Image for large screens Image for small screens

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Damai di Palestina = Damai di Dunia

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ilmuwan Muslim Asia Tenggara Serukan Kebangkitan Peradaban Berbasis Sains dan Etika

Rana Setiawan Editor : Rendi MS - Jumat, 13 Juni 2025 - 16:16 WIB

Jumat, 13 Juni 2025 - 16:16 WIB

27 Views

Shah Alam, MINA – Ilmuwan Muslim dari berbagai negara di Asia Tenggara menyerukan perlunya membangun kembali peradaban Islam yang berakar pada ilmu pengetahuan, nilai etika, dan tanggung jawab sosial.

Seruan tersebut mengemuka dalam Workshop Pra-Konferensi Ilmuwan Muslim Asia Tenggara yang digelar di Shah Alam, Malaysia, Kamis (12/6).

Direktur Konferensi Ilmuwan Muslim Regional, Prof Dr Ahmad Ismail, dalam sambutannya mengatakan bahwa ilmuwan Muslim memiliki tanggung jawab yang lebih besar dari sekadar mencari data.

Ilmuwan Muslim bukan hanya pencari data, tetapi pewaris pengetahuan kenabian dan pembangun masa depan umat,” ujar Ahmad.

Baca Juga: Sekolah Boleh Sederhana, Tapi Mimpimu Harus Luar Biasa

Pernyataan itu diamini Presiden Majlis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), Mohd Azmi Abdul Hamid. Ia menekankan pentingnya integrasi antara iman dan ilmu dalam membangun peradaban Islam yang unggul dan berkelanjutan.

Menurut Azmi, sains dalam peradaban Islam tidak boleh dilepaskan dari dimensi moral dan spiritual. Ia menegaskan bahwa ilmuwan Muslim harus mampu menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan kepedulian terhadap martabat manusia, kelestarian lingkungan, dan keadilan sosial.

“Peradaban sejati adalah peradaban yang menyembuhkan, bukan menghancurkan,” ujarnya.

Dalam forum tersebut, para ilmuwan juga menekankan perlunya agenda ilmiah yang independen dan tidak tunduk pada hegemoni kekuatan global.

Baca Juga: Pendidikan adalah Nafas Peradaban: Mengapa Setiap Anak Harus Belajar

Evaluasi terhadap kebijakan pendidikan sains dan teknologi di negara-negara Muslim, serta penguatan kerja sama keilmuan di Asia Tenggara, menjadi bagian dari wacana yang mengemuka dalam diskusi.

Menanggapi berbagai tantangan global, termasuk krisis iklim, kesehatan, dan ketimpangan ekonomi, para peserta menegaskan bahwa sains harus dilihat bukan hanya sebagai instrumen inovasi, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian kepada umat manusia.

Ilmuwan Muslim, kata mereka, dipanggil untuk menjadi agen solusi yang berpijak pada nilai keadilan, keseimbangan, dan kemaslahatan.

Workshop ini menjadi ajang konsolidasi awal menuju Konferensi Ilmuwan Muslim Asia Tenggara yang akan datang. Kegiatan ini diinisiasi melalui kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi, organisasi Islam, dan jaringan ilmuwan dari berbagai negara di kawasan.

Baca Juga: Lebih dari 100 Mitra Jepang Siap Mengajar di Sekolah Indonesia, Apa Misi Mereka?

Salah satu tujuan utama workshop adalah membentuk Jaringan Ilmuwan Muslim Regional (JASMI) sebagai forum permanen untuk mendorong kerja sama ilmiah lintas negara dan memperkuat peran ilmuwan dalam pembangunan peradaban Islam.

Forum ini juga dimaksudkan untuk merumuskan deklarasi bersama dan agenda aksi keilmuan yang sejalan dengan maqasid al-shariah dan nilai-nilai kemanusiaan universal.[]

Mi’raj News Agency (MINA)

Baca Juga: Jelang HUT Ke-80 RI, Mendikdasmen Umumkan Program Revitalisasi Sekolah dan Insentif Guru

Rekomendasi untuk Anda