadi kepada umat Islam di belahan dunia lain, hakikatnya adalah karena umat ini belum tersimpul pada satu kekuatan yang disyariatkan dalam Islam. Masyarakat muslim hari hidupnya belum berpedoman pada aturan-aturan Islam yang telah ditetapkan Allah, maka yang kita saksikan adalah melemahnya kekuatan umat Islam dan sirnanya hakikat kesatuan umat saat ini.

Jangan mimpi dapat menegakkan syari’at Islam secara kaffah apabila kita tidak bersatu dan terus berpecah-belah. Adakah keinginan di antara kita agar umat Islam menjadi umat yang unggul dan mengalamai kejayaan; adakah keinginan pada kita untuk menjadi umat yang bersatu, berjama’ah, sehingga menjadi kuat dan tidak mudah digoyang oleh orang lain. Semua itu kembali kepada diri kita sendiri. Kalau ada keinginan, marilah kita  perjuangkan dengan mulai dari diri kita sendiri, sehingga cita-cita ummat Islam menjadi ummat yang berjaya dan unggul dapat tercapai dalam ridha Allah Subhanahu wa ta’ala. Amin.

Hadirin Jamaah Shalad Id yang  berbahagia.

Jika umat Islam hidup ber-Jamaah dan ber-Imamah, serta mengamalkan nilai-nilai syariat secara konsisten, maka akan terbentuklah umat teladan di muka bumi ini atau khoiro ummah, sebagaimana firman Allah:

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُون

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Ali Imran: 110).

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala di atas merupakan pernyataan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala bahwa umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, yakni kaum muslimin, sebagai umat yang terbaik di antara umat manusia di muka bumi karena kompak hidup berjama’ah tidak terpecah-belah.

Imam Al Qurthubi dalam tafsirnya mengutip sebuah hadits dari Bahz bin Hakim bahwa tatkala membaca ayat ini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. bersabda:

أَنْتُمْ تَتِمُّوْنَ سَبْعِيْنَ أُمَّةً أَنْتُمْ خَيْرَهَا وَ أَكْرَمُهَا عَلَى اللهِ

“Kalian adalah penyempurna dari 70 umat, kalian yang terbaik di antara mereka dan termulia di sisi Allah” (HR. At Tirmidzi, no.3001–Hasan).

Menurut Imam Qurthubi dan Imam Ibnu Katsir, predikat tersebut sama dengan predikat ummatan wasathan  yang Allah sebut dalam firman-Nya:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah: 143).

Jadi jelaslah bahwa selama umat Islam berpecah belah, berfirqah-firqah, maka fitnah dan kerusakan umat akan terus terjadi, sementara saudara-saudara kita seakidah yang sedang mengalami penindasan, nasibnya terkatung-katung karena tidak terbangunnya kemampuan dan kepedulian sesama untuk saling membantu.

Hadirin Jamaah Shalat Id  yang berbahagia

Mengakhiri khutbah ini, izinkan khatib mengingatkan kembali pesan Rasulallah Shalallahu alaihi wa sallam kepada para muslimah. Sebab di antara bukti kecintaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kepada kaum wanita adalah nasihat yang selalu disampaikan kepada umat Islam agar menjaga dan menghormatinya.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memerintahkan kaum wanita agar bertakwa kepada Allah, menaati suami, dan banyak bersedekah. Beliau bersabda, “Sungguh di antara kalian ada orang-orang yang masuk surga (beliau sambil merapatkan jari-jari tangannya) dan sebagian besar kalian akan menjadi bahan bakar api neraka (lalu beliau membuka jari-jarinya). Seorang wanita bertanya, ‘Mengapa, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Karena kalian banyak melaknat, mengingkari kebaikan suami, dan menunda-nunda kebaikan’.” (HR Ibnu Hibban).

Dari hadis di atas, ada tiga nasihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang diperuntukkan khusus untuk kaum wanita sebagai bekal masuk surga. Jika diamalkan maka akan memudahkan kaum wanita meraih surga, yaitu bertakwa kepada Allah, taat kepada suami, dan banyak sedekah.

Sebaliknya, jika seorang wanita melakukan tiga hal berikut ini maka akan menjadi orang yang celaka (sebagai penghuni neraka). Pertama, wanita yang suka melaknat. Sebagian wanita begitu mudah melaknat orang yang ia benci, termasuk yang sedang ada masalah dengannya.

Kedua, wanita yang suka mengingkari kebaikan suami. “Tidaklah seorang istri yang menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya (di akhirat kelak): bidadari yang menjadi pasangan suaminya (berkata): “Jangan engkau menyakitinya, kelak kamu dimurkai Allah, seorang suami bagimu hanyalah seorang tamu yang bisa segera berpisah dengan kamu menuju kami.” (HR Tirmidzi).

