Jakarta, MINA – Sebanyak 17 negara akan hadir pada Indonesia Internasional Book Fair (IIBF) tahun 2018 mulai Rabu 12 sampai Ahad 16 September di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
IIBF yang diselenggarakan oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) didukung Badan Kreatif Indonesia (Bekraf) mengadakan pameran buku Intenasional berlangsung selama 5 hari ini, mulai pukul 09.00 (pagi) sampai 09.00 (malam) WIB.
“Bekraf terus mendukung penuh pada penerbitan dan pameran buku Indonesia,” kata Direktur Pengembangan Pasar Luar Negeri Bekraf Boni Pujianto saat taklimat media di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (10/9).
Sementara itu, Ketua Umum IKAPI, Rosidayati Rozalina, IIBF 2018 ini mengusung tema ‘Creative Work Towark the Culture of Literacy’ (Karya Kreatif Menuju Budaya Literasi) diharapkan bisa menjadi market hub perbukuan internasional untuk para industri perbukuan di pasar global.
Baca Juga: Sertifikasi Halal untuk Lindungi UMK dari Persaingan dengan Produk Luar
“Saat ini, di tingkat global, banyak yang ingin tahu Indonesia dan sangat antusias hadir di sini. Apalagi Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfrut Book Fair 2015. Ini menjadi satu perkembangan baru, jadi pameran buku Indonesia internasional ini jadi makin berkembang,” katanya.
Ada 17 negara yang ikut berpartisipasi pada IIBF 2018 ini yaitu Indonesia, Australia, Inggris, Cina, Maroko, India, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Mesir, Turki, Uni Emirat Arab dan Tunisia. Pada pameran ini panitia menyediakan dua tempat yaitu area Plennary Hall yang disediakan untuk Kedutaan Besar dan penerbit dari Luar Negeri dan area Cendrawasih Room dan di luar Plennary Hall untuk penerbit dan peserta pameran dari dalam negeri.
“IIBF ini jadi berkembang, bukan hanya buku saja maka istilahnya sekarang it’s a book afair, jadi bukan hanya buku saja tapi segala hal yang berurusan dengan buku, seperti perindustrian buku dan sebagainya,” katanya. (L/R10/P2)
Mi’raj News Agency (MINA)
Baca Juga: Menko Budi Gunawan: Pemain Judol di Indonesia 8,8 Juta Orang, Mayoritas Ekonomi Bawah