Jakarta, 27 Syawal 1436/12 Agustus 2015 (MINA) – Imaam Masjid Istiqlal, Ali Mustofa Ya’qub mengatakan, ibadah haji bukan untuk saling merasa hebat. Ibadah haji bagi masyarakat Indonesia dinilainya masih menjadi kebanggaan, sehingga selalu menjadi predikat untuk bisa diketahui secara luas.
“Nabi saja satu kali haji dan dua kali umroh. Kalau terus dibanggakan dan merasa hebat kalau sering berhaji, berarti Nabi Muhammadi tidak hebat? Umroh saja pada bulan Ramadhan 1436 H/2015 lalu sampai 8 juta orang, sedangkan 117 juta rakyat masih miskin, apa kita ini tidak dzalim? Belum lagi yang daftar tunggu sampai 30 tahun. Itulah yang harus dibenahi,” katanya, demikian keterangan pers yang diterima Mi’raj Islamic News Agency (MINA).
Hal itu di sampaikannya dalam diskusi forum legislasi ‘RUU Pengelolaan Ibadah Haji dan Penyelenggaraan Umrah (PHU)’ bersama Anggota Komisi VIII DPR RI dan Wakil Ketua Umum PP IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) H. Anshori di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (11/8).
Menurut Mustafa Ya’qub memang banyak yang harus dibenahi. Termasuk haji badal (pengganti haji), juga harus diatur. Sebab, ada yang protes satu orang bisa mewakili kedua orang tuanya atau lebih, rombongan amirul haj (petugas haji) cukup 5 orang bukan 35 orang.
Baca Juga: Tim SAR dan UAR Berhasil Evakuasi Jenazah Korban Longsor Sukabumi
“Ada jamaah yang berangkat melalui Kemenag RI dan Kedubes RI, ketika ada jamaah haji di luar Kemenag RI, bermasalah akan menjadi tanggungjawab siapa? Jangan saling lempar tanggung jawab. Juga, dana abadi umat (DAU) itu milik umat atau negara? semua harus dibenahi,” tuturnya. (T/P011/R02)
Mi’raj Islamic News Agency (MINA)
Baca Juga: BKSAP DPR Gelar Kegiatan Solidaritas Parlemen untuk Palestina