Ketiga, wanita yang suka menunda-nunda kebaikan. Salah satu hal yang menjadikan wanita suka menunda kebaikan itu adalah berlarut-larut dalam perasaan dan emosi. Hal ini pernah terjadi pada masa Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala membimbing kita dan para muslimah sehingga dapat menjalankan tiga nasihat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai bekal masuk surga. Amin.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya, dan sebagai penutup dari khutbah ini.

Marilah kita bersama-sama memanjatkan do’a kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Wahai yang Maha Menatap, Wahai Yang Maha Agung dan Maha Perkasa

Ya Allah, wahai yang Maha Tahu segala lumuran aib dan maksiat, ampunilah seburuk apapun diri-diri kami selama ini.

Ampuni sekelam apapun masa lalu kami, tutupi seburuk apapun aib-aib kami. Ampunilah diri-diri kami ya Allah, tolonglah kami ya rabb.

Bukakan lembaran-lembaran baru yang bersih yang menggantikan lembaran kelam masa lalu kami.

Ya Allah ampuni dan selamatkan orang tua kami, darah dagingnya yang melekat pada tubuh kami.

Ampuni jikalau selama ini kami pernah mendzaliminya, jadikan sisa umur kami untuk menjadi anak yang tahu balas budi ya Allah

Rab! ampuni kedua orangtua kami, bahagiakan, muliakan sisa umurnya ya Allah.

Jadikan akhir hayatnya khusnul khatimah. Kami mohon kepadamu ya Allah lindungi kami dari mati suul khatimah.

Cahayai kuburnya, kami benar-benar memohon padamu, lindungi dari siksa kubur ya Allah. Jadikan doa kami menjadi cahaya bagi hatinya, cahaya bagi kuburnya.

Rabb! balaslah kebaikan orang-orang yang berbuat baik kepada kami

Ya Allah bukakan hati kami agar dapat merasakan keagunganmu

Jadikanlah kening ini menjadi kening yang selalu nikmat bersujud kepadaMu. Jadikan mata kami menjadi mata yang selalu akrab dengan ayat-ayatMu ya Allah. Golongkan telinga ini, menjadi telinga yang selalu rindu mendengar kebenaranMu

Jadikan lisan kami menjadi lisan yang terpelihara, yang selalu basah menyebut namaMu, yang dapat menjadi cahaya ilmu yang dapat menjadi jalan kebaikan, kemuliaan bagi umatMu.

Ya Allah jangan biarkan persoalan yang kami hadapi membuat kami mengkhianatiMu, melainkan jadikan apapun yang harus kami hadapi membuat kami semakin dekat denganMu, semakin bersyukur atas nikmat dariMu, semakin ridha dengan ketentuan apapun dariMu.

Ya Allah, andai suatu saat malaikat maut menjemput kami, ijinkanlah saat kematian kami, adalah saat terindah dalam hidup ini dengan bekal yang cukup ya Allah.

Ya Allah ijinkan kami wafat khusnul khatimah

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ .اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَادُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إَلَيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍوَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ

اَللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تُحَرِّرَ الْمَسْجِدَالأَقْصَى وَأَرْضَ فِلِسْطِيْنَ وَإِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَائِرِ بِلاَدِ الإِسْلاَمِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ

اَللهُمَّ أَعِزَّاْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُسْرِكِيْنَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ

اَللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ بِالإِسْلاَمِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالإِيْمِانِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالْقُرْآنِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِشَهْرِ رَمَضَانَ وَلَكَ الْحَمْدُ بِالأَهْلِ وَالْمَالِ وَالْمُعَافَاةِ وَلَكَ الْحَمْدُ بِكُلِّ نِعْمَةٍ أَنْعَمْتَ بِهَاعَلَيْنَا

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْلَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّنـَا إِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَاأَنْفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ

اَللَّهُمَّ إِنَّانَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ

وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَالنَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ وَعَمَلٍ

اَللَّهُمَّ أَعِنَّاعَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ يَا حَيُّ يَا قَيّوْمُ يَا ذَاالْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

رَبَّنَا لاَتُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذهَدَيْتَنَا وَهَبْ َنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ

رَبَّنَا آتِنَامِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا

رَبَّنَا آتِنَافِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَالتَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِعَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Penulis: Majelis Dakwah Pusat (MDP)

(A/R8/RS2)

Mi’raj News Agency (MINA)

Ikuti saluran WhatsApp Kantor Berita MINA untuk dapatkan berita terbaru seputar Palestina dan dunia Islam. Klik disini.