Ikhlas dan Pujian dalam Bersedekah
Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA
Bersedekah kepada orang yang memerlukan tentu saja nilainya sangat besar di sisi Allah Taโala. Tak ada seorang muslim pun yang meragukan keutamaan bersedekah. Namun demikian, ada beberapa kesalahan dalam bersedekah yang sejatinya menjadi rambu-rambu bagi seorang muslim agar pahala sedekahnya tidak sirna. Beberapa kesalahan dalam bersedekah itu antara lain sebagai berikut.
Pertama, Bersedekah tidak ikhlas, atas riyaโ dan sumโah. Inilah di antaranya yang membuat pahala bersedekah itu hilang di sisi Allah, sedekah tapi tidak ikhlas. Ada yang bersedekah namun ingin disebut sebagai orang yang dermawan atau ingin cari pujian tinggi. Padahal amalan yang diterima adalah amalan yang ikhlas karena Allah. Karena sedekah adalah ibadah yang mulia. Jika tidak dimurnikan ibadah tersebut hanya untuk Allah, maka ibadah tersebut jadi sia-sia.
Allah Taโala berfirman,
ููู ูุง ุฃูู ูุฑููุง ุฅููุง ููููุนูุจูุฏููุง ุงูููููู ู ูุฎูููุตูููู ูููู ุงูุฏููููู ุญูููููุงุกู ูููููููู ููุง ุงูุตูููุงุฉู ููููุคูุชููุง ุงูุฒููููุงุฉู ููุฐููููู ุฏูููู ุงูููููููู ูุฉู
โPadahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya (artinya: ikhlas) dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.โ (QS. Al Bayyinah: 5).
Nabi Shallallahu โalaihi wasallam bersabda tentang bahaya riyaโ (gila pujian) bahwasanya amalan pelaku riyaโ tidaklah dipedulikan oleh Allah. Dalam hadits qudsi disebutkan,
ููุงูู ุงูููููู ุชูุจูุงุฑููู ููุชูุนูุงููู ุฃูููุง ุฃูุบูููู ุงูุดููุฑูููุงุกู ุนููู ุงูุดููุฑููู ู ููู ุนูู ููู ุนูู ููุงู ุฃูุดูุฑููู ููููู ู ูุนูู ุบูููุฑูู ุชูุฑูููุชููู ููุดูุฑููููู
โAllah Tabaroka wa Taโala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Siapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (artinya: tidak menerima amalannya) dan perbuatan syiriknya.โ (HR. Muslim no. 2985).
Imam Nawawi rahimahullah menuturkan, โAmalan seseorang yang berbuat riyaโ (tidak ikhlas), itu adalah amalan batil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.โ (Syarh Shahih Muslim, 18: 115).
Sementara itu, Imam Ibnul Qayyim dalam Al Fawaid mengatakan, โTidak mungkin dalam hati seseorang menyatu antara ikhlas dan mengharap pujian serta tamak pada sanjungan manusia kecuali bagaikan air dan api.โ
Bukankah kita memahami bahwa air dan api tidaklah mungkin bersatu. Bahkan kedua hal itu akan saling membinasakan satu sama lain. Begitu juga halnya ikhlas dan pujian, keduanya tidak akan pernah bisa bersatu. Beramal berharap pujian manusia, sama halnya beramal dengan kesia-siaan belaka.
Ada yang menanyakan pada Yahya bin Muโadz, โKapan seorang hamba disebut berbuat ikhlas?โ โJika keadaanya mirip dengan anak yang menyusui. Cobalah lihat anak tersebut dia tidak lagi peduli jika ada yang memuji atau mencelanya,โ jawab Yahya.
Muhammad bin Syadzan berkata, โHati-hatilah ketamakan ingin mencari kedudukan mulia di sisi Allah, namun di sisi lain masih mencari pujian dari manusia.โ Maksud beliau adalah ikhlas tidaklah bisa digabungkan dengan selalu mengharap pujian manusia dalam beramal. Ada yang berkata pada Dzun Nuun Al Mishri rahimahullah, โKapan seorang hamba bisa mengetahui dirinya itu ikhlas?โ โJika ia telah mencurahkan segala usahanya untuk melakukan ketaatan dan ia tidak gila pujian manusia,โ jawab Dzun Nuun.
Kedua, Bersedekah hanya untuk mendapatkan ganti di dunia. Hal ini juga tidak boleh dilakukan seorang muslim. Apa artinya sedekah bila ia ingin mendapatkan ganti di dunia dengan yang lebih baik. Maka wajar Allah Taโala berfirman,
ู ููู ููุงูู ููุฑููุฏู ุงููุญูููุงุฉู ุงูุฏููููููุง ููุฒููููุชูููุง ููููููู ุฅูููููููู ู ุฃูุนูู ูุงููููู ู ูููููุง ููููู ู ูููููุง ููุง ููุจูุฎูุณูููู (15) ุฃููููุฆููู ุงูููุฐูููู ููููุณู ููููู ู ููู ุงููุขูุฎูุฑูุฉู ุฅููููุง ุงููููุงุฑู ููุญูุจูุทู ู ูุง ุตูููุนููุง ูููููุง ููุจูุงุทููู ู ูุง ููุงูููุง ููุนูู ูููููู (16
โSiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.โ (QS. Hud: 15-16)
Dalam ayat lain disebutkan,
ู ููู ููุงูู ููุฑููุฏู ุญูุฑูุซู ุงูุขุฎูุฑูุฉู ูุฒุฏู ูููู ููู ุญูุฑูุซููู ููู ููู ููุงูู ููุฑููุฏู ุญูุฑูุซู ุงูุฏููููููุง ููุคูุชููู ู ูููููุง ููู ูุง ูููู ููู ุงูุขุฎูุฑูุฉู ู ููู ููุตููุจู
โSiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.โ (QS. Asy Syuraa: 20)
Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul โAliyah, dari Ubay bin Kaโab radhiyallahu โanhu-, beliau mengatakan,
ุจูุดููุฑู ููุฐููู ุงูุฃูู ููุฉู ุจูุงูุณููููุงุกู ููุงูุฑููููุนูุฉู ููุงูุฏูููููู ููุงูุชููู ููููููู ููู ุงูุฃูุฑูุถู ููู ููู ุนูู ููู ู ูููููู ู ุนูู ููู ุงูุขุฎูุฑูุฉู ูููุฏูููููุง ููู ู ูููููู ูููู ููู ุงูุขุฎูุฑูุฉู ู ููู ููุตูููุจู
โBerilah kabar gembira pada umat ini dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Siapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun.โ (HR. Ahmad 5: 134. Syaikh Syuโaib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Qotadah mengatakan, โSiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.โ (Lihat Tafsir Al Qurโan Al โAzhim, tafsir surat Hud ayat 15-16)
Dalam beramal biasanya seseorang mempunyai beberapa niat, antara lain sebagai berikut.
a. Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmatpun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.
b. Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna.
c. Jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah setiap bulannya), maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al Qoulus Sadiid karya Syaikh As Saโdi, hal. 132-133)
Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam yakni;
a. Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun, seseorang melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.
Misalnya, seseorang melaksanakan shalat tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat tahajud akan mendapatkan anak laki-laki.
b. Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia. Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu โalaihi wasallam bersabda,
ู ููู ุฃูุญูุจูู ุฃููู ููุจูุณูุทู ูููู ููู ุฑูุฒููููู ููููููุณูุฃู ูููู ููู ุฃูุซูุฑููู ููููููุตููู ุฑูุญูู ููู
โSiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim (hubungan antar kerabat).โ (HR. Bukhari no. 5986 dan Muslim no. 2557)
Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, tapi hanya ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlas, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syariโat telah menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini.
Ketiga, Mengungkit-ungkit sedekah dan menyakiti penerimanya. Dengan tegas Allah Taโala mengingatkan orang yang mengungkit-ungkit pemberiannya dalam firman-Nya,
ููุง ุฃููููููุง ุงูููุฐูููู ุขูู ููููุง ููุง ุชูุจูุทููููุง ุตูุฏูููุงุชูููู ู ุจูุงููู ูููู ููุงููุฃูุฐูู
โHai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).โ (QS. Al Baqarah: 264).
Ibnu Katsir menjelaskan, โDalam ayat tersebut dijelaskan bahwa sedekah menjadi sia-sia hanya karena si pemberi mengungkit-ungkit sedekah yang telah ia beri dan ia menyakiti yang menerima. Seseorang tidak mendapatkan pahala sedekah akibat melakukan dua kesalahan tersebut.โ
Dalam hadits disebutkan,
ุนููู ุฃูุจูู ุฐูุฑูู ุนููู ุงููููุจูููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ููุงูู ยซ ุซููุงูุซูุฉู ูุงู ูููููููู ูููู ู ุงูููููู ููููู ู ุงููููููุงู ูุฉู ูููุงู ููููุธูุฑู ุฅูููููููู ู ูููุงู ููุฒูููููููู ู ููููููู ู ุนูุฐูุงุจู ุฃููููู ู ยป ููุงูู ููููุฑูุฃูููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู -ุตูู ุงููู ุนููู ูุณูู - ุซููุงูุซู ู ูุฑูุงุฑู. ููุงูู ุฃูุจูู ุฐูุฑูู ุฎูุงุจููุง ููุฎูุณูุฑููุง ู ููู ููู ู ููุง ุฑูุณูููู ุงูููููู ููุงูู ยซ ุงููู ูุณูุจููู ููุงููู ููููุงูู ููุงููู ูููููููู ุณูููุนูุชููู ุจูุงููุญููููู ุงููููุงุฐูุจู ยป.
โDari Abu Dzar, dari Nabi shallallahu โalaihi wasallam, beliau bersabda, โAda tiga orang yang pada hari kiamat tidak akan diajak bicara, tidak dilihat dan tidak disucikan serta baginya siksa yang pedih.โ Rasulullah shallallahu โalaihi wasallam mengulanginya sampai tiga kali.
Abu Dzar berkata, โMereka sengsara dan merugi. Lantas siapakah mereka wahai Rasulullah?โ Beliau bersabda, โLelaki yang berpakaian isbal (menjulurkan celana di bawah mata kaki), orang yang mengungkit-ungkit kebaikannya setelah memberi, serta orang yang melariskan dagangannya dengan sumpah yang palsu.โ (HR. Muslim no. 106).
Demikianlah beberapa kesalahan dalam bersedekah. Semoga Allah Taโala senantiasa menjaga kita dari sedekah yang tidak ikhlas, wallahuaโlam. (A/RS3/)
Miโraj News Agency (MINA)